Bab 8: Pamer Kepandaian

1.1K 18 0
                                    

Walau Oh Thi-hoa sudah melempar dua busu yang berpakaian lengkap itu ke dalam air, serta menghajar tiga orang lain sampai mata biru hidung keluar kecap, tapi hatinya masih merasa penasaran. Dia merasa kali ini Coh Liu-hiang terlalu tidak setia kawan. 

Seorang diri dia makan minum di sini, orang lain sebaliknya harus berjuang mengadu nasib, kuatir bagi keselamatannya lagi. Setelah beberapa cangkir arak masuk ke dalam perutnya, terhitung terlampias rasa dongkolnya, terutama dihadapi gadis cantik rupawan yang meladeni dirinya minum arak ini, begitu elok dan mungil sehingga dia merasa terlalu kasar bila mengumbar marah di sini.

Sekarang Coh Liu-hiang sudah tahu, orang-orang macam apa saja yang duduk berkerumun makan minum di sini, kelima orang ini adalah tokoh-tokoh yang cukup tenar dan dijunjung tinggi tingkatnya di kalangan kang ouw.

Tiga orang yang duduk disebelah kiri, kiranya adalah dua bersaudara dari keluarga Go Yu Hong-kiam yang kenamaan, seorang lagi adalah begal tunggal yang menggoyahkan daerah dua sungai gede Suicu Lin-che adanya.

Laki-laki baju hijau yang pucat pasi itu, namanya lebih tenar dan tingkatannya lebih tinggi, dia bukan lain adalah Sat-jiu-bu-ceng tangan gagah tak kenal kasihan Toh Hoan yang terkenal kejam dan suka membuat pusing kepala kawan-kawan dari aliran putih dan hitam. Rekor orang ini dalam membunuh, konon jarang ada bandingannya, orang lain pandang dirinya laksana ular dan kalajengking, dia sendiri merasa bangga dan pongah. Tapi setelah mengenal orang ini, mau tidak mau berkerut alis Coh Liu-hiang.

Cuma seorang lagi yang duduk disamping Toh Hoan bernama Ong Tiong, mukanya seperti berpenyakitan, tak punya semangat selalu lesu dan ngantuk, juga kelihatannya raut mukanya takkan mengejutkan orang, namanya pun tak begitu terkenal. Tapi Coh Liu-hiang justru merasa pandangannya rada lain terhadap orang ini.

Setelah satu persatu perkenalkan beberapa orang ini, Kui-je-ong angkat cangkir dan katanya pula: "Siau-ong tiada hobi apa-apa, selama hidupku cuma suka menjamu tamu, kelima orang ini adalah tamu agungku yang ku undang dari tempat jauh. Tentunya kalian bertiga pernah mendengar ketenaran nama mereka."

Oh Thi-hoa tertawa besar, katanya :" Ketenaran nama-nama saudara-saudara ini, memang sudah lama kudengar, silahkan ku suguh secangkir kepada kalian." Bahwasanya sedikitpun ia tidak kagum dan belum pernah mendengar nama mereka, tak lain dia hanya cari kesempatan untuk minum lebih banyak.

Kui-je-ong mengawasi Ki Ping-yan, katanya : "Sekarang hanya nama besar saudara saja yang belum kuketahui."

"Ki!" jawaban Ki Ping-yan cekak aos, kepalapun tak terangkat.

"Namamu?" tanya Kui-je-ong pula.
Kali ini Ki Ping-yan sepatah katapun tak menjawab, cuma dengan jari tangannya ia menulis dua huruf ditengah udara, seperti orang main sulapan saja, siapapun tak ada yang melihat jelas apa yang dia tulis.

Sela Oh Thi-hoa : "Kepandaiannya yang utama memang tutup mulut tak bicara."

Berkilat mata Kui-je-ong, tanyanya :

"Lalu tuan?" segera dengan tertawa ia menambahkan : "Selama hidup Siau-ong paling senang berkenalan dengan orang-orang yang berkepandaian tinggi dalam ilmu silat, tadi temanmu ini sudah mendemontrasikan kepandaiannya, jikalau tuan punya minat supaya mata Siau-ong terbuka, sungguh Siau-ong teramat girang."

"Cayhe sudah kenyang minum arak Ongya, adalah pantas kalau kutunjukkan permainan untuk menghibur Ongya. Cuma sayang kecuali minum arak, Cayhe hanya punya tenaga kasaran belaka."

Semakin girang Kui-je-ong, serunya bertepuk : "Bagus, bagus kiranya tuan seorang yang punya tenaga raksasa," lalu tapak tangannya bertepuk beberapa kali, dari belakang kemah segera muncul keluar seorang laki-laki besar berkepala gundul, telanjang badan bagian atasnya dan bercelana pendek ketat yang dihiasi sulaman benang emas.

Serial Pendekar Harum  - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang