Baik-Baik Saja?

2.2K 154 4
                                        

Sudah berhari-hari sejak kejadian malam penuh drama itu. Malam itu Delia pulang bersama orang tuanya dan juga Sarah. Selama perjalanan Delia hanya tidur. Sarah maupun orang tua Delia tak berani mengganggu karena mereka tahu Delia pasti sangat kelelahan. Delia memang kelelahan, sangat kelelahan fisik maupun bathinnya atas apa yang menimpanya, sehingga ia tak bisa tidur dan lebih memilih berpura-pura tidur.

Sampai saat ini Delia masih belum bisa memutuskan apa yang harus dilakukannya pada dua orang yang telah membuat drama itu. Delia memilih menghindari Sarah yang tanpa lelah terus mendekatinya, berusaha untuk mendapatkan maafnya.

Lain halnya dengan El. Tak ada sedikitpun pergerakan dari El. Berbanding terbalik dengan Sarah, El cenderung menghindari Delia. Setiap kali berpapasan di sekolah ataupun tempat lainnya, El selalu tertunduk lalu menjauh tanpa berani menatap Delia. Yang Delia tangkap dari sikap El, sepertinya dia merasa bersalah pada Delia. Seperti suatu malam saat Delia dan orang tuanya sedang berada di pusat perbelanjaan, Delia berpapasan dengan El yang kebetulan sedang bersama Sarah. Saat Sarah berusaha mendekat pada Delia, El justru hanya melirik Delia sekilas kemudian pergi dengan kepala tertunduk.

Tapi dibalik semua itu, ada hal baik yang Delia dapatkan, orang tuanya. Hal yang ia takutkan tidak terjadi sama sekali. Orang tuanya tidak berpikir Delia terlibat dalam drama itu.

Delia ingat betul saat mereka sampai di rumah setelah mengantar Sarah pulang terlebih dahulu, Mamanya langsung menarik Delia ke dalam pelukan, menangis sesenggukan tanpa henti mengucapkan maaf serta bermacam kalimat penyesalan karena telah mengabaikannya. Papa Deliapun ikut memeluknya. Mereka bertiga berpelukan layaknya sebuah keluarga, seperti yang selalu Delia rindukan.

Setelah malam penuh drama sekaligus penuh haru itu, Delia selalu menghabiskan waktu bersama orang tuanya. Orang tua yang dulu tak memiliki jadwal untuk berada di rumah, kini selalu meluangkan waktu bersama Delia setiap hari, meski itu hanya untuk sekedar nonton atau makan bersama. Yang terpenting bagi Delia adalah keluarganya telah kembali.

Ini  seperti mimpi yang jadi nyata. Semua itu berkat El dan Sarah. Itu pula sebabnya Delia masih bingung bagaimana harus bersikap kepada kedua orang itu. Delia bisa saja berterima kasih kepada mereka, tapi ia belum siap jika harus kembali mengingat kejadian itu. Rasa trauma dalam bawah sadarnya masih ada, setiap kali melihat mata El.

Untuk saat ini biarlah Delia bersikap egois, membiarkan El dan Sarah berada dalam lingkaran rasa bersalah sedangkan dirinya menikmati hasil kerja keras mereka. Biarkan Delia melepaskan semua kerinduan kepada orang tuanya. Meski tidak sekarang, suatu hari nanti Delia pasti akan berterimakasih kepada mereka yang telah mengembalikan kebahagiaannya. Kebahagiaan yang membuatnya lupa bahwa ia pernah terpuruk karena kabar perceraian kedua orang tuanya.

Delia tidak ingin memikirkan apapun, sekalipun perceraian itu. Yang Delia tahu pasti saat ini adalah keluarganya dalam keadaan baik-baik saja.

Saat ini Delia baru saja pulang dari sekolah. Delia masuk ke dalam rumah, melemparkan tubuhnya ke atas sofa panjang yang ada di ruang tamu.

"Bu Sum... tolong ambilin aku es jeruk!" Teriaknya.

Hari ini cuaca panas sekali, seharian Delia di lapangan membuatnya sangat lelah. Bahkan saat berada di mobilpun ia masih merasa lelah membuatnya jadi malas menyetir tapi bagaimana bisa sampai ke rumah jika ia tidak menyetir mobilnya.

Tak butuh waktu lama, Bu Sum datang segelas es jeruk di tangannya dan menyerahkannya pada Delia. Hanya dalam beberapa tegukan Delia menghabiskan es jeruk tersebut.

Sepertinya segelas es jeruk belum mampu menghilangkan rasa lelahnya.

Delia merebahkan tubuhnya di atas sofa dan memejamkan matanya. Hanya dalam waktu beberapa menit ia sudah tertidur pulas.

The MostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang