Dari cermin terlihat pantulan tubuh Delia yang dibalut dress hitam memamerkan lekuk tubuhnya yang terbilang cukup seksi di usianya yang masih muda.
Delia mendesah pelan melihat penampilannya sekarang. Wajahnya telas dipoles dengan bermacam jenis make up. Bibirnya yang dipoles lipstick merah menyala menjadi yang paling menonjol, memberikan kesan seksi dan dewasa. Sebenarnya ia tak perlu berdandan seperti itu, tapi Rico memaksanya dengan dalih semua temannya juga akan berpenampilan sesuai arahannya, termasuk dress yang Delia kenakan saat ini.
Kembali Delia mendesah entah untuk yang ke berapa kalinya. Penampilannya sekarang seperti akan hadir di pesta besar yang diadakan di club, padahal ini hanya pesta biasa. Delia yang dulu mungkin tidak akan ada masalah dengan itu, tapi ini Delia yang berbeda.
Hanya untuk yang terkahir kalinya. Delia berusaha meyakinkan dirinya.
Diraihnya mantel dari lemari dan memakainya untuk menutupi pakaian kurang bahannya.
Setelah merasa semua keperluannya telah lengkap, Delia turun ke bawah membawa tas di lengannya.
Beruntung Mamanya tidak ada di rumah, jika ada Delia tidak tahu harus mengatakan apa saat Mamanya melihat penampilannya seperti ini. Tapi sebelumnya Delia memang sudah meminta izin untuk pergi ke pesta temannya.
Butuh satu jam lebih untuk sampai di tempat tujuan.
Delia berlari menuju lift yang hampir tertutup. Beruntung Delia masuk tepat waktu. Di dalam lift berisi tiga orang lainnya. Dua diantaranya adalah ibu-ibu, sedangkan satunya lagi seorang pria yang Delia taksir usianya hanya selisih beberapa tahun di atasnya.
Selama di dalam lift kedua ibu-ibu tersebut saling berbisik sambil sesekali melirik ke arahnya. Dan pria itu sudah berkali-kali tertangkap basah menatap Delia.
Merasa risih dengan semua itu, tangan Delia berusaha menarik bagian bawah dressnya yang di atas lutut. Usaha yang sia-sia karena jika Delia terus memaksakan usahanya, dressnya justru akan sobek.
Merasa frustasi, Delia akhirnya menutup bagian atas lututnya yang terbuka dengan tasnya.
Delia baru bisa bernafas lega saat lift terbuka di lantai yang ia tuju. Sedikit terburu-buru ia keluar mengabaikan ocehan kedua ibu-ibu itu yang mengomentari pakaiannya.
Sambil mencari apartment Rico, Delia tak hentinya mengumpat, menyumpahi pria itu yang seolah sedang menjebaknya.
Nomor 113
Delia sudah berada di depan pintu apartment Rico. Tangannya baru akan membuka pintu tepat saat pintu itu terbuka dari dalam. Rico muncul dengan senyuman jahil khasnya.
"Gue baru aja akan jemput lo, gue kira lo tersesat." Rico mempersilakan Delia masuk ke dalam.
Delia tak membalas ucapan Rico, ia masuk ke dalam melewati Rico yang kini berjalan mengekor di belakangnya.
Delia mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan yang telah disulap seperti kelab malam dengan lampu remang-remangnya. Di tengah-tengah terdapat meja yang dipenuhi banyak botol minuman serta makanan ringan.
Pandangan Delia tertuju pada sebuah kursi dengan sandaran tinggi layaknya sebuah singgasana raja.
Delia terkekeh geli melihatnya, "Lo mau jadi raja di sini?"
Rico menggeleng, meraih tangan Delia menuntunnya menuju singgasana tersebut, memaksa Delia untuk duduk di sana.
"Lo yang akan jadi ratunya." Rico melepaskan mantel yang menutupi tubuh Delia.
Rico memandangi tubuh Delia yang dibalut dress minim yang ia pilihkan, memamerkan beberapa bagian tubuhnya yang telanjang. "Wow!!! So seksi."
"Seksi pala lo!" Delia menjitak kepala Rico. "Gara-gara lo maksa gue pake baju ini, orang-orang melototin gue terus. Risih tau!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most
Ficção AdolescenteArdelia Putri Wijaya, cewek populer di sekolah yang digilai para cowok di SMA Teratai. Karena kepopulerannya itu ia membuat sebuah tantangan untuk dirinya sendiri. Selama ia menjadi siswi di SMA Teratai, Ardelia harus berpacaran dengan sepuluh dari...