Hari ini El pergi ke Bogor untuk menghadiri undangan pesta ulang tahun temannya semasa SMP. Ia menikmati pesta ulang tahun temannya tersebut tak ubahnya pesta reuni karena nyaris 90% semua temannya ada di sana. Sampai tak terasa waktu hampir menunjukkan pukul sebelas malam, ia harus segera pulang. Beberapa teman menawarkan untuk mengantarnya, tapi dengan halus ia menolak. Hanya si tuan rumah yang menawarkan meminjamkan motor yang tidak ia tolak, walau bagaimanapun ia butuh kendaraan untuk pulang karena tak ada angkutan umum yang bisa sampai ke rumahnya apalagi di tengah malam seperti ini. Akhirnya iapun berpamitan kepada semuanya, dan pulang menggunakan motor yang dipinjamkan temannya.
El melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, ia tak sabar ingin segera sampai di rumah dan merebahkan tubuh di kasur. Tubuhnya terasa remuk karena dijotos teman-temannya sebagai bentuk kerinduan mereka. Cara yang aneh tapi ia senang dengan perlakuan mereka karena ia juga melakukan hal yang sama.
Hanya butuh waktu setengah jam untuknya melewati jalanan raya yang masih ramai di tengah malam minggu ini. Ia membelokkan motornya memasuki jalanan sepi menuju rumahnya, disambut pepohonan yang menyelimuti beberapa bangunan vila mewah tak berpenghuni karena si pemilik hanya datang sesekali hanya untuk berlibur.
Dipercepatnya laju motor karena jalanan sangat lengang. Matanya menyipit saat dari kejauhan ia melihat sebuah mobil terparkir di pinggir jalan. Dipelankannya laju motor, dan menepikannya tepat di belakang mobil tersebut. Setelah melepaskan helm yang dikenakannya, ia memperhatikan mobil yang sangat familiar itu, dilihatnya nomor polisi yang tercantum di belakang mobil. El yakin, ia sangat mengenali mobil itu.
Perlahan ia turun dari motor, dan mencari si pemilik mobil. Dilihatnya isi mobil dari balik jendela, kosong. Ia tak menemukan siapapun. Kemudian ia beralih ke pinggiran lain mobil. Di sana ia mendapati seorang gadis tengah memeluk tubuhnya yang gemetar. Dengan hati-hati El menyentuh pundak si gadis yang langsung diam membeku selama beberapa detik, kemudian secara perlahan kepala si gadis memutar menghadapnya. Ekspresi terkejut tergambar jelas di wajah gadis yang ia kenali dengan baik, sedetik kemudian berubah menjadi binar bahagia di wajahnya yang berantakan dan basah karena air mata. El terhenyak saat tiba-tiba gadis itu memeluknya.
Gadis yang setelah berbulan-bulan ini menjauhi dirinya, kini tengah menangis sesenggukan dalam pelukannya. Masih dengan gemetaran Delia terus melapalkan kata 'a-ku ta-kut'.
Sebelah tangan El membalas pelukan Delia. "Ssshhh... tenang aku di sini," ucapnya dengan tangannya yang lain membelai rambut Delia, berusaha menenangkan gadis itu.
Sedikit demi sedikit getaran tubuh Delia berkurang, seiring dengan tangisannya yang mulai berhenti kini Delia mulai tenang masih dalam pelukan El. Perlahan ia mengurai pelukannya, mendongak menatap El dengan matanya yang mulai bengkak dan terasa perih karena terus menerus menangis.
Tanpa mengatakan apapun El melepaskan jaket yang dipakainya, lalu memindahkannya ke tubuh Delia. Membantu gadis itu memakai jaketnya, tanpa menolak Delia membiarkan El melakukan tugasnya sampai tubuhnya terbalut jaket El dengan sempurna.
"Mana kunci mobilnya?" Tanya El.
"Mogok," jawab Delia.
"Aku tahu."
Tentu saja El tahu, apalagi yang membuat seorang gadis menangis di tepi jalan sepi yang jauhnya berpuluh-puluh kilo meter dari rumahnya, selain mogok.
Delia berjalan mengitari mobil, membuka pintu mobil dan mengambil kuncinya lalu kembali menutupnya rapat. Diserahkannya kunci tersebut pada El.
"Bawa barang yang ada di mobil," saran El.
Delia menggeleng.
"Tas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most
Teen FictionArdelia Putri Wijaya, cewek populer di sekolah yang digilai para cowok di SMA Teratai. Karena kepopulerannya itu ia membuat sebuah tantangan untuk dirinya sendiri. Selama ia menjadi siswi di SMA Teratai, Ardelia harus berpacaran dengan sepuluh dari...