"Will you marry me?"
Refleks wanita itu menutup mulutnya mendengar ucapan pria yang tengah berlutut di hadapannya dengan sebuah cincin di tangan.
Wanita itu tak menyangka, setelah memberi kejutan pesta ulang tahun untuknya, kini sang kekasih melamarnya di depan semua tamu undangan.
Suasana yang sejak tadi riuh gemuruh dengan suara musik sekarang berubah senyap. Semuanya seakan menahan napas masing-masing, menunggu jawaban si wanita.
Tak sanggup mengatakan apapun, si wanita mengangguk setuju. Dengan wajah bahagia si pria menyematkan cincin di jari manis kekasihnya, diiringi tepuk tangan dari orang-orang yang hadir di pesta itu.
Wajah sumringah tak luntur menghiasi keduanya saat orang-orang mulai mengucapkan selamat.
"Selamat ya Chel," ucap salah satu teman yang hadir.
Wanita itu langsung memeluk temannya.
"Thanks ya Del! Lo udah bikin hari ini sempurna, dan gue gak akan pernah lupa semua jasa lo," ucap si wanita pada Delia.
"Bukan gue yang bikin hari lo sesempurna ini, tapi dia." Delia menunjuk pria yang berdiri di samping Chelsea.
"Dan aku nggak akan pernah bisa mempersembahkan kesempurnaan ini, tanpa bantuan kamu." Toni memeluk pinggang Chelsea dari belakang.
Pria yang sudah menjadi tunangan Chelsea itupun kembali mengucapkan terima kasih pada Delia, entah yang ke berapa kalinya.
Setelah bosan mendengar ucapan terima kasih dari keduanya, Deliapun berpamitan. Ia memutuskan untuk pulang setelah sebelumnya memastikan Hani yang akan mengurus keberlangsungan pesta.
Memiliki usaha party planner, tidak pernah Delia impikan sebelumnya. Semua itu mengalir begitu saja. Bermula dari kebiasaannya yang suka mengurus pesta para temannya atau membantu membuatkan surprise untuk para pasangan. Hingga akhirnya mendapat klien yang pure meminta jasanya untuk sebuah party dengan bayaran yang cukup lumayan, dan berlangsung sampai sekarang. Dari teman ke teman lainnya dan dari media sosial.
Delia begitu menikmati pekerjaan sampingannya tanpa mengesampingkan pendidikannya.
Dari kejauhan Delia masih bisa melihat keramaian pesta di taman belakang rumah Chelsea. Senyumnya tersungging saat matanya menangkap pemandangan yang sejak tadi di lihatnya, Toni dan Chelsea yang selalu menempel layaknya surat dan perangko.
Dua sejoli yang tengah dimabuk rindu setelah hampir enam tahun terpisah oleh jarak dan waktu. Tak sia-sia keduanya menjalin hubungan jarak jauh karena berakhir seperti apa yang mereka harapkan.
Chelsea yang awalnya kesal dan berniat membatalkan pestanya karena Toni memutuskan hubungan tiba-tiba, akhirnya pasrah saat Delia membujuknya untuk tetap melangsungkan pesta. Dan di pesta itulah Toni datang memastikan hubungan mereka telah berakhir namun siap membina sebuah hubungan baru.
Delia bersyukur karena pekerjaannya bisa menjadikannya bagian dalam kebahagiaan setiap orang.
Lalu kapan gilirannya?
Pertanyaan yang selalu diucapkan teman-temannya kembali membuat dia termenung. Sudah tujuh tahun berlalu dan ia masih berada di titik yang sama, tanpa kemajuan bahkan cenderung mundur. Seharusnya El sudah kembali karena sudah mendapatkan gelar masternya, tapi terpaksa tetap tinggal di sana karena harus menyelesaikan kontrak pekerjaannya dengan sebuah perusahaan.
Dibiarkannya mesin mobil menyala tanpa berniat untuk segera melajukannya. Delia justru mengambil tas selempangnya dan mengeluarkan ponsel. Jari-jarinya dengan lincah menari di atas layar ponsel, hingga berakhir di sebuah aplikasi chatting berwarna hijau. Di bukanya sebuah ruang obrolan milik satu nama yang berada di barisan awal daftar kontaknya namun barisan terakhir di daftar obrolannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/96322372-288-k934975.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most
Teen FictionArdelia Putri Wijaya, cewek populer di sekolah yang digilai para cowok di SMA Teratai. Karena kepopulerannya itu ia membuat sebuah tantangan untuk dirinya sendiri. Selama ia menjadi siswi di SMA Teratai, Ardelia harus berpacaran dengan sepuluh dari...