Bab 17: Jati Diri Ciok Tho

1.1K 13 0
                                    

Coh Liu hiang berkata dengan tersenyum "Nona-nona tak usah kuatir, kami bertiga meski bukan laki-laki sejati tapi kami juga bukan laki-laki bangor atau hidung belang, mata kamipun tidak sembarang melihat ....", dimana jarinya menjentik, gadis itu seketika merasa setengah badannya linu kemeng seperti tersetrom aliran listrik, pakaian yang sudah berhasil diraihnya seketika jatuh pula.

Saking malu sampai kuping gadis inipun merah mengangah seperti kepiting direbus, suaranya gemetar "Laki-laki sejati kenapa...... kenapa melarang orang pakai baju?"

"Karena Cayhe cukup tahu, bila seseorang bertelanjang, tentunya dia tidak akan berani berbohong."

"Dan lagi tentu tak enak dan malu untuk turun tangan," timbrung Ki Ping yan.

Gadis itu gertak gigi, terpaksa diapun berjongkok dan menutupi dada dengan menyilangkan kedua tangannya.

Coh Liu hiang mendongak melihat cuaca katanya "Sekarang aku cuma ingin bertanya kepada nona, dimana Ciok Hujin mengurung Soh Yong yong, Li Ang siu dan Song Thian ji?"

Gadis itu melengak, tanyanya "Tiga orang? Laki-laki atau perempuan?"

Gadis itu menggigit bibir, sahutnya "hujin selamanya belum pernah menyembunyikan orang perempuan." seorang gadis yang lain menambahkan "Di sini seluruhnya adalah lima enam puluh saudara-saudara, tapi tiada seorangpun yang she Soh."

Coh Liu hiang mengerut alis, ujarnya berpaling ke belakang. "Menurut pengelihatanmu apakah mereka bicara sejujurnya?"

"Didalam keadaan seperti mereka perempuan tanggung takkan berani bohong lagi."

"Kalau demikian jadi mereka benar-benar memang tidak berada disini." sekilas dia melirik kedua gadis itu katanya dengan menghela napas "Sedikitnya setiap hari ada sepuluh manusia yang mati kekeringan ditengah gurun pasir, nona-nona malahan enak-enak mandi disini.... ai.!"

Seiring dengan helaan napasnya yang terakhir, kembali jarinya menyentik dua kali, seketika kedua gadis telanjang ini lemas tidak bisa berkutik.

Serambi panjang ini sunyi senyap, tiada terdengar sesuatu suara, tak kelihatan ada bayangan manusia. Dengan suara prihatin Ki Ping yan bertanya "Apa kau tahu jalan untuk keluar?:

"Waktu mereka menggotongku masuk kemari, sudah kuingat-ingat betul."

"Kalau Yong ji tidak berada di sini, kenapa tidak lekas kau menyingkir dari tempat ini? Gadis-gadis ini semua berkepandaian silat yang tidak lemah, jikalau kau kebentur beberapa gadis yang berpakaian, mungkin kesulitan harus kau atasi."

"Aku memang ingin mencari seseorang," tiba-tiba Setitik Merah menimbrung.

"Siapa?" tanya Ki Ping yan mengerut alis.

Coh Liu hiang malah tersenyum ujarnya "Apakah nona Ki itu?"

Agaknya Setitik Merah menghela napas, katanya "Aku hanya merasa tidak boleh meninggalkan dia ditempat ini."

"Tapi apa kau kira dia sudi pergi bersama kita?" tanya Ki Ping yan.

"Mungkin tidak mau." sahut Setitik Merah sesaat kemudian.

"Kalau kau tahu dia takkan pergi bersama kita, untuk apa pula kau hendak mencari dia?" desak Ki Ping yan.

Kata Setitik Merah dengan nada berat "Tapi aku malah tahu, paling tidak dia takkan merintangi maksud kita.

Sekonyong-konyong terdengar seorang menjengek dingin "Mengandalkan apa kau yakin benar bahwa aku tidak akan merintangi kau? Kalau hanya mengandalkan keadaan kalian bertiga sekarang, jikalau mampu melarikan diri, mungkin tempat ini telah lama menjadi puing-puing".

******

Oh Thi hoa tidak rebah di atas gundukan pasir, napasnya sengal-sengal, mungkin sekarang tiada orang yang akan dapat mengenali bahwa inilah Oh Thi hoa, mungkin dia sendiripun takkan bisa mengenali dirinya sendiri.

Serial Pendekar Harum  - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang