Sadar Diri

2.9K 171 13
                                    

Senyum El mengembang menyaksikan slideshow gambar-gambar dirinya dan Delia di layar laptopnya. Potret kebersamaannya dengan Delia bulan lalu.

Tatapannya terpaku pada gambar Delia yang tengah tertawa menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi, dengan sungai yang menjadi latar belakangnya.

Masih terekam jelas di memorinya, setiap detik, menit yang ia lewati bersama Delia hari itu. Bermacam ekspresi muncul di wajah cantik Delia yang kini tertanam di memory El.

Senyumnya, tawanya, hingga tangisnya El menikmati semua yang ada pada gadis itu. Rasa perih menelusup hatinya, El merindukan gadis itu.

"Hei, lagi ngapain?"

El langsung menutup laptopnya mendengar suara Eve yang kini berdiri di sampingnya.

"Cuma main game," jawabnya berpaling pada Eve.

"Main game aja terus, mentang-mentang ujiannya udah selesai," cibir Eve yang tidak ditanggapi El.

"Kenapa sih mukanya suntuk banget? Ujiannya juga udah selesai, gak usah mikirin lagi pelajaran. Kamu bisa main kemanapun tanpa beban," ujar Eve berbanding terbalik dengan cibirannya tadi, karena melihat wajah adiknya yang tak bersemangat.

"Males," kata El bangkit dari kursinya lalu berjalan menuju ranjang dan melemparkan tubuhnya ke atas kasur, menyembunyikan wajahnya dibalik kasur.

"Eh ni anak, malah tidur bukannya nikmatin kebebasan. Udah jadi mahasiswa baru tahu rasa, hari libur itu berharga."

"Bawel banget sih kak, ngomong mulu. Lagian kakak mau ngapain kesini?" Tanya El mengangkat sebagian tubuhnya menghadap Eve dengan muka malas.

Eve duduk di kursi belajar milik El, "Mau pinjem laptop, ngecek email."

"Eh kak tunggu!"

Terlambat. Sebelum El berhasil mencegahnya, Eve sudah lebih dulu membuka laptop El yang masih menampilkan gambar Delia.

Eve tersenyum melihat gambar Delia di layar laptop, bergantian menatap adiknya yang sudah terduduk di pinggir ranjang. El menggaruk tengkuknya yang tak gatal, karena telah ketahuan masih menyimpan poto mantan padahal dirinya sendiri memarahi Eve karena memposting poto dirinya dan Delia ke instagram.

"Jadi, cuma kamu yang boleh nyimpen potonya Delia. Orang lain nggak?"

"Apaan sih kak." El langsung mengembalikan tampilan laptopnya ke menu utama. Sialnya lagi, ia lupa mengganti wallpaper yang masih menggunakan poto Delia saat bermain layangan. Meski wajah Delia tak terlihat jelas, Eve pasti langsung mengenalinya karena terlihat dari ekspresinya sekarang sedang tersenyum mengejek kebodohan adiknya.

Dengan kesal El kembali menutup laptopnya dan kembali duduk di pinggir ranjang. Percuma ia melakukan apapun karena Eve pasti akan langsung mengorek isi laptopnya. Jadi biarkan dirinya terlihat semakin bodoh di depan kakaknya, karena tidak bisa move on dari mantan yang telah berhasil memporak porandakan hatinya. Untuk kali ini ia tidak akan lagi menyangkal perasaannya.

"Kakak gak ngerti sama kamu, udah jelas-jelas masih suka sama Delia. Kenapa jalan sama Sarah?"

"Sarah?" Tanya El bingung. Ia kira kakaknya akan mengolok-oloknya karena gagal move on.

"Setelah putus sama Delia kamu jadi sering jalan sama Sarah. Kakak kira kamu suka sama Sarah, itu sebabnya kamu mutusin Delia."

El menggeleng, "Bukan aku yang mutusin tapi Delia. Dan Sarah... aku gak pernah suka sama dia. Aku sering jalan sama Sarah karena dia yang ngajak, aku gak bisa nolak, gak enak sama Om Hendra."

"Tapi kayanya dia suka deh sama kamu."

"Masa sih?"

"Ya ampun El, jadi cowok itu harus peka. Sarah udah terang-terangan deketin kamu, masih gak nyadar?"

The MostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang