Keesokan harinya Delia langsung mencari El. Dia berusaha untuk meminta maaf atas kejadian semalam. Seandainya dirinya tidak menentang Radit, mungkin El tidak akan dipecat dari pekerjaannya.
Tapi Delia tidak menemukan El di tempat biasa pria itu berada. Tidak di kelas ataupun perpustakaan tempat ia selalu menghabiskan waktu istirahat.
Kali ini Delia mencari peruntungan di kantin. Mungkin saja El tengah makan atau membeli sesuatu disana.
Lagi-lagi Delia harus kecewa, karena dia tak kunjung menemukan El. Karena El jarang bergaul, Delia menjadi kesulitan untuk mencari keberadaan El.
Karena usahanya tak membuahkan hasil, Delia akhirnya memutuskan untuk kembali ke kelas karena waktu istirahat hampir berakhir.
Dia berjalan menuju kelasnya ketika Silva datang berlari ke arahnya.
Ditatapnya Silva yang masih ngos-ngosan di depannya. Sebelumnya Delia sudah mengatakan tidak bisa bergabung dengan ketiga temannya di jam istirahat karena ingin menemui El.
"Kenapa Sil?" Tanya Delia bingung.
"El." Ucap Silva membuat Delia penasaran. "Kenapa?"
"Di lapang futsal." Jawab Silva.
Tanpa pikir panjang Delia langsung berlari menuju lapang futsal yang letaknya cukup jauh, karena kelasnya yang berada di lantai dua. Meninggalkan Silva yang masih ngos-ngosan.
Pikiran buruk mulai merasuki Delia. Dia takut para anggota tim futsal marah pada El atas peristiwa semalam. Mungkin saja mereka tengah mengeroyok El di lapang futsal.
Memikirkan hal itu, Delia semakin mempercepat laju larinya.
Sesampainya di area lapang, Delia melihat pemandangan yang berbanding terbalik dengan perkiraannya.
Bukan El yang tengah dikeroyok anggota tim futsal, melainkan El yang tengah bergabung bermain futsal bersama anggota tim.
Menurut penjelasan Mora yang tengah ikut menyaksikan pertandingan futsal di lapangan, El datang kepada para anggota futsal yang tengah bermain untuk meminta maaf atas kejadian semalam terutama pada Leon dan Sandi sang empunya pesta.
Leon dan Sandi menerima permintaan maaf El dengan syarat El mau bergabung bermain bersama mereka. Awalnya El menolak, namun atas desakan Sandi dan teman-teman lainnya akhirnya El bersedia.
Seperti yang tengah berlangsung di lapangan. El bergabung bersama tim Sandi dan beberapa anggota yang sudah resmi pensiun tadi malam, melawan tim Leon yang berisikan para pemain terbaik yang tengah berjaya di futsal.
Delia semakin tak mengerti pada El. Pria itu berkeras menolak meminta maaf untuk kedua kali pada Radit, tapi tanpa diminta dia meminta maaf pada Leon dan teman-temannya yang jelas-jelas tak mempermasalahkan kejadian semalam, terbukti dengan keakraban mereka di tengah lapangan saat ini.
"Elo sih, belom juga gue ngomong udah maen lari aja." Gerutu Silva yang masih merasa kelelahan karena berlari mengejar Delia.
"Gue udah coba nelpon lo berkali-kali, gak pernah diangkat." Ujar Celyn.
"Hp gue di tas." Ucap Delia yang fokus pada sosok El yang tengah menggiring bola yang dihadang tim lawan. Dengan lincahnya El berkelit dan kembali meraih bola yang sempat lepas dari kendalinya. Di depannya Leon tengah bersiap menghalangi Sandi yang juga siap untuk menerima umpan dari El. Tapi tak disangka El langsung menendang bola ke arah gawang yang cukup jauh, dan sebuah golpun tercipta dari tendangan kaki El.
Suara tepuk tangan bergemuruh menandakan cukup banyak yang menyaksikan pertandingan ini. Tak seperti biasanya, para siswa yang biasa acuh tak acuh saat tim futsal sedang bermain di jam istirahat, kini para siswa justru tampak antusias menyaksikan pertandingan. Sepertinya El telah menjadi daya tarik untuk permainan kali ini, dilihat dari banyaknya penonton wanita. Mungkin sama seperti Delia, mereka juga penasaran pada sosok El yang tiba-tiba muncul di daftar cowok populer di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most
Teen FictionArdelia Putri Wijaya, cewek populer di sekolah yang digilai para cowok di SMA Teratai. Karena kepopulerannya itu ia membuat sebuah tantangan untuk dirinya sendiri. Selama ia menjadi siswi di SMA Teratai, Ardelia harus berpacaran dengan sepuluh dari...