Delia terbangun dengan kepala pening. Dia sadar semalam terlalu banyak minum. Ditelannnya tablet yang biasa ia minum jika ia mabuk berat. Sebelum akhirnya pergi mandi. Meskipun sebenarnya ia ingin sekali bolos tapi tidak bisa, karena hari ini dirinya dan Sarah harus mempresentasikan tugas mereka. Dan Sarah pasti akan melancarkan aksinya untuk menggantung Delia di tiang jemuran jika dirinya tidak masuk sekolah.
Delia tengah menyisir rambutnya ketika Bu Sumi masuk ke kamarnya. "Ada apa Bu?" Tanya Delia yang masih fokus pada rambutnya.
"Itu Non, ada temennya nungguin."
Delia menghentikan aktifitasnya, memikirkan kemungkinan siapa teman yang datang ke rumahnya. Diantara semua temannya hanya Sarahlah yang sering ke rumahnya. Jadi kemungkinan terbesarnya pastilah Sarah.
"Ya udah Bu, bentar lagi aku turun. Tolong siapin sarapan aja buat kami." Ujar Delia.
Setelah Bu Sumi pamit, Delia mematut diri di cermin memastikan semuanya tampak sempurna.
Setelah yakin dengan penampilannya, Delia meraih tas dan berjalan keluar kamar.
Delia berjalan menuruni tangga mengabaikan rasa sakit di kepalanya yang masih saja mengganggu.
Langkah kakinya terhenti di undakan tangga yang terakhir. Bukan Sarah ia dapati, melainkan sosok pria berseragam sekolah tengah ngobrol asyik menanggapi candaan Bu Sumi di meja makan. Pemandangan yang cukup aneh karena jarang terjadi di rumahnya. Karena ia sendiri tak yakin kapan terakhir kali menggunakan meja makan tersebut.
Bu Sumi membisikkan sesuatu pada si pria, lalu berlalu pergi. Sedangkan si pria membalikkan badannya ke arah Delia.
Si pria tersenyum pada Delia, tapi Delia justru diam mematung mengenali wajah pria tersebut.
"Ellard." Ucapnya pelan.
El berjalan ke arah Delia yang berdiri di tempat. "Gimana kondisi kamu? Masih pusing?"
Mata Delia membulat sempurna mendengar pertanyaan El. Dan juga kata yang El gunakan saat memanggilnya.
Sejak kapan El memanggilnya dengan kata kamu?
Tidak!
Ini tidak mungkin.Delia memukul kepalanya keras, berusaha untuk menghilangkan sisa mabuk semalam yang dirasanya masih berefek.
"Hei, kenapa kepalanya dipukul gitu." El menahan tangan Delia.
Delia menatap El seksama, memastikan pria yang ada di depannya ini benar-benar El si cowok bunglon.
"Gak usah gitu dong mandangnya, aku emang udah ganteng dari dulu."
Mulut Delia terbuka lebar, tak menyangka El bisa mengucapkan hal tersebut. Sepertinya bukan dirinya yang mabuk tapi El yang jelas-jelas kehilangan kesadarannya.
"Ya udah kita sarapan dulu yuk!" Ajak El menarik lengan Delia tanpa penolakan atau mengucapkan apapun.
Saat El mempersiakan kursi untuk Delia, dia kembali mematung. Raut wajahnya berubah, bukan lagi kaget melainkan sedih.
"Ini aku siapin untuk kamu." Ucap El menyediakan sepotong roti dengan selai kacang dan segelas susu.
Sebuah bayangan terlintas dalam benak Delia, seorang gadis kecil berseragam SD tengah berlari menuju meja makan. Saat sampai di belakang kursi urutan kedua, dia terdiam wajahnya cemberut menunggu seorang pria berseragam SMA menyediakan kursinya.
"Silahkan tuan putri!" Si pria menyiapkan sepotong roti lengkap dengan selai kaca ditambah segelas susu tepat di depan gadis kecil tersebut yang sudah duduk di kursinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Most
Teen FictionArdelia Putri Wijaya, cewek populer di sekolah yang digilai para cowok di SMA Teratai. Karena kepopulerannya itu ia membuat sebuah tantangan untuk dirinya sendiri. Selama ia menjadi siswi di SMA Teratai, Ardelia harus berpacaran dengan sepuluh dari...