Bab 4: Sang Saksi

1.5K 19 0
                                    

Hari sudah terang, sekembalinya di kamar, segera Oh Thi-hoa menjambret leher baju Coh Liu-hiang dan berkata. "Breng sek, sekarang kau pun tidak jujur lagi padaku. Memangnya kau
kira dapat menipu tuan Oh ini?"

"Siapa yang menipu kau? Apakah penyakit gilamu sudah kumat?" tanya Coh Liu-hiang dengan tertawa.

"Masa kau tidak dusta padaku?" seru Oh Thi-hoa dengan mendelik. "Sebelum mati In Ciong-liong minta kau mewakilkan dia minum araknya, dalam cawan itu jelas ada semacam benda, mengapa kau bilang tidak ada apa-apa?"
Sementara Thio Sam sudah ganti pakaian kering pemberian Hay Koa-thian dan sedang berbaring di tempat tidur, dengan tertawa ia menyela, "Orang sering bilang Oh Thi-hoa adalah manusia yang paling goblok, tadinya aku tidak percaya, tapi sekarang baru kutahu olok-olok itu memang tidak salah."
"Kentut makmu," demikian damprat Oh Thi-hoa dengan gusar. "Kau tahu apa?" .
"Dan kau? Kau tahu apa?" jawab Thio Sam. "Tahu kentut. Tadi dia tidak bicara sejujurnya adalah karena Hay Koa-thian juga hadir di sana, kenapa kau jadi marah-marah begini?"
"Kenapa kalau Hay Koa-thian hadir di sana?" kata Oh Thi-hoa penasaran. "Kukira dia bukan orang busuk, pula dia berdiri satu garis di pihak kita, mengapa kita harus mengelabui kita?"
Thio Sam menghela napas gegetun, katanya, "Tadinya kukira kau cuma tahu kentut, hakikatnya kentut saja kau tidak tahu. Padahal Hay Koa-thian hanya membawa kau ke gudangnya yang menyimpan beberapa guci arak dan kau lantas menganggap dia sebagai sahabatmu yang sejati."
"Hm, masa aku serupa kalian, selalu curiga kepada siapa pun," jengek Oh Thi-hoa. "Jika menuruti jalan pikiran kalian, di dunia ini mana ada orang yang dapat kalian percayai?"
"Tidak ada, memang tidak ada," kata Thio Sam. "Terkadang pada diri sendiripun aku tak percaya, apalagi orang lain."
"Paling sedikit kau masih suka berterus terang, tidak seperti si kutu busuk ini," jengek Oh Thi-hoa.
"Kau benar-benar percaya penuh kepada Hay Koa-thian?" tanya Thio Sam.
"Dia kan sudah bicara segalanya, sedikitpun tidak meraha siakan apa-apa...."
"Hm, hendak memancing ikan harus pakai umpan, darimana kau tahu ucapan Hay Koa-thian itu bukan umpan?"
"Umpan? Maksudmu dia hendak memancing? Memangnya apa yang hendak dipancing?" tanya Oh Thi-hoa.
"Dia hendak memancing keterangan kita, tentu saja dia harus bicara dulu untuk menarik perhatian kita. Padahal apa yang diucapkannya itu tidak lebih hanya dugaan saja, kalau dia dapat menduga tentu orang lain juga bisa, jadi uraiannya yang panjang lebar itu hakikatnya sama dengan nol besar," tanpa menunggu tanggapan Oh Thi-hoa, segera Thio Sam menyambung, "Mengenai keenam peti mati itu, tiada yang tahu siapa yang mengirim, bukan mustahil perbuatan Hay Koa-thian sendiri."

Tangan Oh Thi-hoa yang mencengkeram leher baju Coh Liu-hiang lantas dikendurkan, baru sekarang Coh Liu-hiang berkata dengan tertawa, "Betul, penumpang kapal ini kan tidak tuli dan buta, jika dikatakan ada orang membawa keenam peti itu ke atas kapal tanpa diketahui siapa pun juga, rasanya hal ini tidak mungkin terjadi, hanya dia sendiri...."
"Paling tidak dia bukan pembunuh Hiang Thian-hui." Seru Oh Thi-hoa penasaran. "Waktu Hiang Thian-hui mati, jelas dia berada bersama kita, betul tidak?"
"Ehmm,"'Coh Liu-hiang mengangguk.
"Menurut pendapatku, kalau Kau-Cu-tiang bukan pembunuhnya, maka yang paling mencurigakan ialah Kim Leng-ci, Ting Hong dan Kongsun Jiat-ih."'
"Betul," kata Coh Liu-hiang pula.
"Untuk mengangkut peti mati ke atas kapal di luar tahu orang memang tidak mudah, ketiga orang itu kan punya uang dan berpengaruh. Kata orang 'setan juga doyan duit'. Asalkan punya uang, segala apapun dapat diperbuat,"
"Tapi selain ketiga orang itu, masih ada dua orang lagi yang harus dicurigai," kata Coh Liu-hiang.
"O, siapa?" tanya Oh Thi-hoa.
"Yaitu Loh Kiat dan Ci Hong yang memegang kemudi kapal," kata Coh Liu-hiang.
"Dengan kepandaian mereka itu, masa mampu membunuh Hiang Thian-hui?"
"Jika hari ini mereka yang dinas kerja dan mereka berada di samping sana tentu tidak dicurigai Hiang Thian-hui, apalagi orang yang angkuh seperti Hiang Thian-hui itu pasti tidak me naruh perhatian terhadap mereka. Jika hendak membunuh Hiang Thian-hui secara diam-diam, hanya mereka itulah yang punya kesempatan dan peluang terbesar."
"Ya, lantaran mereka bukan orang penting sehingga tiada orang yang memperhatikan mereka, maka setelah melakukan keganasan, dengan leluasa mereka dapat berganti pakaian dengan waktu yang cukup singkat," kata Thio Sam.
"Waktu itu Hay Koa-thian kebetulan berada bersama kita, bukan mustahil tujuannya hendak menyuruh kita menjadi saksi bahwa waktu Hiang Thian-hui terbunuh, dia tak berada di tempat, dengan demikian akan terbukti dia bukan pembunuhnya."
"Tapi inipun tak dapat membuktikan ia tak pernah menyuruh orang lain membunuh Hiang Thian-hui," kata Thio Sam.
"Jika demikian, kau anggap Hay Koa-thian adalah pembunuhnya?" tanya Oh Thi-hoa.
"Aku tidak menuduh dia adalah pembunuhnya, aku Cuma bilang dia juga harus dicurigai," jawab Thio Sam.
"Menurut pendapatku, orang yang paling mencurigakan ialah Kim Leng-ci," jengek Oh Thi-hoa.
"Sebab apa?" tanya Thio Sam.

Serial Pendekar Harum  - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang