XXXVII

10K 733 275
                                    

Pasar Wihelmia,

Kabut menyelimuti kota yang selalu ramai dengan warganya itu. Dingin menusuk tulang, namun hal itu tak menjadi penghalang bagi para pedagang untuk mencari nafkah. Ada yang sibuk menawarkan barang dagangan, ada pula yang sibuk mencari barang untuk keperluan mereka. Seekor kuda berwarna coklat gagah terlihat melintas di gang pasar Wihelmia. Di depan kuda itu, terlihat seorang pemuda mengarahkan kuda itu melewati jalanan pasar.

Pemuda bertopi itu memasuki sebuah kedai setelah mengikat kudanya di luar. Dia melepas topinya dan membeti salam pada orang itu. Mereka terlihat bercakap sejenak. Tidak lama dia keluar dari kedai itu dengan membawa dua kantong besar yang di dalamnya berisi koin perak. Pemuda itu pergi meninggalkan kudanya yang telah ditukarnya dengan dua kantong koin itu. Terlihat sekilas pemuda itu tersenyum sembari menatap dua kantong koin yang diapitnya. Dia kembali memakai topinya dan menyusuri jalanan pasar.

Pada persimpangan jalan, dia berhenti sesaat. Sekitar lima ekor kuda melintas dengan ditunggangi orang-orang berjubah hitam. Seorang wanita terlihat menunggangi salah satu kuda, dia kerap menatap lelaki berjubah yang berkuda di sampingnya. Perhatiannya terfokus pada penunggang kuda yang berada di tengah-tengah dengan memakai mantel bulu hitam yang khas.

"My lord, mengapa anda harus turun tangan sendiri hanya untuk membeli beberapa budak?" tanya satu-satunya wanita yang berada di gerombolan penunggang kuda itu. Wanita itu mensejajarkan kudanya dengan pria bermantel.

"Tidak apa. Lagipula aku ingin menghirup udara segar. Sudah lama aku tidak keluar dari kastil."

"Tapi, tubuh anda belum sepenuhnya sembuh, my lord."

"Kau tidak perlu khawatir, Margareth. Tubuhku tidak selemah itu."

Pemuda bertopi itu mengepalkan tangannya mendengar percakapan singkat mereka. Tidak salah lagi suara berat itu milik seorang pria yang sangat dibencinya. Dia mengikat dua kantong koin itu pada celananya lalu dengan hati-hati mengikuti segerombolan penunggang kuda itu. Pemuda itu memilih jalan pintas dengan memasuki gang-gang kecil, melihat kuda-kuda itu berlari terlalu cepat. Mendengar dari percakapan sebelumnya, pemuda itu menduga mereka akan pergi ke pasar budak. Dia segera bergegas ke tempat itu.

•••••

Pasar budak

Beberapa pria berjubah dengan seorang wanita diantara mereka terlihat menyelinap di kerumunan khalayak ramai. Mereka telah berada di barisan paling depan tepat di depan panggung dimana para budak wanita satu-persatu dilucuti pakaiannya untuk dijual belikan. Satu orang budak telah terjual, budak berikutnya dibawa ke atas panggung hingga ada yang menawarnya dengan harga tertinggi. Begitu seterusnya hingga semua budak wanita terjual.

"Margareth, aku tidak tahu kau seorang wanita penakut. Kau tidak perlu khawatir jika terpisah dariku, karena aku pun membawa para pengawalku yang akan setia mengawasimu," ucap Jaren menatap tangan Margareth yang sedari tadi tidak lepas darinya.

Dengan berat hati, Margareth melepas pegangannya. "Baiklah, my lord. Asal anda berada di dekat saya itu sudah lebih dari cukup."

Jaren mengalihkan perhatiannya pada budak wanita telanjang yang berada di atas panggung. Sudah beberapa budak mendapat tuannya sedari Jaren dan rombongannya berada disana. Namun, lord muda itu masih belum mengeluarkan suaranya.

"My lord, jika anda tidak menawar salah satu dari mereka, kita akan pulang dengan tangan kosong," ujar Margareth.

"Sejauh ini para budak wanita itu belum ada yang menarik perhatianku. Aku tidak akan membuang uangku untuk sesuatu yang tidak menarik bagiku."

Margareth mendengus, "Tapi my lord, para budak itu hanya akan dipekerjaan serabutan. Jika anda ingin mencari wanita bukan disini tempatnya." Dia melanjutkan dalam hatinya, lagipula sudah ada wanita sempurna ini di samping anda, my lord.

A Lady in ArmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang