Bagian Pertama: Si Buta
Bab 1 Tie Da Ye
Bab 2 Jalan Sutera
Bab 3 Orang Sutera dan Orang Mati
Bab 4 Menjelang Pertempuran PenentuanBagian Kedua: Mu Rong
Bab 1 Malam Menjelang Pertempuran Terakhir
Bab 2 Operasi Ngengat MalamBagian Ketiga: Orang Mati
Bab 1 Orang yang Minta Nyawa
Bab 2 Setan Kecil Merah Pemotong Kepala
Bab 3 Selembar PetaBagian Keempat: Su Su
Bab 1 Pesta
Bab 2 Zhong Yuan Yi Dian Hong (Sebuah Titik Merah di Zhong Yuan)Bagian Kelima: Orang di Belakang
Bub 1 Teori Perang - Perang Terbang
Bab 2 Kisah Aneh Lan Hua
Bab 3 Epilog ceritaWAWANCARA DENGAN GU LONG Mengenai Cerita Baru "Chu Liu Xiang"
Chu Liu Xiang dan kawan-kawannya
Saya kira, seharusnya Chu Liu Xiang merupakan seorang tokoh yang cukup terkenal. Sekali pun dia tokoh fiktif, seorang tokoh dalam cerita fiksi, namun nama itu pernah 'naik' dan dimuat dalam artikel-artikel berita sosial dari berbagai koran harian besar yang terbit di Taiwan, bahkan pernah ditempatkan pada posisi sangat mencolok.
Namanya juga menimbulkan guncangan cukup besar di berbagai negara lain.
Bagi seorang tokoh fiksi di dalam cerita silat, keadaan seperti ini terbilang cukup istimewa.
Pada umumnya, hanya seorang tokoh nyata yang hidup dalam masyarakat, dan bahkan, tokoh yang cukup menggemparkan dalam kehidupan aktual, yang bisa memasuki halaman ketiga suatu koran berprestasi. Chu Liu Xiang, sangat mungkin merupakan satu-satunya pengecualian.
.....Mengapa orang ini bisa menjadi suatu kekecualian, dan apa sesungguhnya keistimewaan yang dimilikinya?
Saya kira, masalah ini semestinya bukan sesuatu yang bisa dimengerti setiap orang. Karenanya, sebelum saya mulai menulis 'Kisah Baru Chu Liu Xiang', paling tidak, saya perlu memperkenalkan siapa dia tokoh Chu Liu Xiang itu serta kawan-kawannya.
Jika mau memperkenalkan Chu Liu Xiang, mustahil juga tanpa memperkenalkan kawan-kawannya. Tanpa memiliki teman, mustahil ada Chu Liu Xiang.
Tidak peduli apa dan bagaimana pun juga, kita harus memperkenalkan Chu Liu Xiang.Tentang Chu Liu Xiang
Dalam sebuah cerita pasti ada tokohnya, dan di antara tokohnya tentu ada yang utama. Tidak peduli menulis cerita apapun kiranya pasti sama, mustahil ada pengecualian. Bahkan menulis kisah seekor bangau pantai, dengan personifikasi sebagai manusia, tentu memiliki pikiran dan perasaan.
Tokoh di dalam cerita silat yang tanpa ragu, khusus, wujud dan watak yang tampil tentu juga sangat khusus pula.
Sebab, yang diceritakan di dalam cerita silat, merupakan semacam masyarakat yang khusus. Berbagai peristiwa yang dialami tokoh-tokohnya, bukan sesuatu yang bisa dan biasa bagi orang kebanyakan. Bahkan, seringkali, justru 'diangkat' untuk mencapai suatu 'ekstrim' yang sangat tajam, serta membiarkannya mengambil suatu pilihan dalam situasi yang sulit, hidup atau mati, menang atau kalah, berhasil atau gagal, mulia atau hina. Dan seringkali, justru diputuskan dalam suatu pemikiran yang singkat dan pendek.
Mengorbankan hidup untuk membela kebenaran, atau mengorbankan kebenaran untuk memilih kemuliaan. Seringkali pula, tidak ada peluang untuk menemukan suatu pilihan. Karena, para pengarang cerita silat, lebih suka memilih dan membentuk tokohnya dengan ujian dan tempaan keras, sehingga terbentuk wujud seorang ksatria sejati yang mengungkapkan keberanian tegar dengan polos.
Jika saja seseorang sering mengalami ujian sejenis ini, laksana sebongkah besi yang dilontarkan ke dalam tungku pembakaran yang membara apinya, dan hanya sesudah mengalami penempaan dalam api berulang-ulang, tentulah akan wajar jika bongkahan besi itu akan berubah menjadi lempengan baja murni.
Oleh karena itulah, tokoh utama dalam cerita silat pada umumnya adalah seorang tokoh luar biasa yang sangat tegar dan kokoh kepribadiannya. Dan apa pun yang terjadi, dia takkan bisa ditaklukkan, takkan mau damai dengan menyerah. Di mana kebenaran berada, takkan pernah berkhianat berbalik muka. Dia tidak peduli, bagaimana wajah penampilannya, dan bagaimana wujudnya. Dia akan tetap bertekad dengan keberaniannya ini, selamanya takkan berubah.
Bahkan, sekalipun tubuhnya sudah lusuh dan rusak, disakiti dan terluka, berpenyakit dan teraniaya, segalanya, takkan bisa mengubah dirinya. Atau, jika tidak demikian, tokoh ini takkan pernah muncul dalam cerita silat, bahkan tidak ada artinya untuk menuliskannya sebagai cerita silat lagi.
Namun demikian, mereka tetap juga manusia biasa, yang punya darah dan punya daging, punya pikiran dan punya perasaan, karenanya pula, mereka bisa hadir dalam aneka jenis penampilan yang berbeda-beda. Ada kalanya, dingin beku seperti karang cadas, ada pula yang sangat hangat bagaikan bara api, ada saatnya kaku seperti kayu tanpa reaksi. Lain kali, perlente dan romantis. Lain kesempatan, dalam kesehariannya, kelihatan biasa, lemah dan tanpa pendirian. Namun, di kala mereka menghadapi masalah besar dan peristiwa besar, dia segera mampu tampil sebagai orang yang tidak biasa di dalam jangkauan pemikiran dan ketetapan hati, serta menunjukkan keberanian sesungguhnya.
Manusia memang banyak macamnya. Ketika pengarang menciptakan berbagai tokoh cerita, sudah barang tentu memerlukan sangat banyak bentuk berlainan, atau, jika bukan cerita sejenis ini, sesungguhnya tidak perlu dan tidak ada nilainya dituliskan sebagai cerita.
Sekalipun di antara para tokoh di dalam cerita silat, tidak perlu ragu terhadap Chu Liu Xiang ini, yang sudah seharusnya termasuk bilangan seorang tokoh sangat istimewa. Ada hal-hal yang menjadikannya sangat patut disukai dan dikagumi orang, bahkan dirindukan orang.
Dia tampak tenang, tapi bukan dingin. Lurus, tapi tidak terlalu serius. Dan, selamanya tidak berlagak sebagai pengikut ajaran moralis palsu, selamanya tidak banyak tingkah, atau bergaya yang dibuat-buat. Dan, selama itu pula, belum pernah bertindak selaku seorang ksatria besar.
Karenanya juga, saya menyukainya.
Dan karena itu pula, saya selalu ingin terus menuliskan beberapa kisah lanjutannya lagi. Agar orang lain juga bisa ikut menikmati cinta kasihnya yang hangat dan merasakan kegembiraan dalam kehidupan sebagai manusia.
Sepanjang hidupnya, dipenuhi berbagai kisah-kisah menarik. Dan, cerita mengenai dirinya, memang masih banyak yang belum dituangkan menjadi cerita. Setiap cerita selalu penuh dengan petualangan yang merangsang, penuh kecerdikan dan humor. Sekaligus bisa menyatakan penuhnya rasa cinta kasih dan rasa percayanya terhadap sesama manusia.
Dan, tentunya akan menimbulkan penyesalan dan rasa tidak senang di hati, jika cerita seperti ini tidak dituangkan dalam tulisan.
Karena itu, saya putuskan untuk kembali meneruskan cerita itu.
Sebelum kembali meneruskan cerita ini, sudah barang tentu saya mengharapkan anda semua bisa memahami dia, sesungguhnya manusia jenis apakah dia itu.
Chu Liu Xiang sesungguhnya jenis manusia yang bagaimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Pendekar Harum - Gu Long
General FictionPendekar Harum yang nama aslinya adalah Chu Liu Xiang (Coh Liu Hiang) adalah karakter yang diangkat dari novel karya Gu Long (Khu Lung) yang diterbitkan pada tahun 1968. Novel petualangan Chu Liu Xiang sangat digemari karena dianggap berbeda dengan...