Hari demi hari berlalu, para pemuda Edenorth itu tidak hentinya menjalani pelatihan mereka menjadi prajurit. Hampir sebulan mereka lalui tanpa tidur nyenyak. Setiap harinya selalu ada hal yang harus mereka lakukan. Bahkan untuk kerja keras mereka tidak mendapat sepeser koin pun. Beratnya hari pemuda-pemuda desa itu tak seberat hari-hari Aleenor di kastil itu. Bagaimana tidak, gadis itu harus menjalani latihan seperti pemuda lainnya dengan menyembunyikan identitasnya sebagai wanita. Tak sehari pun terlewatkan tanpa cemas di hatinya. Setiap harinya ia harus mengganti perban yang menjerat dadanya agar terlihat tidak menonjol. Bisa saja gadis itu tidak menggantinya, tetapi karena latihan keras yang dirinya jalani membuatnya mengeluarkan banyak keringat dan membuatnya tidak punya pilihan lain selain mengganti perbannya yang bau. Bukan hanya itu, gadis itu harus menahan dinginnya air menyentuh tubuhnya setiap malam. Karena pemandian kastil yang terbuka, Aleenor terpaksa harus membersihkan dirinya diam-diam setiap malam ketika para pemuda yang lainnya masih tidur. Ia kerap kali menggali alasan setiap diajak untuk mandi bersama. Gadis itu hanya berharap mereka tidak akan curiga dengannya sampai dirinya bisa terlepas dari kastil itu.
Penderitaan Aleenor masih berlanjut. Selalu menjadi yang terlemah membuatnya selalu dipandang sebelah mata baik oleh para prajurit senior maupun sejawatnya. Terkadang para pemuda lainnya mengejeknya karena tidak lihai dalam apapun. Entah itu bermain pedang, memanah, bergulat, ataupun hal lainnya yang berkaitan dengan fisik selain berkuda, Aleenor sering menempati posisi terakhir dibanding pemuda lainnya. Tidak hanya itu ancaman prajurit senior tentang hukuman untuk yang terlemah selalu membayangi diri Aleenor. Sejak berada di kastil itu, tidak ada hal baik yang datang pada Aleenor. Hanya satu yang membuatnya masih bisa tersenyum hingga kini yakni Zylon. Lelaki itu selalu berusaha membelanya dan menghiburnya terutama setelah latihan. Ia tahu Aleenor akan murung ketika selesai latihan, dan saat itu pula dirinya selalu berusaha membuat-buat lelucon untuk membuat temannya itu tersenyum, Meskipun Aleenor tahu lelucon Zylon sama sekali tidak lucu, ia tetap memasang senyumnya ketika lelaki itu melakukannya, Karena Zylon tidak akan berhenti hingga Aleenor menarik kedua ujung bibirnya.
Aleenor terdiam duduk di bawah pohon besar yang ada di dekat bangunan kastil. Dilihatnya lebam-lebam di tubuhnya yang masih terasa nyeri. Lebam-lebam itu didapatnya dari adu tinju dengan pemuda lain sehari yang lalu. Ia bukan sedang berkelahi karena ada masalah dengan pemuda itu, melainkan karena prajurit senior membuatnya melakukan hal itu. Mereka tidak hanya menyuruh pemuda-pemuda desa itu untuk berlatih dengan senjata, tetapi juga berlatih untuk melawan satu sama lain. Dan selama ini Aleenor tidak pernah menang sekali pun. Mendengar suara langkah kaki mendekatinya, Aleenor segera menutup kembali lebam-lebam di kakinya dengan pakaiannya.
"Kau disini rupanya," ucap Zylon lalu berdiri di dekat Aleenor dengan tubuhnya bersenden pada batang pohon.
"Ada apa?" tanya Aleenor.
"Tidak apa! Aku hanya ingin melakukan tawar-menawar denganmu," balas Zylon.
Aleenor menaikkan satu alisnya dan bertanya, "Apa maksudmu dengan tawar-menawar?"
"Aku ingin membuat orang-orang yang memandangmu sebelah mata bertekuk lutut di hadapanmu!"
"Bagaimana bisa kau melakukannya? Lagipula, aku hanya ingin mereka untuk menghargaiku, tidak berlutut di-" Aleenor menghentikan perkataannya saat telunjuk Zylon tiba-tiba menempel di dahinya. Matanya terlihat juling mengamati jemari Zylon.
"Bukan aku yang melakukannya, tapi kau!" ucap Zylon, menyingkirkan telunjuknya dari dahi Aleenor dan menempatkan tangannya bersilang di dada bidangnya lalu melanjutkan ucapannya, "aku akan membantumu berlatih!"
Aleenor terlihat berpikir sesaat sembari menatap Zylon. Berbanding terbalik dari dirinya yang lemah, Zylon selalu ahli dalam melakukan latihan apapun. Lelaki itu bahkan tidak pernah kalah jika berhadapan dengan pemuda lainnya. Mempunyai pelatih seperti Zylon tentu akan sangat membantu gadis itu. Aleenor merasa senang lelaki itu berniat ingin membantunya, tetapi rasa senangnya tidak bertahan lama ketika dirinya mengingkat kata tawar--menawar yang diucapkan Zylon beberapa saat lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lady in Armor
Narrativa StoricaMengurus hewan ternak, mencukur bulu domba, dan menjual-belikan hasil ladang sudah menjadi keseharian Aleenor Preaux, seorang Lady yang juga putri pemilik ladang tempatnya bekerja. Perlahan hidupnya mulai berubah berawal dari sahabatnya, Eric Rochef...