"Bukankah kita pernah bertemu di jalanan desa saat kau hampir tertabrak?" tanya Zylon seketika membuat Aleenor mematung.
"Ah-ahh.. tidak mungkin! Aku baru per-pertama kali melihatmu! Mungkin kau bertemu seseorang yang mirip denganku," ucap Aleenor terbata-bata sembari tangannya meleraikan rambut yang menyamping di telinganya untuk menutupi wajahnya.
Zylon tampak berpikir sejenak. Dalam hatinya, ia bertanya, mungkinkah dia orang yang sama atau dia hanya mirip?
"Kau benar! Kau terlalu mirip dengan seseorang yang pernah kutemui," ucap Zylon. Lelaki itu mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Aleenor. Lagipula, tidak mungkin seorang gadis akan berada disini!
"Ada apa?" tanya Aleenor, berjalan mundur mencoba menaruh jarak dengan lelaki itu.
"Kau.. kau perlu memperbaiki penampilanmu agar lebih terlihat menakutkan," ucap Zylon.
Aleenor mengedipkan kedua matanya, ia tidak percaya lelaki itu akan mengatakan demikian. Sesaat lalu jantungnya berdegup kencang, terbayang bahwa penyamarannya akan berakhir disini. Aleenor menghela nafas panjang. Tangannya merogoh pada saku celananya, mengeluarkan seuntai tali pendek.
"Seperti ini?" tanya Aleenor setelah selesai mengikat rambut pendeknya.
Zylon mengacungkan jempolnya lalu memujinya, "Ya, itu lebih baik!"
***
Clang claang
Suara gelas yang bergesekan terdengar bersamaan dengan ramainya orang berbincang. Ruangan makan yang terletak di ujung hall kastil penuh dengan meja panjang dan kursi berjejer sepanjang mata memandang. Suasana sarapan di ruangan itu jauh dari bayangan Aleenor. Ia tampak ragu untuk bergabung dengan prajurit senior lainnya yang memenuhi meja di ruang itu. Aleenor memandang kesana-kesini mencari para pemuda desa yang sejawat dengannya. Wajah menyeramkan para prajurit yang ada di ruangan itu membuatnya takut untuk berbaur dengan mereka. Aleenor dan Zylon terlambat keluar dari kamar mereka, sehingga mereka tidak bercampur dengan pemuda lainnya yang dibawa ke kastil.
"Ayo bergabung dengan mereka," ajak Zylon dan seperti biasa lelaki itu merangkul bahu Aleenor lalu memaksa gadis itu berjalan mengikutinya.
Zylon mengajak Aleenor untuk duduk di salah satu meja di ruangan itu. Terlihat prajurit senior dengan muka yang menyeramkan memberi tatapan tidak ramah pada mereka. Aleenor meraih lengan baju Zylon lalu menarik-nariknya.
"Zylon, mungkin kita tidak seharusnya duduk disini," lirih Aleenor.
"Diam dan makanlah!" ucap Zylon, mengacuhkan para prajurit senior yang tidak senang dengan kehadiran mereka.
Untuk pertama kalinya Zylon melihat makanan begitu lengkap diatas meja. Daging, buah-buahan, dan wine tersedia di depan matanya. Zylon mengulurkan tangannya, berniat mengambil sepotong daging yang berada di meja tidak jauh dari kursinya. Stab... seketika sebuah pisau melayang menancap di daging sapi panggang yang hampir berpindah pada tangan Zylon. Untung saja, Zylon segera reflek dan menghindar dari lemparan pisau itu.
"Kau prajurit baru itu?" tanya salah seorang prajurit senior yang melemparkan pisau. Pria itu terus melontarkan tatapan mengintimidasi sedari Zylon dan Aleenor datang ke meja itu. Zylon mengangguk dan menatap balik pria besar botak itu.
Pria berkepala botak itu mengacungkan jempolnya ke samping lalu berkata, "Tempat kalian bukan disini, melainkan disana!"
Zylon dan Aleenor mengikuti arah tempat yang ditunjuk pria botak itu. Dilihatnya pemuda-pemuda yang mereka kenali ramai memperebutkan sesuatu hingga berdesak-desakan. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang berkelahi. Aleenor melihat seorang prajurit yang melemparkan makanan di tengah para pemuda desa.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lady in Armor
Historical FictionMengurus hewan ternak, mencukur bulu domba, dan menjual-belikan hasil ladang sudah menjadi keseharian Aleenor Preaux, seorang Lady yang juga putri pemilik ladang tempatnya bekerja. Perlahan hidupnya mulai berubah berawal dari sahabatnya, Eric Rochef...