Sore itu, seseorang lelaki dengan memakai jubah terlihat berjalan mengelilingi taman kastil utama. Sesekali dia menghentikan langkahnya dan menghela nafas panjang. Lelaki tampan berambut hitam kelam itu tampak jenuh.
Dia lalu menaiki tangga kastil utama menuju sebuah balkon megah yang langsung berhadapan dengan pemandangan kota Dundeeg. Di pandangnya kota megah yang telah dibangunnya dengan susah payah. Kota yang dulu miskin dengan penduduknya yang penyakitan itu kini menjadi telah menjadi kota yang kaya raya dan banyak pula ditinggali para bangsawan pendatang.
Pandangan Jaren menyempit terpaku pada kastilnya, sesuatu tampaknya menyita perhatiannya sesaat. Duke itu terlihat sedang berpikir lalu melangkahkan kakinya.
Suara ricuh semakin mengganggu pendengaran Lord muda tampan itu. Jika saja sebelumnya Aron, panglima setianya tidak meminta ijin padanya untuk menyelenggarakan duel antar prajurit dan kesatria, mungkin saat ini Jaren sudah membubarkan duel yang membuat kericuhan di kastilnya yang biasa tenang itu.
Jaren semakin berjalan mendekat. Keramaian itu seketika hening semenjak para prajurit dan kesatria itu menyadari kehadiran Jaren.
"My lord."
Jaren menganggukkan kepala dan mengisyaratkan tangannya untuk melanjutkan kegiatan mereka sebelumnya. Satu persatu prajurit membukakan jalan untuk Jaren hingga dia berada di barisan terdepan dalam kerumunan itu. Seorang kesatria menaruh jubahnya pada sebuah batu berukuran cukup besar yang berada disana.
"Silahkan, my lord!"
"Hn"
Jaren mengibaskan mantelnya lalu memposisikan diri duduk di batu itu. Sementara para kesatria dan prajurit lainnya masih menunduk memberi penghormatan untuk lord tampan arrogant itu.
"Siapa yang menyuruh kalian untuk berhenti?" ucap Jaren dengan nada datar.
Dua kesatria yang berada di tengah kerumunan itu kemudian melanjutkan kembali duel mereka. Suara besi bertubrukan kembali terdengar. Namun, kali ini tidak terdengar sorak sorai prajurit yang gaduh seperti sebelumnya. Mereka terlalu takut untuk bersuara di depan lord mereka.
"Membosankan," ucap Jaren dengan tatapan tidak menyenangkan.
Jaren dengan santai melemparkan pedangnya menuju dua kesatria yang sedang bertarung itu.
Menyadari sebuah benda tajam akan mengenai mereka, kedua kesatria itu menghindar dan menjauh satu sama lain.
Pranggg
Pedang itu terjatuh setelah berhasil menggores sedikit salah satu baju besi yang dikenakan oleh kesatria itu.
"My lord,"
Dua kesatria itu segera bersimpuh, bertekuk lutut di hadapan Jaren tanpa tahu salah mereka hingga membuat Duke itu marah. Terlihat salah seorang dari mereka gemetar setelah tersrempet pedang tajam milik Jaren.
"Aku hampir saja tertidur melihat pertunjukan kalian."
Perlahan Jaren melangkah mendekati dua kesatria itu. Keduanya tertunduk siap menerima hukuman apapun termasuk nyawa mereka.
Stab... Jaren menancapkan pedangnya ke tanah kemudian menatap tajam para kesatria dan prajuritnya.
"Aku menawarkan pada kalian untuk melakukan duel denganku."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lady in Armor
Ficción históricaMengurus hewan ternak, mencukur bulu domba, dan menjual-belikan hasil ladang sudah menjadi keseharian Aleenor Preaux, seorang Lady yang juga putri pemilik ladang tempatnya bekerja. Perlahan hidupnya mulai berubah berawal dari sahabatnya, Eric Rochef...