Bab 6: Barisan Pedang

1.2K 16 0
                                    

Beberapa orang ini sama mengenakan pakaian serba hitam legam, jubah panjang sutra yang halus dan paling mahal. Jubah sutra hitam yang kemilau sedemikian lemas melambai laksana air beriak, tapi dikala mereka bergerak, riak gelombang seperti gerakan air itu sedikitpun tidak kelihatan, seolah-olah setiap langkah kaki mereka meluncur di permukaan salju yang licin, seenteng kecapung, selicin belut.

Muka mereka bercadar secarik kain hitam pula, sampaipun biji mata merekapun tertutup rapat, tiada seorangpun yang bisa mengenal siapa-siapa saja beberapa orang ini. Setiap gerak-gerik mereka secara reflek menimbulkan wibawa yang tak terasakan, meskipun tiada orang yang tahu asal usul dan siapa sebenarnya orang-orang ini, namun tiada seorangpun yang berani memandang enteng mereka.

Orang pertama berbadan kurus tinggi, berdiri tegak laksana tombak, tangannya menenteng sebilah pedang kuno yang bentuknya aneh kemilau terbuat dari tembaga.
Orang kedua pendek dan kurus, orang ketiga berperawakan tinggi kekar dan berdada lebar berpundak tinggi, kedua orang ini berjalan beriring, kelihatannya amat menyolok bedanya. Pedang ditangan kedua orang ini sama-sama memancarkan cahaya terang, jelas bukan senjata sembarangan, tapi bentuk pedangnya tidak luar biasa, siapapun yang melihatnya pasti dapat menerka bahwa kedua pedang ini pasti punya asal usul yang luar biasa.

Perawakan orang ke empat biasa saja, senjata yang dibawapun Ceng-kong-kiam biasa umpama dia menenteng pedang ke jalan raya, orang lain takkan melirik dua kali kepadanya.

Orang kelima pendek dan tambun, perutnya gendut seperti keong, pedang di tangannya seperti besi bukan emas, setelah ditegasi ternyata hanya sebatang kayu yang dipapas dalam bentuk seperti pedang.

Kelima orang ini beriring masuk tanpa bersuara, tiada menunjukkan gerakan apa-apa. Tapi kehadiran mereka seketika membuat hawa dalam kamar ini bergolak, seolah-olah diliputi hawa membunuh yang tebal mencekam perasaan setiap orang, sehingga bulu kuduk merinding.

Oh Thi-hoa mengkirik seram dan berkuatir bagi keselamatan Coh Liu-hiang, karena sekilas pandang dia sudah tahu, kedudukan tingkat dan kepandaian silat kelima orang ini, pasti takkan ada seorangpun yang lebih rendah dari Swe It-hang.

Tapi Coh Liu-hiang tetap tersenyum simpul katanya sambil menjura kepada kelima orang itu: "Cayhe ada dengar Yong-cui-san-cheng katanya kedatangan beberapa tokoh kosen, aku sudah mendapat firasat hari ini pasti aku akan dapat berkenalan dengan kegagahan para Cianpwe, sungguh harus dibuat girang, siapa tahu para Cianpwe ternyata tidak sudi memperlihatkan muka asli, masing-masing sungguh harus disesalkan sekali."

Kelima orang serba hitam itu tetap berdiri tidak bergerak tiada yang buka suara.

Kata Coh Liu-hiang pula: "Umpama para Cianpwe segan memperlihatkan muka aslinya, kenapa pula biji matapun harus diselubungi?"

Laki-laki bertubuh tinggi kekar itu tiba-tiba buka suara: "Kaum kita sudah menjiwai ilmu pedang, buat apa harus menggunakan mata?" walau hanya mengucapkan beberapa patah kata saja, namun seluruh bangunan gedung terasa oleng oleh getaran suara yang bergema keras memekak telinga, cangkir dan poci di atas mejapun bergemeretak.

"Cayhe tahu, bagi setiap ahli setiap kali turun tangan tentu mempunyai perhitungan yang matang hakekatnya tidak perlu menggunakan mata, tapi masakah para Cianpwe tidak ingin mengetahui siapakah sebenarnya dan bagaimana tampang musuh yang harus kalian hadapi bersama?"

Kali ini tiada orang yang menjawab. Kelima orang tetap diam tidak memberikan reaksi.

Sesaat kemudian malah Li Giok ham yang bersuara dengan tertawa: "Kelima Cianpwe ini selama hidupnya belum pernah bertanding melawan orang secara gabungan setelah hari ini, merekapun takkan mungkin bergabung melawan musuh, oleh karena itu bukan saja beliau-beliau ini tidak mau memperlihatkan asal usul dirinya kepada kau merekapun tidak perlu tahu siapa dan macam apa tampangmu, kelima Cianpwe ini tidak sedih hanya ingin membuktikan dan melaksanakan keinginan ayah saja."

Serial Pendekar Harum  - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang