Sedikit demi sedikit mata Delia yang tetutup mulai terbuka melihat ke sekeliling yang belum tersentuh cahaya matahari, masih gelap. Ia menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya dan menggerakkan kepalanya di atas bantal mencari posisi nyaman dan kembali menutup mata untuk melanjutkan tidurnya. Sudah bermenit-menit matanya terpejam, tapi telinganya tetap bisa mendengar suara sekecil apapun, ia tidak bisa kembali tidur ditambah lagi sekarang terdengar suara vacum cleaner yang digunakan Bu Sum, suaranya sangat mengganggu memaksanya untuk bangun meski ia sangat malas. Diraihnya weker di samping tempat tidurnya dan dilihatnya jam menunjukkan angka 06 : 03, masih sangat pagi untuk bangun di hari libur seperti ini.
"Harus ngapain gue sepagi ini di hari libur," keluh Delia menyembunyikan wajah di balik kedua telapak tangannya. Ia tak tahu harus melakukan hal apa di hari libur kali ini. Usahanya untuk tidur lagi sudah jelas gagal total.
Delia tak beranjak dari tempat tidurnya, ia hanya menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang sembari memeluk guling memikirkan apa yang akan ia lakukan hari libur kali ini yang untuk pertama kalinya ia tak memiliki jadwal apapun, tidak bersama teman atau siapapun karena sekarang ia sendirian, benar-benar sendirian. Segera ia abaikan kekosongan di hatinya dan lebih memilih untuk mengotak-atik ponselnya. Ia mulai melihat ada beberapa notifikasi di aplikasi instagram, ia langsung membukanya dan melihat-lihat unggahan dari beberapa teman yang diikitunya di aplikasi tersebut. Beberapa kali ia terdiam setiap melihat postingan teman-temannya. Poto Mora bersama teman barunya yang diposting tadi malam, adapula poto Sarah yang tengah menghabiskan malam minggu di rumah ibunya, dan juga poto Silva bersama Levin yang tampak begitu mesra. Ia tersenyum miris melihat teman-temannya yang tampak lebih bahagia tanpa dirinya. Disimpannya kembali ponsel tersebut ke tempat ia mengambilnya tadi, ternyata memainkan ponsel bukanlah ide yang bagus, itu hanya menjadikannya seorang stalker yang memperjelas bahwa ia tak punya kerjaan.
Akhirnya ia memutuskan untuk turun dari ranjang, pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri meski tak yakin apa yang akan dilakukannya nanti, mungkin nonton dvd Korea sampai matanya bengkak biar hidupnya yang ngenes semakin tambah ngenes.
Saat Delia sedang membersihkan mukanya tiba-tiba sebuah ide terlintas di kepalanya, ia tersenyum menyeringai pada pantulan wajahnya di cermin dan mempercepat membersihkan mukanya dilanjutkan dengan sikat gigi.
Kini Delia telah mengganti pakaian tidurnya dengan pakaian olahraga lengkap dengan handuk kecil tersampir di pundaknya. Ia akan jogging keliling komplek setelah sekian lama ia tak melakukannya.
Ia mulai dengan pemanasan di halaman rumahnya, kemudian berlanjut keluar areal rumah keliling komplek sambil ditemani dentuman suara musik di telinganya melalui headphone yang ia kenakan.
Sudah satu jam ia berlari kecil di sekitar komplek, masih butuh waktu lama untuk mengelilingi seluruh komplek dan ia tidak akan sanggup. Ia lebih memilih untuk beristirah di taman komplek yang saat itu cukup ramai. Ia duduk di salah satu bangku di dekat pohon, membuka botol minuman yang dipaksa Bu Sum untuk ia bawa. Diminumnya air mineral tersebut mengalirkan hawa segar ke tenggorokkannya yang sudah terasa sangat kering. Kemudian ia mengelap wajahnya yang basah karena keringat, tepat saat seorang pria datang ngos-ngosan sambil memegang kedua lututnya.
"Kak Vian," ucap Delia pada pria tersebut, ia melepas headphone yang ia menempel di telinganya.
"Kapan lo kesini?" Tanya Delia pada Alvian yang sudah mendaratkan bokongnya di bangku.
"Bukannya lo tinggal di apartment?" berondong Delia, "Apa kuliah lo libur?"
Bukannya menjawab, Vian justru meraih botol minum Delia dan langsung menghabiskan isinya hanya dalam beberapa tegukan.
"Nanya mulu! Capek tau!" ucap Vian akhirnya.
"Abisnya lo muncul tiba-tiba,"
"Gue udah manggilin lo dari tadi, gue kejar lari lo malah tambah kenceng."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most
Teen FictionArdelia Putri Wijaya, cewek populer di sekolah yang digilai para cowok di SMA Teratai. Karena kepopulerannya itu ia membuat sebuah tantangan untuk dirinya sendiri. Selama ia menjadi siswi di SMA Teratai, Ardelia harus berpacaran dengan sepuluh dari...