Jika dengan mantannya yang terdahulu, Delia cukup mendekati mereka dengan dalih ngajak pulang bareng. Selanjutnya mereka akan semakin dekat dan tidak butuh waktu lama sang target akan meminta Delia menjadi pacarnya.
Lain lagi dengan El, cukup sulit untuk Delia melakukan pendekatan. Selain karena El adalah sosok yang tertutup, El juga pulang sekolah menggunakan bis, membuat Delia kesulitan untuk melancarkan aksinya. Bukan masalah jika Delia tidak memiliki pengalaman buruk saat naik bis.
Jadi perpustakaan adalah satu-satunya tempat yang bisa Delia jadikan tempat pendekatan.
Setiap jam istirahat ia selalu mengunjungi perpustakaan hanya untuk menemui El. Dia akan berbicara panjang lebar dan El hanya membalas seperlunya. Lalu yang terjadi selanjutnya adalah Delia ditegur petugas perpustakaan.
Seperti halnya hari ini, El terpaksa keluar ruangan karena Delia terlalu berisik. Tak hanya mengganggunya tapi juga mengganggu pengunjung lainnya.
El menghentikan langkahnya tiba-tiba membuat Delia yang berjelan di belakangnya menubruk punggung El.
El berbalik dan menatap Delia kesal, tak memperdulikan gadis itu yang tengah mengusap keningnya sedikit kesakitan. "Mau lo apa?"
"Hah?" Delia bengong.
"Kenapa lo ngikutin gue?" El mengubah pertanyaannya.
"Oh itu... pengen aja. Kenapa? Gak boleh?"
"Nggak! Risih tau gak berasa jadi buronan, mana lo ceriwis banget lagi." Ujar El kesal.
"Gue cuma pengen kenal lo lebih deket aja, masa gitu aja lo marah." Delia ikut-ikutan kesal dengan nada bicara El yang sedikit kasar.
"Gue gak punya waktu buat orang gak penting kaya lo." El berlalu meninggalkan Delia yang tengah bersungut-sungut kesal.
"Dasar cowok songong! Emang lo pikir lo siapa? Gak rugi gue gak kenal sama lo." Teriak Delia yang sudah tidak memperdulikan tatapan orang-orang di sekitarnya.
Gara-gara kejadian itu seharian Delia menjadi uring-uringan. Bahkan ketika dia dan teman-temannya menghabiskan waktu di mall. Delia tak henti-hentinya memaki-maki nama El sekalipun orang yang dimaksud tidak ada di antara mereka.
Ketiga teman Delia harus siap menjadi korban kekesalan Delia. Karena dia tak segan memukul-mukul orang yang ada di sampingnya jika sedang kesal.
"Udahlah Del, orangnya juga gak ada. Gak guna lo marah-marah kaya gini." Mora mulai kesal dengan sikap Delia.
"Sorry ya guys, gara-gara si El brengsek itu kalian jadi korban kekesalan gue."
"Gue sih gapapa, kalo tiap lo kesel lo bakalan traktirin kita jalan kek gini. Kesel aja tiap hari." Candaan Celyn diamini Silva.
"Temen kurang ajar lo pada!" Delia melempari kedua temannya dengan kacang yang ada di depannya. Kedua temannya berhasil berkelit, lalu membalas menyerang Delia dengan kacang.
"Curang lo, beraninya keroyokan." Delia kesal karena kedua temannya tengah tertawa melihat dirinya yang kesulitan untuk menghindar.
"Jadi gimana? Lo mau nyerah gitu aja buat dapetin El?" Mora mulai menyinggung nama El lagi.
"Udahlah gue ga mau bahas El. Pengen bacok orang rasanya tiap denger nama tuh cowok." Delia mencebik kesal teringat kembali sikap tak acuh El. Tapi itu tak berlangsung lama karena sebuah panggilan telepon membuat wajahnya tersenyum cerah. Tak butuh waktu lama untuk ia mengangkat panggilan tersebut dan terlibat obrolan seru.
"Bisa kok. Gue pasti dateng. Bye Eon." Delia mengakhiri obrolan tersebut dan menyimpan kembali hpnya di meja.
Delia menatap ketiga temannya yang tengah menuntut penjelasan hanya dengan pandangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most
Dla nastolatkówArdelia Putri Wijaya, cewek populer di sekolah yang digilai para cowok di SMA Teratai. Karena kepopulerannya itu ia membuat sebuah tantangan untuk dirinya sendiri. Selama ia menjadi siswi di SMA Teratai, Ardelia harus berpacaran dengan sepuluh dari...