"Duuarrr!!" petir musim semi menggelegar lagi, lalu turunlah hujan yang deras.
Sinar kilat berkelebatan seolah-olah mau merobek langit yang gelap. Tetesan-tetesan hujan berkilau-kilau bagaikan mutiara-mutiara yang gemerlapan, kemudian berubah jadi semacam tirai cahaya yang berwarna perak, lalu menutupi bumi yang gelap gulita.
Saat ini mestinya adalah waktu matahari terbit, tapi ketika tidak ada cahaya kilat, langit dan bumi malahan lebih gelap.
Chu Liuxiang berdiri di bawah hujan deras, membiarkan tetesan-tetesan hujan yang seperti es batu itu memukuli badannya, dan merasa nikmat sekali!
Ia telah menganggur terlalu lama, selama dua tahun ini, keculi menikmati teh, minum arak, memandang rembulan, menikmati pemandangan salju dan keindahan bunga, hampir-hampir tidak melakukan apa-apa.
Di dalam dunia ini seolah-olah sudah tidak ada satu hal lagi yang dapat merangsangnya untuk melakukannya dengan rela menempuh bahaya! Juga tidak ada lagi macam orang yang dapat membuat telapak tangannya berkeringat!
Tetapi sekarang sudah ada.
Sekarang lawannya adalah Shi Tianwang yang malang melintang di tujuh laut, seorang yang tidak pernah dikalahkan oleh siapapun!
Rangsangan kegembiraan luar biasa yang muncul ketika memikirkan akan berhadapan dengan lawan demikian, dari dalam
dada Chu Liuxiang muncul semacam rasa hangat yang tidak asing lagi. Tentang sukses atau gagal, menang atau kalah, hidup atau mati, ia sama sekali tidak masukkan ke dalam hati!
Menempuh bahaya bukanlah hobinya, tapi adalah naturnya, seperti darah yang mengalir di dalam pembuluh darahnya! Hujan makin deras.
Chu Liuxiang berjalan dengan langkah yang panjang-panjang, keluar dari kota, lalu berjalan di sebuah jalan kecil yang becek di bawah lereng bukit.
Ia sengaja berjalan ke sana, sebab tadi ia tiba-tiba merasakan ada semacam hawa pembunuh yang keras!
Ia tidak bisa melihatnya, tidak bisa menciumnya, juga tidak bisa merabanya, tapi bisa merasakannya. Perasaannya amat peka dan tepat seperti seekor macan tutul ketika mencium bau darah!
Atmosfir bau darah bisa mengurangi kedahsyatan hujan deras, hawa pembunuh juga demikian.
Yang aneh adalah, hawa pembunuh yang ia rasakan ini malahan terasa lebih keras di dalam hujan deras!
Artinya bahwa kali ini ia ketemu lagi seorang lawan yang amat aneh dan menakutkan! Yang mengintai didalam kegelapan dan tunggu kesempatan untuk merenggut nyawanya!
Ia tidak tahu orang ini siapa? Juga tidak tahu mengapa mau membunuhnya? Yang ia tahu adalah ketika orang ini mulai menyerang, serangannya pastilah amat dahsyat, bahkan mungkin ia tidak sanggup menangkis atau mengelaknya!
Tetapi ia bukan saja tidak gentar atau mundur, semangatnya malahan tambah terangsang!
Ia menunggu orang ini muncul, persis seperti seorang gadis yang menunggu untuk ketemu pacar pada kencan pertama!
***
Sekarang ia sudah menaiki lereng bukit yang tidak ada orang itu. Rimba gelap dan batu-batu bukit yang berbentuk menakutkan yang ada di lereng itu, semuanya merupakan tempat sembunyi yang baik bagi seorang pembunuh gelap!
Hawa pembunuh yang tadi ia rasakan itu menjadi tambah keras, tetapi orang yang ia tunggu masih belum muncul.
Orang ini masih menunggu apa?
***
Di dalam dunia ini ada semacam orang sepertinya memang terlahir sebagai pembunuh!
Mereka adalah orang, bukan binatang, tapi di dalam sifat alamiah mereka ada ketenangan dari beruang, kebuasan dari serigala, kegesitan dari macan tutul, dan kelicikan serta kesabaran dari rubah!
Tidak diragukan lagi bahwa orang ini termasuk orang semacam itu!
Ia masih menunggu, sebab ia mau mendapatkan kesempatan yang terbaik.
Dan Chu Liuxiang memberikan kesempatan ini!
***
Waktu berkelebat dan berhentinya kilat dan petir itu ada ketentuannya, dan Chu Liuxiang telah menghitung perbedaan waktu di antara keduanya.
Sebab itu tiba-tiba ia terpeleset.
Tepat pada saat itu cahaya kilat berkelebat, dari dalam rimba gelap itu tiba-tiba terbang keluar sebuah bayangan seperti kelelawar! Setelah kilat, datanglah guntur.
Dari sisa cahaya kilat yang keluar dari awan gelap itu, bisa terlihat sekelebatan cahaya pedang, yang membacok dari atas bersamaan dengan bunyi guntur yang menggelegar! Dengan kekuatan yang maha dahsyat, membacok ke arah kepalanya Chu Liuxiang!
Ini adalah bacokan pedang yang - dari dulu sampai sekarang - tidak pernah meleset dan pasti merenggut nyawa musuh!
Bacokan pedang ini seolah-olah telah menyatu dengan guntur musim semi yang keras mengegelegar itu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Pendekar Harum - Gu Long
Ficção GeralPendekar Harum yang nama aslinya adalah Chu Liu Xiang (Coh Liu Hiang) adalah karakter yang diangkat dari novel karya Gu Long (Khu Lung) yang diterbitkan pada tahun 1968. Novel petualangan Chu Liu Xiang sangat digemari karena dianggap berbeda dengan...