Bab 11: Paling Sulit Menikmati Rahmat Dari Wanita yang Cantik

702 9 0
                                    

Wanita, banyak sekali wanita, banyak sekali wanita yang amat cantik!
Wanita-wanita itu di ranjang, ranjang ada di dalam kapal. Kapal ini ada satu ranjang, ranjang yang luar biasa besarnya. Di sungai sudah ada sinar lampu dari kapal nelayan, di langit sudah ada sinar bintang, sinar-sinar ini menerangi sebuah perahu kecil, juga menerangi bayangan orang di perahu kecil itu.
Ketika Chu Liuxiang keluar dari kabin kapal Shitianzhai, ia melihat orang ini, yang berpakaian putih seperti salju.
Air sungai berkerlap-kerlip karena sinar lampu dan sinar bintang, di permukaan ombak yang berwarna kuning keemasan itu terombang-ambing tiga buah papan kayu.
Dengan gerakan seringan dan secepat burung walet, Chu Liuxiang menyentuh papan dengan ringan, lalu terbang ke perahu
itu.
Namun orang berpakaian putih yang ada di perahu itu tiba-tiba terbang seperti capung dan naik di sebuah kapal besar.
Di kapal besar ini sebenarnya sinar lampu tidak menyala dan gelap sekali, tapi begitu Chu Liuxiang tiba di kapal itu, sinar lampu tiba-tiba menyala dan amat terang bagaikan sinar bulan. Namun orang berpakaian putih itu sudah tidak terlihat.
Yang terlihat oleh Chu Liuxiang adalah seranjang wanita, sekapal wanita! Seranjang wanita tidak menakutkan, sekapal wanita juga tidak menakutkan, yang menakutkan adalah, wanita-wanita itu ternyata ia kenal semua, bahkan kenal sekali dengan setiap orang!
Bukan saja kenal sekali, bahkan punya hubungan yang amat khusus!
Chu Liuxiang mau tidak mau mesti mengelus-elus hidungnya.
Panpan yang ia kenal di Suzhou, Ajiao yang ia kenal di Hangzhou, Jinniang yang ia kenal di Datong, Chuqing yang ia kenal di Luoyang, Xiaoyu yang ia kenal di Qinhuaihe, Daqiao yang ia kenal di Mochouhu.
Selain mereka, masih ada Qingqing yang baru saja berpisah dengannya.
Ia tidak bisa melupakan mereka! Mereka lebih-lebih tidak bisa melupakan dia!
Tetapi ia bermimpi pun tidak pernah menduga bahwa tiba-tiba mereka bisa sama-sama ada di satu tempat!
Seandainya secara kebetulan ia ketemu salah satu orang, di mana saja dan siapa saja, ia pasti akan gembira setengah mati!
Namun jikalau ia sekaligus ketemu semuanya, akan membuat dia jengah setengah mati!
Ini sama saja dengan mimpi yang mengerikan! Pria manapun tidak ada yang mau mengalaminya!
Yang paling gawat adalah, setiap wanita memandang dia dengan pandangan mata yang amat mesra! Semuanya menganggap dirinya adalah kekasih dia satu-satunya! Dan semuanya menganggap dia adalah kekasihnya satu-satunya!
Jikalau anda juga seorang pria, jikalau anda juga mengalami hal ini, anda bilang ngeri atau tidak?
Chu Liuxiang bukan saja terus mengelus hidungnya, bahkan terasa ingin sekali mengiris hidungnya!
Seseorang kalau hidungnya teriris, orang lain mungkin tak akan mengenalinya lagi.
Yang tidak beruntung adalah, sudah ada yang berkata: "Untuk apa anda terus mengelus hidung?" Yang berkata adalah Daqiao. "Sekalipun hidung anda diiris, saya juga bisa mengenali anda."
Daqiao adalah orang yang omongannya paling blak-blakan dan melakukan segala sesuatu paling tidak sungkanan!
Kelihatan bahwa ia sudah siap-siap untuk 'menyeret' Pendekar Harum yang belum pernah takut kepada orang lain ini ke ranjang!
Chu Liuxiang ingin menghindar pun tidak bisa, sebab tempat kosong di dalam kabin kapal ini - selain ranjang besar - tidaklah banyak.
Untung pada saat ini tiba-tiba si pria berpakaian putih yang misterius itu muncul lagi. Bajunya putih bersih, berwajah senyum yang amat sopan, sepasang mata senyum terangnya bagaikan bulan dan bintang, di dalam mata senyumnya seolah-olah sering berkelebatan awan putih!
"Saya bermarga Bai, bernama Yunsheng," ia berkata. "'Pendekar Chu meninggalkan harum lama di Jiangnan, di atas laut ada awan putih yang kian membesar'. Yang dimaksudkan oleh kalimat belakang itu adalah saya."
Chu Liuxiang tersenyum dan berkata: "Yang dimaksudkan oleh kalimat depan itu adalah saya?"
"Ya."
"Siapa yang mengatakannya?"
"Saya sendiri," Bai Yunsheng berkata dengan sikap serius tapi sopan. "Saya menganggap anda setara dengan saya, seharusnya ini adalah keberuntungan dan kebanggaan anda."
Seseorang dapat mengucapkan kata-kata semacam ini dengan sikap yang amat sopan, ini sungguh-sungguh adalah hal yang aneh dan lucu!
Namun ia dapat mengucapkannya dengan amat alami.
Sekalipun itu adalah hal yang paling lucu di dunia, tapi kalau keluar dari mulutnya, tak akan menyebabkan orang merasa lucu dan ditertawakan!
Chu Liuxiang tiba-tiba mengetahui bahwa ia bertemu lagi dengan seorang yang aneh, barangkali jauh lebih aneh dari semua orang yang pernah ditemui sepanjang hidupnya.
"Saya kira anda pasti mengenal beberapa nona ini," Bai Yunsheng berkata. "Saya juga tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang disukai oleh anda."
Chu Liuxiang tidak dapat tidak mengakuinya.
Bai Yunsheng menatapnya, mata senyumannya bersinar dan berkata: "Saya minta maaf, karena pengenalan saya terhadap anda masih tidak cukup banyak, masih tidak tahu siapa yang paling disukai anda, jadi ya terpaksa mengundang mereka datang semua."
Wajah senyumannya juga amat sopan: "Jikalau anda sudah merasa bosan pada beberapa orang dari nona-nona ini, saya segera bisa mempersilakan mereka pulang. Saya biasa bekerja dengan saksama dan memuaskan, yang tak pernah mengecewakan kawan-kawan."
Chu Liuxiang tersenyum masam.
Orang yang demikian saksama dan memuaskan, ia belum pernah menjumpainya!
Ia sudah merasa tidak tahan lagi.
Tapi Bai Yunsheng malah bertanya: "Terserah anda ingin saya mengantar siapa saja untuk pulang, jangan sungkan mengatakannya, saya pasti melaksanakannya."
Chu Liuxiang bisa omong apa?
Tujuh sampai delapan pasang mata semuanya mendelik ke arahnya, dan semuanya kelihatan ingin sekali menggigit dia dengan gemas!
Dengan amat terpaksa Chu Liuxiang berkata: "Mereka semua adalah kawan baik saya. Semuanya saya suka, jadi siapapun yang pergi, saya akan sedih sekali."
Bai Yunsheng berkata seraya tersenyum: "Pendekar Harum memang seorang playboy kelas kakap, saya betul-betul iri!"
Sekarang Chu Liuxiang tidak berani lagi memandang gadis-gadis itu, bahkan tidak berani membayangkan ekspresi wajah mereka!
"Yang paling ditakuti seorang playboy adalah rasa kesepian, hal ini saya pun paham," kata Bai Yunsheng. "Makanya saya mengundang mereka datang, untuk menemani anda pergi ke suatu tempat dan bertemu seseorang."
"Bertemu siapa?"
"Seorang yang paling ingin anda temui tapi tidak bisa."
"Shi Tianwang?" Chu Liuxiang hampir mau melompat, lalu bertanya: "Apakah yang anda maksudkan itu adalah Shi Tianwang?"
"Ya."
"Apakah anda tahu ia ada dimana?"
Bai Yunsheng menganggukkan kepala dan berkata: "Ya. Walaupun tempat itu amat jauh, namun sekarang saya sudah merasakannya, bahwa sepanjang perjalanan ini anda tidak akan kesepian!"
Tidak peduli siapa, baik itu: Qingqing, Panpan, Ajiao, Jinniang, Chuqing, Daqiao, atau Xiaoyu, semuanya adalah wanita yang luar biasa menyenangkan! Semuanya pernah punya pengalaman yang tidak biasa dengan Chu Liuxiang, dan semuanya pernah melewati sebagian waktu yang indah dan tidak terlupakan bersama-sama dengan dia!
Siapapun di antara mereka, kapanpun dan di manapun ketika bertemu lagi dengan dia, pasti sama seperti dulu, memperlakukan dia dengan lemah lembut dan penuh perhatian!
Namun sekarang situasi dan kondisinya sudah berubah sama sekali!
Jika sekarang ada satu orang yang berlaku agak baik pada Chu Liuxiang, gadis-gadis lain akan memandangnya dengan hina, menganggapnya mencari-cari muka untuk mengambil hati si pria pujaan hati! Ia sendiri juga akan merasa kehilangan muka!
Mereka 'kan bukan perempuan sundal kelas teri, kenapa mau melakukan hal yang memalukan ini?
Chu Liuxiang amat memahami situasi dan kondisi ini, bahkan jauh lebih paham dari kebanyakan orang!
Maka ia sama sekali tidak berharap mereka bisa memberi wajah yang menyenangkan bagi dia, lebih-lebih tidak berharap bahwa mereka akan merangkulnya lalu menanyakan kabar darinya!
"Banyak membagi cinta, banyak kegalauan hati!" Peribahasa ini memang tepat sekali!
Asalkan gadis-gadis ini tidak bersekongkol untuk melawannya, ia sudah berterima kasih pada Tuhan dan dewa!
Apakah mereka akan melakukannya?
Ketika memandang ekspresi wajah mereka, ia benar-benar merasa sedikit gentar!
Selama ini ia "amat mengenal perangai mereka, baik mereka melakukan hal apa saja, ia tidak akan merasa heran.
Maka ia terpaksa melarikan diri, lari ke bagian belakang kapal dan menemukan sebuah kamar kosong, ia masuk dan rebah diranjang, lalu tidur dengan selimut menutupi kepalanya.
Bagaimanapun juga, adalah baik untuk menghindar sementara dari situasi yang tidak mengenakkan ini, dan menunggu sampai amarah mereka jadi reda.
Inilah kecerdikannya Chu Liuxiang, juga kehebatannya. Yang lebih hebat adalah, ternyata ia dapat tidur pulas!
***
Ketika ia bangun, sudah tidak tahu itu waktu apa? Diluar kamar hening sekali, juga tidak tahu sudah sampai di mana?
Mengapa gadis-gadis itu tidak bersuara sedikitpun? Sekarang lagi berbuat apa? Apakah sedang berunding untuk 'mengerjainya'?
Chu Liuxiang menghela napas panjang, tiba-tiba berasa bahwa para pria seharusnya tahu aturan sedikit, seandainya yang ditemui adalah seorang nona cantik yang lemah lembut dan penuh kasih sayang, jika tidak bisa menendangnya keluar, maka ialah yang harus lari terbirit-birit.
Tentu saja ini adalah pertama kalinya ia punya pikiran demikian, tapi tidak tahu apakah juga adalah terakhir kalinya.
Ketika ia sedang duduk termangu-mangu di ranjang, tiba-tiba dari kamar sebelah terdengar bunyi orang menuang air dengan cerek besar.
Seluruh badan dia jadi gatal.
Paling sedikit dia sudah 2 - 3 hari tidak mandi, alangkah nikmatnya kalau sekarang ia bisa mandi di bak mandi yang besar!
Cuma sayang bahwa ia tidak lupa ini adalah kapal, walaupun kapal berada di atas air, tapi air di kapal nilainya lebih mahal dari apapun!
Apalagi saat ini bagaimana mungkin gadis-gadis itu mau menyiapkan air mandi baginya? Bahkan memikirkannya pun ia tidak berani.
Namun yang aneh adalah, ternyata air mandi sudah disiapkan baginya.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka, lalu tampaklah sebuah bak mandi yang besar. Tidak ada orang, hanya ada air mandi.
Tidak saja ada air mandi, masih ada baju-baju untuk ganti, yang dilipat dengan amat rapi dan berada di atas sebuah kursi.
Semua baju adalah baru, dan ukurannya pas sekali dengan badannya, seolah-olah dibuat dengan sambil mengukur badannya!
Airnya tidak dingin juga tidak panas, suhu itu adalah kesukaannya. Bahkan salep kacapiring yang dipakai bersama mandi itu adalah dari jenis yang paling disukainya.
Siapakah yang telah menyiapkan semua ini baginya?
Walaupun gadis-gadis itu mengetahui ukuran badannya, juga tahu apa yang disukainya, namun siapakah di antara mereka yang telah memperhatikannya?
Masa' ini adalah strategi mereka untuk menghadapi dia? Sengaja memperlakukan dia sedikit lebih baik, agar ia merasa jengah? Baru kemudian 'mengerjai' dia habis-habisan?
***
Ia telah selesai mandi dan merasa nyaman sekali, lalu memakai satu set baju baru yang amat pas di badan, pikiran dalam hatinya berubah lagi.
Memang seharusnya mereka memperlakukan dia sedikit lebih baik, karena pria macam dia ini, memang tidak bisa seumur hidupnya hanya menjagai seorang wanita saja. Mereka seharusnya memahami hal ini!
Sekarang barangkali mereka telah paham!
Berpikir sampai disini, Pendekar Harum kita segera merasa gembira lagi, lalu dengan gembira berjalan keluar dari kabin.
Di luar sinar matahari amat terang, karena cuaca cerah sekali. Dari jendela melihat keluar, bisa melihat pantai sungai yang jauhnya beberapa kilometer.
Di dalam kabin besar itu tidak ada orang, bahkan satu pun dari gadis-gadis itu juga tidak kelihatan.
Ketika ia merasa heran, terlihatlah olehnya sebuah kapal yang menuju ke pantai.
Ketika melihat kapal itu, jantungnya serasa mau copot!
Qingqing, Panpan, Ajiao, Jinniang, Chuqing, Daqiao, dan Xiaoyu, semuanya ternyata ada di dalam kapal itu, yang memandangnya dengan semacam pandangan yang aneh, dan melambaikan tangan mereka kepadanya sebagai tanda perpisahan!
***
Langit yang tak terbatas itu berwarna biru yang amat cerah, ketika memandang ke kejauhan, seolah-olah bisa melihat tempat tersambungnya laut dan langit!
Air sungai mengalir dengan kencang, kapal itu-berjalan menuruti arus, sehingga lajunya amat cepat. Orang-orang yang barusan berada di dekatnya, dalam waktu singkat mungkin telah berada di tempat yang amat jauh.
Mengapa mereka pergi? Karena dipaksa? Atau maunya mereka sendiri?
Pertanyaan-pertanyaan ini tak perlu dijawab, sebab dari dalam air sungai yang kuning dan keruh itu muncul beberapa bayangan yang seputih salju, ternyata adalah gadis-gadis cantik yang berenang bagaikan ikan-ikan yang lincah!
Ikan-ikan tidak bisa naik kapal, tapi gadis-gadis itu bisa naik kapal.
Pakaian mereka cuma lebih banyak sedikit dari ikan, sama seperti ketika mereka bertemu Chu Liuxiang pada waktu yang lalu, namun pada saat ini sikap mereka berubah drastis!
Sikap mereka berubah jadi amat hormat dan sopan, dan sepertinya dengan sengaja mempertahankan jarak dengannya.
Keadaan ini sepertinya tidak pernah terjadi di atas dirinya Chu Liuxiang.
Ia berkata sambil tersenyum masam: "Pada kali ini kalian mau apa lagi? Apakah ingin makan orang? Atau ingin orang makan kalian?"
Dilihat dari sikap mereka, sepertinya mereka benar-benar takut bahwa Chu Liuxiang akan makan mereka bagaikan makan ikan!
Sikap mereka ini telah membuat ia merasa tidak kuat bertahan.
Yang malcin membuat ia tak kuat bertahan adalah, mereka berkata seraya tersenyum: "Jika Pendekar Harum betul-betul mau makan kami, silahkan anda makan sepuas-puasnya!"
"Benar?" Chu Liuxiang pura-pura menunjukkan sikap yang jahat. "Benarkah aku boleh makan sepuas-puasnya?"
"Tentu saja benar," kata gadis yang berkaki panjang itu. "Anda mau makan siapapun juga boleh!"
Di bawah sinar matahari, sepasang kaki itu kelihatannya lebih gempal, mulus, dan kenyal!
Ia melanjutkan: "Anda mau siapa, mau makan bagian mana, dan mau makan dengan cara apapun juga boleh!"
Kelihatannya mereka semuanya enak dimakan! Semua bagian tubuh mereka pun enak dimakan!
Apalagi di bawah sinar matahari yang cerah!
Namun Chu Liuxiang seolah-olah tidak berani lagi menatap mereka.
Mereka adalah orang, bukan ikan.
Mereka semuanya demikian muda, sehat, dan penuh semangat! Maka ia bertanya: "Kapan kalian berubah jadi demikian penurut?"
"Pada kali ini ketika Jenderal Kedua menyuruh kami kemari, memerintahkan kami mesti menuruti kemauan anda! Jadi anda menyuruh kami melakukan apa saja juga boleh!" Kata gadis yang bermata besar itu. "Oleh karena itu kami jadi takut."
"Takut?" Tanya Chu Liuxiang. "Takut apa?"
"Takut anda betul-betul memakan kami."
Gadis yang bersikap minta dikasihani itu berkata sambil bersikap minta dikasihani. "Apalagi saya, takutnya setengah mati!"
"Kenapa?"
"Sebab saya tahu bahwa ketika anda memilih seseorang untuk dimakan, orang pertama yang terpilih pastilah saya!"
Chu Liuxiang tidak makan dia, bukan karena ia tidak mau makan, juga bukan karena gadis itu tidak enak dimakan!
Sebab pada saat itu tiba-tiba terdengar bunyi genderang perang dari laut di seberang sungai, bunyinya seperti ada beribu-ribu ekor kuda perang yang datang dengan menerjang badai dan ombak!
Yang datang tentu saja bukan kuda, tapi kapal, sebuah kapal perang yang tinggi!
Laut dan angin terbentang luas, cuaca cerah dan tidak berawan, sehingga Chu Liuxiang dapat melihat bayangan kapal meski samar-samar.
'Manusia-manusia ikan' itu segera bersorak-sorai dengan gembira. "Jenderal Kedua sudah datang!"
"Siapakah Jenderal Kedua? Jenderalnya siapa? Mengapa menyuruh kalian mencariku? Jika ia adalah jenderalnya Shi Tianwang, seharusnya kalian pun anak buahnya Shi Tianwang, lalu kenapa kalian tidak membiarkan Hu Tiehua mengantarkan Sang Puteri ke tempatnya Shi Tianwang? Apakah Jenderal Kedua kalian ini juga tidak menyetujui pernikahan ini?"
Tidak ada orang yang menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Mulut keempat gadis itu seolah-olah telah dijejali segumpal tanah liat yang besar, sampai bernapas pun terasa sulit!
Kapal perang itu datang dengan membelah ombak, dari jauh sudah terlihat bayangan orang berkelebat di atas dek kapal, dan membentuk barisan-barisan yang amat rapi!
Panji-panjinya terang mencolok, sikap para prajuritnya serius dan gagah. Nyata sekali bahwa mereka semua adalah pelaut-pelaut yang pandai bertempur serta banyak pengalaman melawan angin dan ombak!
Satu-satunya hal yang aneh ialah pelaut-pelaut itu ternyata tidak ada seorang pria!
***
Perahu-Perahu nelayan dan kapal-kapal dagang yang biasanya ada di sekitar muara laut, saat ini tidak tahu sembunyi kemana? Bahkan di pantai sungai pun tidak kelihatan bayangan seorang pun.
Dari atas kapal perang itu sebuah tangga tali tampar diturunkan, dan Chu Liuxiang menaikinya selangkah demi selangkah.
Begitu matanya baru keluar dari dek kapal, yang terlihat adalah kaki-kaki yang terjemur sampai berwarna kecoklat-coklatan.
Tumit dan tumit saling merapat, kedua kaki berdiri sejajar, di tengah-tengah hampir tidak ada sedikit selapun.
Setiap kaki begitu gempal tapi indah!
Seumur hidup ia tidak pernah melihat demikian banyaknya kaki wanita!
Di atas betis-betis yang kuat serta punya keindahan garis lengkung, adalah paha-paha yang bulat sekali, di atasnya lagi adalah baju-baju perang yang bergemerlapan cahaya keperak-perakan.
Baju-baju perang itu sangat pendek!
Baju-baju perang itu semuanya terbuka! Tujuannya agar dalam saat-saat pertempuran kaki mereka bisa lebih lincah.
Ia tak melihat ke bagian yang lebih atas lagi, karena ia tidak mau orang lain melihat ia jatuh kedalam laut!
Kapal perang itu kembali ke laut.
Pelaut-pelaut yang mengendalikan kemudi dan layar pun semuanya wanita.
Chu Liuxiang tiba-tiba menyadari bahwa satu-satunya pria yang berada di kapal itu adalah ia sendiri!
Tidak ada yang memandangnya, juga tidak ada yang menggubrisnya!
Para pelaut semuanya berkonsentrasi penuh pada pekerjaannya, para prajurit semuanya berdiri bagaikan patung batu!
Pendekar Harum yang biasanya dikejar-kejar dan digila-gilai banyak wanita, ketika berada di kapal ini, ternyata seperti telah berubah jadi barang rongsokan! Wanita-wanita itu seolah-olah semuanya adalah orang buta, memandang sekejap pun tidak kepadanya!
Mereka tentu saja bukan orang buta.
Chu Liuxiang tidak percaya mereka benar-benar tidak dapat melihat, maka ia sengaja berjalan dan lewat di depan mereka, meskipun telah berusaha agar tidak menyentuh dada mereka yang membusung, namun sudah amat dekat dengan mereka.
Tidak disangka bahwa mata mereka sedikitpun tidak berkedip!
Chu Liuxiang mulai sedikit merasa kagum pada Jenderal Kedua itu. Yang mampu menggembleng banyak wanita menjadi begini rupa! Ini bukanlah perkara yang mudah, juga tidak mampu dikerjakan oleh pria manapun!
Tentu saja ia sekarang sudah tahu bahwa Jenderal Kedua itu pasti seorang wanita juga!
Hanyalah wanita yang mampu menggembleng banyak wanita menjadi orang-orang yang penurut, juga hanyalah wanita yang tahu caranya menggembleng banyak wanita!
Cara ini, Chu Liuxiang tidak berani juga tidak sanggup memikirkannya.
Wanita yang bagaimanakah Jenderal Kedua itu? Ia tidak bisa menebaknya.
Namun ia tidak perlu berpikir lagi, sebab pada saat itu ada seorang wanita yang mukanya bopeng menanyainya: "Nama anda siapa? Berasal dari mana? Apakah menyimpan senjata tajam atau senjata gelap di badan?"
Chu Liuxiang jadi geli sekali.
Sebenarnya ia tidak mau juga tidak mampu tertawa, namun tidak tahan tidak tertawa.
Sebab selama hidupnya ia tidak pernah mengalami hal ini, juga tak pernah menduga bisa mengalami hal ini.
Siapa yang bisa menduga bahwa di dalam dunia ini ada orang yang berani berkata demikian pada Chu Liuxiang!
Lebih-lebih tidak bisa diduga orang ialah, ternyata ia menjawab dengan sejujur-jujurnya. "Namaku Chu Liuxiang, orang Tiongkok, tidak pernah mencuri, makanya tidak menyimpan senjata tajam atau senjata gelap di badan."
"Kalau begitu angkatlah tangan anda."
"Mengapa?"
"Sebab saya mau menggeledah anda."
Chu Liuxiang tertawa lagi, lalu bertanya dengan sikap ramah: "Ketika kamu mau menggeledah orang lain, terpikirkah bahwa orang lain mungkin juga mau menggeledahmu? Mungkin dengan cara yang berbeda?"
"Anda berani?" Air muka wanita itu berubah. "Anda berani menyentuh saya?"
Chu Liuxiang melihat wajahnya, lalu berkata seraya menghela napas panjang. "Aku tidak berani, benar-benar tidak berani, maka aku terpaksa menggunakan cara yang lain."
Begitu kata-katanya selesai, sepasang kaki wanita itu telah diangkat secara terbalik oleh dia, lalu digoncangkan dua sampai tiga kali, sehingga barang-barang di badannya berjatuhan.
Kemudian terdengar bunyi 'byuuur', dan ada satu orang yang dilempar ke dalam laut.
***
Cerita-cerita mitos atau cerita-cerita legenda, baik dari negara manapun, neraka semuanya berwarna merah tua, sebab di sana menyala api yang tidak pernah padam sampai selama-lamanya!
Tempat ini juga demikian.
Di sini walaupun tidak ada api yang menyala, namun empat penjurunya juga berwarna merah tua, persis seperti warna neraka!
Di sini bukan neraka, tapi adalah kabin besarnya sang Jenderal.
Undak-undakan panjang tiga tingkat itu, di atasnya terbentang permadani berwarna merah tua yang berasal dari Persia. Di atas pintu jendela tergantung kain gorden berwarna merah keungu-unguan yang terbuat dari beludru.
Jubah perangnya jenderal juga berwarna merah tua, seolah-olah di jubah perang itu penuh terpercik dengan darah segar dari lawan-lawan!
Dua orang membawa pedang dan berdiri takzim di belakang Jenderal.
Yang seorang adalah nenek yang penuh keriput, tapi berambut hitam seperti gadis, yang satu adalah perempuan muda berparas ayu, tapi rambut di kedua pelipisnya telah beruban.
Di dalam kabin itu hanya ada satu yang berwarna hitam.
Begitu Chu Liuxiang melangkah masuk, pada pandangan pertama ia sudah melihat ada seekor macan kumbang, yang seluruh badannya berwarna hitam mengkilat.
Macan kumbang itu berbaring di bawah kakinya Jenderal, ketenangannya seperti seekor kucing yang diberi makan sampai kekenyangan.
Sepasang pedang di belakang badan Jenderal sudah keluar dari sarungnya, lalu dengan gerakan yang amat cepat menusuk ke sepasang matanya Chu Liuxiang!
Tapi Chu Liuxiang sedikitpun tidak mengedipkan matanya. Ketika dua ujung pedang berhenti kira-kira tiga inchi dari alis matanya, ia tetap saja tidak mengedipkan matanya.
Jenderal menatap dia dengan semacam tatapan mata yang heran, kemudian bertanya: "Apakah anda sudah tahu bahwa kedua pedang mereka tidak akan membutakan mata anda?"
"Betul," kata Chu Liuxiang. "Mereka adalah jago pedang, tenaganya pasti sudah diatur."
"Bagaimana anda bisa tahu bahwa mereka tidak akan membutakan mata anda?"
Chu Liuxiang berkata seraya tersenyum. "Sebab saya adalah tamu yang diundang anda. Andaikata mata tamu jadi buta, si nyonya rumah tentu tidak akan merasa asyik, apalagi nyonya rumah macam anda ini."
"Nyonya rumah macam bagaimanakah saya ini?"
"Sekalipun kewibawaan Jenderal begitu besar, tapi tetap kalah dengan kecantikan Jenderal yang luar biasa! Tetapi jika berhadapan dengan seorang buta yang tidak bisa melihat, apakah itu mengasyikkan?"
***
Dia bukan sedang berbohong, juga bukan sedang sengaja mau 'mengambil hati'. Pada pandangan pertamanya, ia tidak merasa bahwa Jenderal adalah seorang yang cantik.
Ia terlalu tinggi besar, juga terlalu liar!
Pundaknya terlalu lebar, bahkan lebih lebar dari kebanyakan pria.
Sorot matanya mengandung semacam keliaran yang mirip binatang!
Meskipun bentuk mulut dan bibirnya indah, tapi agak kebesaran.
Kecuali dua deret giginya yang putih mengkilat, boleh dibilang bahwa sekujur badannya tidak ada satu bagian pun yang mendekati standar seorang yang cantik!
Namun ia benar-benar adalah orang yang cantik! Sekujur badannya penuh dengan semacam kecantikan liar yang menawan hati!
Kecantikan yang membuat orang sukar bernapas normal! Dibandingkan dengan dia, maka wanita-wanita cantik lainnya seperti orang-orangan porselin yang jatuh langsung pecah!
***
"Saya sudah tahu bahwa anda pasti adalah wanita, tetapi saya tidak pernah mengira bahwa anda adalah seorang wanita semacam ini!"
Ujung-ujung pedang tetap dekat sekali dengan matanya, namun Chu Liuxiang sedikitpun tidak memperhatikannya dan berkata: "Jikalau saya tahu, barang kali saya sejak dulu sudah kemari."
Lama sekali Jenderal memelototkan mata ke dia, kemudian berkata seraya menghela napas dengan ringan. "Nyali anda sungguh besar!"
Ia menjentikkan jarinya, kedua pedang segera dan bersamaan waktu masuk ke sarungnya, kedua wanita itu pun mundur.
"Justeru dikarenakan saya tahu anda punya nyali cukup besar, maka saya menginginkan anda kemari." Gaya bicaranya langsung ke inti masalahnya. "Saya yakin anda pasti punya nyali membunuh seorang untuk saya."
"Itu tergantung siapa yang mau saya bunuh untuk anda."
"Mau membunuh orang itu tentu saja amat tidak mudah! Sebab dimana pun ia berada, di sekitarnya akan ada 30 orang jago silat kelas satu yang melindunginya!"
"Siapakah yang menyuruh jago-jago itu melindunginya?"
"Tuan Du dan Shi Tianwang."
Tanpa pertimbangan lagi ia segera menyebut nama kedua orang itu, sampai Chu Liuxiang pun mesti mengakui bahwa ia betul-betul seorang yang blak-blakan.
Terhadap orang yang blak-blakan Chu Liuxiang pun berlaku blak-blakan.
"Anda mau saya membunuh orang itu, apakah karena takut kalah saingan?"
"Betul. Saat ini orang yang paling disayangi Shi Tianwang adalah saya, sampai menganugerahkan pangkat 'Jenderal Nyonya Macan Kumbang' kepada saya. Tapi jika ada dia, saya akan jadi apa?"
"Jika Shi Tianwang benar-benar suka pada anda, mengapa mau menikah dengan dia?"
"Sebab ia adalah puteri raja, tapi saya bukan. Sekarang saya adalah selirnya Shi Tianwang, dulu juga. Sepertinya saya ditakdirkan menjadi istri muda bagi orang lain!"
Chu Liuxiang tersenyum masam.
Seorang wanita bisa dengan blak-blakan memberitahukan hal semacam ini kepada orang lain, wanita semacam ini ia pun belum pernah menjumpainya!
"Pria yang dulu saya ikuti, adalah seorang Jepang yang tua tapi beruang dan berkuasa, dan jago kendo kelas wahid."
"Shitianzhai Yanzuoweimen?"
"Betul," ia sama sekali tidak menutup-nutupi. "Meskipun dia juga lumayan, tapi kalah jauh jika dibandingkan dengan Shi Tianwang."
"Makanya anda tidak mau kehilangan kasih sayang dia."
"Makanya saya tidak dapat membiarkan puteri sialan itu menikah dengan Shi Tianwang, dengan cara apapun juga harus membunuh dia."
"Mengapa anda mau saya melakukan hal ini?"
"Karena pemimpin yang bertanggungjawab mengantarkan dia dengan selamat adalah Hu Tiehua! Dan sahabat yang paling dipercayainya adalah anda! Mau membunuh Putri Pedang Giok, tiada seorang pun yang peluangnya lebih baik dari anda!"
"Mengapa saya mesti melakukan hal ini?"
"Demi saya!"
Habis mengucapkan kalimat ini, ia tidak berkata apa-apa lagi. Juga tidak perlu!
Ia sudah berdiri, dan jubah perang berwarna merah tua itu telah melorot dari pundaknya!
Pada saat itu, Chu Liuxiang merasa seolah-olah napasnya hampir mau berhenti!
Ia belum pernah ketemu wanita semacam ini, juga belum pernah melihat tubuh semacam ini! Sepanjang hidupnya, juga belum pernah ada seorang wanita yang dalam waktu sependek ini dapat membangkitkan nafsunya!
Di dalam tubuh berwarna coklat, yang meskipun tinggi besar namun memiliki garis lengkung yang indah sekali itu, setiap bagian badannya seolah-olah menimbun api nafsu yang tiada habis-habisnya, yang setiap saat bisa meledak dan membinasakan setiap pria!
Seorang pria yang normal, asal menyentuh dia, menyentuh tubuh mana pun, akan berubah menjadi tidak kuasa dirinya lagi, bahkan rela membinasakan dirinya!
'Nyonya Macan Kumbang' menatap dia dengan sepasang yang penuh keliaran, sikapnya sangat menggoda dan penuh dengan rasa percaya diri!
Sebab sampai saat ini ia masih belum ketemu seorang yang sanggup menolaknya!
Seraya menghela napas yang panjang Chu Liuxiang berkata: "Sekarang saya baru mengerti kenapa Shitianzhai mau melakukan hal-hal itu. Sebab jika memiliki wanita semacam anda ini, setiap hal adalah berharga untuk dilakukan!"
"Dan anda?"
"Saya juga kepingin, bahkan kepinginnya setengah mati!"
Mata Chu Liuxiang juga menatap dia dalam-dalam dan berkata: "Seandainya saya lebih muda 10 tahun, sejak tadi saya sudah menerkam bagaikan serigala yang lapar! Bahkan beritahu anda bahwa saya pasti melakukan hal itu untuk anda. Kemudian berasyik-masyuk dulu dengan anda selama tiga sampai lima hari, lalu pergi menghilang tanpa ada beritanya lagi! Sekalipun anda bencinya setengah mati pada saya, bahkan saking bencinya ingin sekali mengiris daging saya untuk makanan anjing, tapi juga tak akan bisa lagi menemukan saya."
Ia melanjutkan dengan serius: "Kalau dulu saya tentu akan melakukan demikian, tapi sayang bahwa saat ini kulit muka saya sudah tidak setebal ini! Maka sekarang mohon anda melakukan satu hal bagi saya."
"Apa itu?"
"Kenakan dulu pakaian anda, lalu suruhlah macan kumbang yang ada di bawah kaki anda itu untuk menggigit mati saya. Jika ia tidak berhasil, anda juga boleh suruh kedua jago pedang itu untuk menusuk buta mata saya. Pokoknya dengan cara apapun anda boleh mencobanya."
Macan kumbang itu masih berbaring di bawah kakinya, 'Nyonya Macan Kumbang' masih menatap dia dengan sepasang mata yang penuh keliaran, lalu berkata dengan mendadak: "Saya tahu anda suka mengucapkan dua kata kepada orang lain."
"Dua kata yang mana?"
"Sampai jumpa."  

Serial Pendekar Harum  - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang