Bab 4: Pembantu yang Misterius

1.2K 24 0
                                    

"Kenapa tidak kau undang mereka kemari ikut makan dan minum?"

"Mereka sudah pulang"

"Biar apa kau keburu buru suruh mereka pulang, aku dan Coh Liu hiang cukup tahu dan suka humor, kami pasti akan beri kesempatan kepadamu untuk bercengkerama dengan mereka"

"kini tiada waktu lagi, sejak kini kita mulai perjalanan menuju ke padang pasir nan luas, selanjutnya kereta ini takkan berhenti selewat dua kali minuman teh, dan lagi setiap kali hanya boleh berhenti tiga kali aku percaya mengandal tenaga dan kekuatan kita, sedapat mungkin sudah harus dapat kendalikan diri untuk tidak berak dan kencing."

Oh Thi-hoa angkat pundak, tanyanya: "Masakah turun kereta untuk jalan kakipun tak boleh?"

"Sekali-kali tidak boleh!"

"Kenapa?"

"Memang kita belum tahu apakah pihak musuh sudah menyebar mata-matanya diberbagai tempat untuk menyelidiki dan mencari tahu jejak dan gerak-gerik kita, oleh karena itu kita harus berjaga-jaga untuk hal ini."

"Kukira itu tidak perlu," sela Oh Thi-hoa.

"Jikalau kita ingin berhasil segala kemungkinan, harus kita perhitungkan secara matang, jikalau musuh berani, mengganggu Coh Liu-hiang, pastilah dia bukan sembarang orang."

"Memangnya kita ini orang sembarangan?"

"Sudah kukatakan orang-orang yang tumbuh dan hidup di padang pasir, mereka sudah digembleng sedemikian rupa sampai lebih kuat bertahan dari unta, lebih cerdik dari rase, lebih buas dari serigala, sebaliknya di dalam padang pasir itu kita selemah seekor kelinci yang tidak tahu seluk-beluk di sana."

"Kau terlalu mengunggulkan kebolehan musuh, memangnya kami begitu tidak becus."

"Karena aku tidak mau mampus di padang pasir, elang memakan daging busukan, serigala gegares tulang belulang, sekarang aku masih hidup dan ingin hidup foya-foya."

"Tapi aku berpendapat..."

"Aku tidak ingin tahu pendapatmu, cuma ingin tahu kalau toh kalian ingin aku kemari apakah segala sesuatunya dalam perjalanan ini kalian suka mendengar petunjukku?"

Selama ini Coh Liu-hiang tinggal diam mendengarkan percakapan mereka, baru sekarang ia menyahut tersenyum: "Kau bisa keluar dari padang pasir dengan tetap hidup membawa kekayaan itu, apa yang kau katakan tentunya masuk akal dan boleh dipercaya, selalu aku mau menerima dan tunduk kepada omongan yang masuk akal."

"Bagaimana dirimu?" tanya Ki Ping-yan melotot kepada Oh Thi-hoa.

Oh Thi-hoa geleng-geleng sambil menghela napas, ujarnya: "Aku hanya bisa bilang tidak seharusnya aku paksa kau kemari, kalau kau sudah di sini apa pula yang dapat kulakukan."

"Bagus!" ujar Ki Ping-yan, tiba-tiba ia turunkan semua arak dan sayuran dari atas meja sekali tekan, lembaran meja itu tiba-tiba bergerak terbalik ternyata muka sebelahnya bergambar sebuah peta yang jelas sekali dengan tulisan-tulisan petunjuk.

Dengan sumpit dibasahi arak Ki Ping-yan menggambar sebuah garis lempang, katanya: "Seharusnya kita tidak boleh menempuh jalan ini untuk keluar perbatasan, soalnya kau tidak kenal jalan, tapi kebacut sudah berada di sini maka terpaksa kita harus menyelusuri jalan ini."

"Apakah disini letak Hongho?" tanya Coh Liu-hiang.

"Ya, disini letak hulu Hongho, kita boleh menyelusuri sungai terus sampai di Ginjwan, aku tahu pengaruh Ca-Bok-hap dulu, belum meluas sampai selatan Linsan, maka di sepanjang jalan ini kita tak perlu mengharap memperoleh sumber dari mereka, namun harus berjaga-jaga terhadap mata kuping mereka."

Serial Pendekar Harum  - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang