Dek kapal tempat tinggal para kelasi itu sangat suram, hanya sebuah pelita saja menerangi ruangan yang sumpek itu.
Agaknya para kelasi sudah tertidur nyenyak. Coh Liu-hiang berseru memanggil. tapi tiada jawaban. ia coba menarik tangan salah seorang kelasi itu, ternyata tangan itu sudah dingin dan kaku.
Rupanya semua kelasi yang berada di dek situ telah menjadi mayat seluruhnya.
Tanda luka yang mematikan para kelasi itupun bekas pukulan Cu-seh-ciang.
Tangan Coh Liu-hiang menjadi rada dingin juga. Ia melangkah mundur keluar dek, lalu memutar tubuh dan cepat berlalu ke atas geladak.
Di atas geladak terdapat empat orang. tapi semuanya juga sudah mati.
Bintang tampak berkedap-kedip di langit, angin laut meniup berdesir, kapal sedang berputar perlahan di tengah lautan. Maklum kapal tanpa juru-mudi. sebab juru-mudinya juga mati. Di bagian dada ada tanda bekas pukulan warna merah.
Kemanakah Kau Cu-tiang yang mendapat tugas memanggil kelasi? Mengapa Kau Cu-tiang juga menghilang?
Jarang sekali Coh Liu-hiang gemetar.
Pernah satu kali dia dan Oh Thi-hoa mencuri arak simpanan orang, jika mereka tidak sembunyi di dalam guci arak raksasa, hampir saja mereka kepergok, waktu itu hawa sangat dingin sehingga arak di dalam gentong itu seakan-akan menjadi es. Dia menggigil entah karena kedinginan atau karena ketakutan, yang jelas dia benar-benar menggigil.
Tapi itu adalah kejadian lebih dua puluh tahun yang lalu. Waktu itu dia baru berumur tujuh tahun.
Sejak kejadian itu, dia tidak pernah menggigil lagi, hingga sekarang... Sekarang ia menggigil pula tiada hentinya, sebab untuk pertama kalinya ia merasakan betapa luasnya dunia ini dan betapa kecilnya diri sendiri. Untuk pertama kalinya ia merasakan betapa misteriusnya kejadian di dunia ini dan terbatasnya kecerdikan manusia.
Dia merapatkan leher bajunya, kemudian melangkah turun ke kabin.
Kongsun Jiat-ih sudah kembali. Melihat air mukanya dapat diduga, dia tidak dapat menemukan seorang pun yang hidup.
Pertanyaan pertama yang diajukan Coh Liu-hiang adalah, "Dimana Kau Cu-tiang? Sudah kembali ke sini belum?"
"Bukankah dia pergi mencari kawanan kelasi di atas geladak bersama Tan Tay-tiong?" kata Thio Sam.
Coh Liu-hiang menghela napas. katanya, "Tidak ada. dia tidak berada di sana."
"Jangan-jangan ia pun mengalami nasib malang seperti yang lain?" kata Thio Sam dengan was-was.
Namun Coh Liu-hiang tidak menanggapi pertanyaannya.
Dia memang tidak perlu memberi jawaban.
Seketika Kongsun Jiat-ih berubah sikap, katanya, "Orang ini...."
Belum lanjut ucapannya, mendadak Oh Thi-hoa melompat bangun dan mencengkeram leher bajunya sambil membentak, "Jika Kau Cu-tiang mati pembunuhnya pasti dirimu dan bukan orang lain."
Sikap Kongsun Jiat-ih berubah pula, katanya sambil menyengir, "Jangan-jangan mabuk Oh-heng belum lagi sembuh."
Cepat Thio Sam memburu maju dan menarik Oh Thi-hoa sambil berkata, "Sekarang bukan waktunya kau bermain gila, lekas lepaskan tanganmu!"
Oh Thi-hoa menjadi gusar, teriaknya, "Kau suruh aku melepaskan dia? Apakah kau tahu siapa dia? Tahukah kau bagaimana asal-usulnya?"
"Kau sendiri tahu?" tanya Thio Sam.
"Sudah tentu kutahu." jawab Oh Thi-hoa dengan suara lantang.
"Dia adalah bandit yang sekaligus membinasakan ratusan prajurit pengawal di Khay-hong-hu, sedangkan Kau Cu-tiang adalah utusan rahasia yang dikirim Him-ciangkun dari Kwan-gwa untuk mengusut peristiwa itu. Karena menyadari perbuatannya bakal ketahuan, maka lebih dahulu dia bunuh Kau Cu-tiang untuk menghilangkan jejak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Pendekar Harum - Gu Long
Fiksi UmumPendekar Harum yang nama aslinya adalah Chu Liu Xiang (Coh Liu Hiang) adalah karakter yang diangkat dari novel karya Gu Long (Khu Lung) yang diterbitkan pada tahun 1968. Novel petualangan Chu Liu Xiang sangat digemari karena dianggap berbeda dengan...