El menuntun Delia berjalan di koridor. Langkahnya terhenti tiba-tiba, memaksa Delia untuk ikut berhenti. El melepaskan jaket yang dipakainya hanya meninggalkan kaos oblong yang ia pakai. Lalu disampirkannya jaket tersebut untuk menutupi tubuh bagian atas Delia yang terbuka karena baju minimnya.
Tanpa mengatakan apapun, El kembali menuntun Delia melanjutkan langkahnya menuju lift.
Mereka masuk ke dalam lift yang kebetulan kosong. Berdiri bersampingan tanpa mengatakan apapun. Tiba-tiba tubuh El berbalik menghadap Delia, tangannya terulur merapikan rambut Delia yang berantakan. Dan tak ragu membersihkan lipstick Delia yang tak karuan, meski hanya menggunakan tangannya. El berusaha membuat penampilan Delia tidak terlalu berantakan, sekaligus berusaha untuk menghilangkan jejak-jejak tangan jail para pria mesum tadi.
Selama itu berlangsung, Delia tak melepaskan pandangannya dari El tapi yang dipandang tidak membalas melainkan tetap fokus pada pekerjaannya atau mungkin justru berusaha menghindar. Entahlah!
Tak lama setelah El menyelesaikan tugasnya, pintu lift terbuka. Seorang ibu paruh baya masuk, sempat tertegun sebentar sebelum akhirnya si ibu berdiri membelakangi mereka. Sesekali si ibu melirik ke belakang, tatapannya terarah ke tangan El yang tak lepas dari tangan Delia. Lalu tatapannya beralih memperhatikan penampilan mereka.
"Dasar anak jaman sekarang," cibir si ibu.
El dan Delia saling bertukar pandang, lalu kembali saling membuang pandangan melihat ke arah lain. Mereka merasa tak nyaman dengan keberadaan si ibu yang menilai buruk, tapi apalah daya mereka hanya bisa diam. Selain itu, El masih belum tenang karena takut ada yang mengejarnya.
Mereka baru bisa bernafas lega setelah pintu lift terbuka dan si ibu keluar, merekapun mengikuti dari belakang.
Di basement El menuntun Delia menuju mobil Alvian. El mengeluarkan konci mobil yang kebetulan ada padanya karena saat berangkat dari rumah Alvian ialah yang menyetir.
El membukakan pintu untuk Delia, kemudian berlari memutar dan masuk ke dalam mobil. Ia duduk di kursi kemudi, mulai menyalakan mobil sebelum akhirnya melajukan mobilnya keluar basement.
Suasana di dalam mobil terasa sunyi tanpa ada perbincangan. Diam-diam Delia mencuri pandang pada El melalui kaca mobil, saat tertangkap basah ia akan langsung membuang muka berpura-pura menatap keluar jalan.
Tangan Delia terulur mengambil tissu di dashboard. Diserahkannya tissu tersebut pada El.
Tidak langsung menerimanya, El justru hanya memandang tissu tersebut dan kemudian pada Delia yang masih memegang tissu. Fokus El yang sedang menyetir kini terbagi karena masih tak mengerti apa yang dimaksud Delia dengan memberinya tissu.
Tak kunjung diterima, Delia mendekatkan tangannya yang memegang tissu ke hidung El yang masih menyisakan darah yang belum sempat dibersihkan sejak tadi. Tangan Delia dengan telaten membersihkan bekas darah di hidung El. Sedangkan El berusaha sekuat mungkin agar tetap fokus menyetir.
Tanpa Delia sadari, El memperhatikan Delia yang tengah membersihkan darah di hidungnya. Saat Delia tanpa sengaja mengangkat kepala, matanya terkunci oleh tatapan El yang terus memperhatikannya. Untuk beberapa saat mata mereka saling memandang. Sampai Delia tersadar dan menjauhkan dirinya dari El. Ia meremas tissu di tangannya hanya untuk menghilangkan kegugupannya.
El sendiri berusaha fokus untuk menyetir, meski kegugupannya tak juga hilang.
Setelah beberapa menit berlalu barulah El bisa kembali mendapatkan fokusnya untuk menyetir. Sesekali ia mencuri pandang pada Delia yang kini sedang diam dengan pandangan kosong lurus ke depan. El ingin bertanya tentang keadaannya, apakah baik-baik saja? Hanya untuk sekedar basa-basi, karena tanpa bertanya iapun tahu Delia tidak dalam keadaan baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most
Teen FictionArdelia Putri Wijaya, cewek populer di sekolah yang digilai para cowok di SMA Teratai. Karena kepopulerannya itu ia membuat sebuah tantangan untuk dirinya sendiri. Selama ia menjadi siswi di SMA Teratai, Ardelia harus berpacaran dengan sepuluh dari...