Jaren membopong Aleenor ke kereta kuda yang sudah menunggunya. Dengan hati-hati, Jaren menyelaraskan Aleenor di kursi depannya. Tak lama Jaren memerintahkan kusirnya untuk menggerakkan keretanya. Goncangan kereta kuda mulai dirasakan oleh mereka hingga tanpa sadar membuka jubah yang menutupi luka Aleenor.
Jaren tidak dapat mengalihkan pandangannya dari luka yang didapatkan gadis itu karena melindunginya dari sayatan serigala. Melihatnya entah mengapa membuat hati Jaren merasa teriris. Irish Jaren sesaat beralih pada wajah Aleenor yang sibuk menatap keluar jendela kereta dengan tatapan hampa. Tampak jelas kesedihan terukir di raut wajah Aleenor.
"Aku akan bertanggung jawab atas lukamu," ucap Jaren.
Mendengarnya, Aleenor menoleh dan menatap Duke itu. Sejenak dia menutupkan kembali jubah yang terbuka itu pada lukanya.
"Apa maksud anda?" tanya Aleenor.
"Jika saja tidak ada pria yang mendekatimu karena luka itu, aku akan menggantikan posisi itu."
"Apa my lord bersedia menikah dengan saya hanya atas dasar luka ini?"
"Aku tidak mengatakan untuk menikah denganmu, tetapi aku akan memenuhi kebutuhanmu lahir batin."
Sekilas Aleenor mengerutkan alisnya mendengar jawaban dari Duke itu. Dikiranya pria itu akan menjadikannya sebagai istrinya. Mengingat karakter Duke itu, seharusnya Aleenor tidak menduga terlalu tinggi untuk sebatas dirinya.
"Apa anda berniat menjadikan saya sebagai wanita simpanan anda?"
"Bukan juga sebagai wanita simpanan. Aku tidak berniat untuk menyembunyikan dirimu jika saja aku telah memiliki istri nantinya. Aku akan membiarkanmu tinggal di kastil ku tanpa kau harus bekerja. Dan jika kau membutuhkan kebutuhan batin dari seorang pria, aku akan melakukannya untukmu."
Aleenor semakin tertohok mendengar ucapan Jaren kali ini. Bahkan sepertinya julukan wanita simpanan masih terlalu bagus untuknya. Dia sangat tahu bahwa Duke itu sama sekali tidak melihatnya sebagai wanita apalagi menaruh rasa padanya. Tidak cukup dirinya dipermalukan di pesta itu, kini giliran Duke itu yang menambah sakit di hatinya. Bahkan rasa sakit yang membekas di tubuhnya itu tidak sebanding dengan perasaan sakit di hatinya saat ini.
"Sebegitu rendahnya diri saya di mata Anda, my lord?" tanya Aleenor menahan isakannya.
Jaren menelusur irish hazel yang mulai berkaca-kaca itu. Gadis itu terluka karena ucapan dirinya dan Jaren menyadarinya.
"Aku sama sekali tidak bermaksud merendahkanmu. Hanya saja, sebatas itu yang dapat kulakukan sebagai bentuk tanggung jawabku."
"Kalau begitu, anggap saja luka ini terjadi bukan untuk Anda. Lagipula, saya tidak pernah meminta Anda untuk merasa terbebani dengan luka ini."
"Aku tidak bisa. Melihatmu terluka entah mengapa lebih terasa sakit bagiku daripada ketika sebuah pisau tajam mengenai kulitku."
Aleenor sesaat tertawa tidak percaya. Ucapan Jaren terdengar kontras di telinganya. Dia terdiam sesaat memikirkan respon apa yang harus dikatakannya.
"Anda tidak perlu khawatir. Saya sudah mempunyai seorang pria yang akan menerima diri saya apa adanya," balas Aleenor dengan penuh kebohongan.
Aleenor memang tidak pernah memiliki hubungan spesial dengan seorang lelaki selama ini. Namun demi mengangkat harga dirinya di depan Duke itu, membuatnya terpaksa berbohong.
"Benarkah?" tanya Jaren dengan tersirat nada kekecewaan.
Aleenor mengangguk, "Karenanya, saya tidak perlu memikirkan jika nantinya saya harus terjebak tanpa status dengan lelaki yang sudah berkeluarga,"
Aleenor memang cukup dared untuk membalas perkataan Jaren. Tetapi sekali-kali dia juga ingin membuat pria itu merasakan apa yang dirasakannya, meskipun dirinya ragu mengetahui dirinya bukan siapa-siapa yang patut membuat pria berkelas itu terluka.
"Jika demikian, aku tidak perlu membagi diriku untuk wanita lain karena rasa tanggungjawab," balas Jaren.
Aleenor speechless, membalas sarkasm pada Duke itu sepertinya percuma. Karena akhirnya dirinyalah yang kembali dibuat sakit hati karena jawaban dari lidah pedas duke tampan di depannya ini.
Aleenor memalingkan wajahnya ke arah jendela, mencoba menenangkan hatinya. Diikuti dengan Jaren. Setelah percakapan singkat itu keduanya memilih bungkam dan menikmati pemandangan jalanan perbukitan dari luar jendela.
Sejenak Jaren kembali menoleh pada Aleenor. Lelaki itu diam-diam kembali memperhatikan Aleenor.
Apa dia benar-benar memiliki seseorang itu?
______________
-tbc
next chapter: XVII

KAMU SEDANG MEMBACA
A Lady in Armor
Ficción históricaMengurus hewan ternak, mencukur bulu domba, dan menjual-belikan hasil ladang sudah menjadi keseharian Aleenor Preaux, seorang Lady yang juga putri pemilik ladang tempatnya bekerja. Perlahan hidupnya mulai berubah berawal dari sahabatnya, Eric Rochef...