Fakta

3.6K 208 25
                                    

Kenyataan bahwa El adalah pria yang paling dibenci Delia di masa lalu, tak lagi berpengaruh untuk hubungan mereka.

Delia seolah melupakan segalanya, terbukti dari ia yang dengan sabar menunggui El yang sedang bekerja, mengabaikan semua panggilan telepon dari teman-temannya.

Tapi ternyata itu semua tidak gratis, karena setelah El selesai bekerja gadis itu menuntut untuk jalan-jalan.

El mengajak Delia ke pasar malam karena lokasinya yang tak begitu jauh. Awalnya El mengira Delia akan menolak karena pasar malam mungkin bukan kelasnya. Tapi di luar dugaan ternyata Delia sangat antusias menikmati berbagai macam permainan dengan wajah yang tampak begitu riang.

"Aku mau naik bianglala," ujar Delia yang tengah menikmati arumanis.

"Nggak!" Balas El  "Ini udah terlalu malam, kita pulang."

Bibir Delia mencebik, setelah menghabiskan arumanisnya ia berdiri di depan El dengan tangan terlipat di dada. "Pokoknya aku mau naik bianglala titik. Aku gak mau pulang sebelum naik bianglala titik lagi."

Setelah mengatakan itu Delia langsung membalikkan tubuhnya membelakangi El.

Bukannya membujuk Delia, El justru melakukan hal yang sama membelakangi Delia.

"Ya udah, aku pulang sendiri aja," ujar El sambil berjalan menjauhi Delia dengan senyuman jailnya.

Delia segera menyusul El dan menghentikan langkah pria tersebut dengan menghalangi jalannya, merentangkan kedua tangannya di depan El.

"Ini yang terakhir. Setelah itu kita pulang, aku janji gak akan minta apapun lagi." Kedua jari tangan Delia teracung membentuk huruf V.

"Ayolah El, aku kan udah nungguin kamu selama lima jam gak ngapa-ngapain. Masa kamu tega nolak keinginan aku naik bianglala, cuma sepuluh menit doank." Delia tengah melancarkan aksi merajuknya dengan memasang wajah memelas. "Yah yah yah, El baik deh, kan pacar aku."

El tersenyum geli melihat tingkah Delia yang kekanak-kanakkan. Malam ini Delia benar-benar bersikap manja padanya. Senyuman tak henti-hentinya menghiasi wajah gadis itu, dan melihat Delia tersenyum adalah kebahagiaan tersendiri untuk El. Ia tidak ingin senyum itu hilang dari wajah manis kekasihnya.

Akhirnya Elpun mengangguk, menyetujui permintaan Delia.

"Horreee..." Delia meloncat kegirangan dan hal yang selanjutnya Delia lakukan di luar dugaan El.

Tanpa aba-aba Delia memeluk El dan tak berhenti mengucapkan terimakasih. Bagi Delia pelukan tersebut mungkin hanyalah refleks karena terlalu senang, sedangkan bagi El ini lebih dari itu. Pelukan tersebut telah mendobrak pintu hatinya yang telah ia kunci rapat-rapat agar tidak terlibat dalam hubungan ini. Karena dirinya tahu, melibatkan hati dalam hubungan ini hanya akan berakhir sia-sia.

Setelah menghabiskan malam bersama, mereka pulang setelah hampir tengah malam.

Motor El memasuki pekarangan rumah Delia. El menghentikan motornya tepat di belakang dua mobil yang berada di depan rumah.

"Ada tamu?" Tanya El pada Delia yang tengah melepaskan helmnya.

"Itu mobil orang tua aku." Delia menyerahkan helm pada El.

"Ehmm, mau kenalan dong sama calon mertua," canda El.

Delia bergerak gelisah mendengar candaan El. Melihat reaksi Delia, El merasa candaannya salah. "Gak usah tegang gitu aku cuma bercanda, lagipula ini udah larut malam aku harus pulang."

"Gak mau kiss dulu?" Tanya El yang dibalas acungan tinju Delia yang siap mendarat di pipi El kapan saja.

"Iiihh eike atutt." El menutupi wajahnya seolah takut ditinju Delia.

The MostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang