Aleenor menuju ke ladangnya bersama dengan wanita yang diselamatkannya. Diliriknya sesaat ke arah pemukiman warga, asap mulai menyurut.
Aleenor mengalihkan pandangannya pada seseorang yang duduk di belakangnya. Ia mencoba membuka pembicaraan, "Aleenor Preaux, dan kamu miss?"
"Floria Klavos." jawab wanita itu.
"Siapa yang melakukan hal kejam seperti itu padamu?"
"Aku tidak tahu bagaimana mereka datang. Aku datang saat orang-orang itu membakar rumah kami. Mereka membawa paksa warga desa dan membunuh para warga yang melawan. Aku bersembunyi sebelum mereka menangkapku," kata Floria.
"Apa yang akan mereka lakukan pada penduduk desa itu?" tanya Aleenor.
"Aku sedikit mendengar pembicaraan mereka. Orang-orang itu sedang butuh para pemuda dan pria dewasa untuk dijadikan prajurit seperti mereka. Ku dengar mereka juga akan pergi ke manor para bangsawan."
Aleenor tercengang mendengarnya, jika benar yang dikatakan wanita itu ia harus cepat-cepat kembali ke manornya. Hakk.. Aleenor mempercepat kudanya. Sesampainya di ladang, ia menyerahkan Floria kepada Hua lalu pergi ke manornya. Perasaannya berkecambuk, ia hanya berharap tidak terjadi sesuatu pada keluarganya.
Tidak lama Aleenor tiba di manornya. Salah seorang pekerja tua yang sudah setia melayani keluarganya telah menunggunya di depan manor.
"Gillbert, ada apa?" tanya Aleenor, tidak biasa pelayannya itu berdiri di depan rumah hanya untuk menunggunya.
"Pssstt.. kemarilah my lady."
Aleenor mengikuti Gillbert yang menuntunnya masuk melewati pintu belakang manor. "Sebenarnya apa yang terjadi?" ucap Aleenor, semakin curiga melihat tingkah Gillbert.
Pelayannya itu hanya terdiam, mengabaikan pertanyaannya. Berbagai prasangka muncul di benak Aleenor. Ia menduga bahwa orang-orang yang membakar desa itu sudah berada di manornya, karena itu Gillbert membuatnya masuk dari pintu belakang. Gillbert berhenti sesaat, pria tua itu membalikkan tubuhnya menghadap Aleenor lalu menaruh kedua tangannya di pundak gadis itu.
"My lady, saya tahu bukan tempat saya untuk mengatakannya. Tetapi, kumohon selamatkan tuan Zeir."
"Apa maksudmu?" tanya Aleenor.
"Orang-orang besar itu ingin membawa tuan Zeir bersama mereka. Saat ini tuan Luke sedang berhadapan dengan mereka, sementara nyonya dan tuan muda bersembuyi di ruang bawah tanah," ucap Gillbert.
"Apa ayah yang menyuruhmu untuk mengatakannya padaku, bert?"
"Tidak, my lady. Malah sebaliknya, tuan Luke meminta saya untuk membawa my lady ke ruang bawah tanah, karena itu saya menunggu anda pulang. Meskipun tuan dan nyonya bersikap keras, saya bisa melihat bahwa jauh di lubuk hati mereka sebenarnya sangat menyayangi my lady," kata Gillbert.
Aleenor mengerutkan alisnya lalu berkata, "Kau tidak perlu menjelaskannya padaku, selama ini perlakuan mereka padaku sudah membuktikannya. Aku hanya menilai dari apa yang kulihat dan kurasakan."
"My lady-"
"Gillbert, kau salah meminta padaku. Aku tidak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan Zeir," ucap Aleenor lalu pergi mendahului Gillbert.
"Maafkan saya jika berkata lancang, my lady. Setidaknya biarkan pria tua ini menyelesaikan amanah tuan untuk menghantarkan my lady hingga ke ruang bawah tanah," ucap Gillbert berbalik mendahului Aleenor.
Gilbert menuntun Aleenor sampai ke ruang bawah tanah, tempat yang biasa digunakan untuk berlindung jika terjadi badai. Terkadang tempat itu juga berfungsi untuk menyimpan benda berharga. Gillbert perlahan menutup pintu ruangan itu dari atas. Sementara pria tua itu berjaga di luar. Gillbert mengerutkan keningnya, ia tampak menyesali telah meminta sesuatu yang sulit pada Aleenor.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Lady in Armor
Ficción históricaMengurus hewan ternak, mencukur bulu domba, dan menjual-belikan hasil ladang sudah menjadi keseharian Aleenor Preaux, seorang Lady yang juga putri pemilik ladang tempatnya bekerja. Perlahan hidupnya mulai berubah berawal dari sahabatnya, Eric Rochef...