XIX

9.3K 844 35
                                    

Dua kuda sudah disiapkan di halaman kastil utama. Di pelana salah satu kuda penuh dengan bawaan berupa makanan dan minuman untuk bekal perjalanan. Aron mencoba membujuk Jaren untuk tidak pergi, melainkan mengirimkan kesatrianya sudah cukup untuk mewakili dirinya. Namun, Jaren menolaknya, dia bersikeras untuk pergi. Sebenarnya Jaren akhir-akhir ini merasa bosan karena terus berada di kastil disibukkan oleh pekerjaannya. Dan dia merasa cukup senang ketika Count of Limburg meminta bantuannya sehingga Jaren mempunyai alasan untuk meninggalkan tumpukan pekerjaannya sesaat. Lagipula, mungkin dengan dirinya pergi akan memperat hubungannya dengan Count of Limburg.

"Aron, kenapa kau menaruh barang bawaanmu di kuda itu?" tanya Jaren, melihat Aron sibuk membenahi barang bawaannya.

"Bukankah ada menyiapkan dua kuda ini, salah satunya untuk saya, my lord?" tanya Aron, menyangka dirinya akan pergi bersama Jaren.

"Tidak, aku tidak berencana mengajakmu bersamaku. Selama aku tidak di kastil, harus ada yang menggantikanku untuk mengawasi kastil ini. Dan kau aku tugaskan untuk itu," balas Jaren.

"Lalu siapa yang akan menjadi pengawal anda, my lord?" tanya Aron, sedikit cemas.

"Aku tidak membutuhkan pengawal, melainkan-" ucap Jaren tidak melanjutkan kalimatnya lalu tersenyum tipis.

***

Penjaga gerbang kastil menurunkan drawbridge, mempersilahkan kedua kuda untuk keluar dari kastil Cesario. Kedua kuda itu kemudian beriringan keluar. Jaren menghentikan kudanya sesaat lalu menoleh ke belakang, melihat bangunan kastilnya yang megah. Pemandangan itu cukup dirindukannya, sudah lama dirinya tidak melihat kastilnya dari luar. Jaren kembali menjalankan kudanya, sama halnya dengan Aleenor yang juga mulai menjalankan kudanya mengikuti kuda hitam Jaren. Berbeda dengan Jaren yang merasakan nostalgia keluar dari kastilnya, Aleenor sedari tadi cemberut menatap Duke itu. Dia tidak tahu kenapa tiba-tiba dirinya dipanggil untuk pergi bersama pria yang menurutnya menyebalkan itu. Bersama dengan Jaren, hanya akan memperburuk suasana hati Aleenor karena ancaman-ancaman yang sering dilontarkan pria itu kepadanya.

Aleenor mendengus kesal melihat Jaren dengan leluasa menggerakkan kuda hitam gagahnya, sementara dirinya kesusahan melajukan kudanya dengan berbagai bekal yang menempel di pelana kudanya. Jalan demi jalanan dilewatinya bersama dengan Jaren, namun tak sekalipun lelaki itu mengajaknya bicara. Hanya hentakan kuda yang terdengar menemani perjalanannya.

Sesuatu yang dingin dan lembut menyentuh kulit Aleenor. Dia kemudian menengadahkan kepalanya melihat ke atas. Tidak disangkanya salju pertama turun saat ini. Tangannya mulai menangkap sedikit salju yang turun berikutnya.

"My lord, lihatlah! Sepertinya kita beruntung dapat melihat salju pertama turun," ucap Aleenor.

Jaren ikut menengadahkan kepalanya. Berbeda dengan Aleenor yang tampak ceria menikmati musim dingin tiba, Jaren merasa cemas dengan datangnya musim dingin ini. Mendapati salju pertama turun di tengah perjalanan bukan hal yang menyenangkan, mengetahui perjalanan mereka untuk mencapai Ramsauville masih cukup jauh. Bisa saja badai salju tiba-tiba datang ketika mereka bahkan tidak mempersiapkan perjalanan musim dingin terutama untuk baju hangat dan persediaan makanan lebih.

Salju semakin turun deras menyelimuti permukaan. Jaren mempercepat kudanya agar lebih cepat sampai ke Ramsauville. Sesekali dia meminta anggur yang ada di pelana kuda Aleenor untuk sedikit memberi rasa hangat di dalam tubuhnya. Pandangan mereka mulai kabur bersamaan dengan derasnya salju dan gelap malam. Meski bukan badai salju, hawa dingin musim dingin cukup menusuk hingga ke tulang. Jaren memutuskan untuk mencari tempat berlindung sebelum salju semakin tebal. Dia berharap akan menjumpai penginapan untuknya melalui malam. Namun, tempat yang dilewatinya jauh dari pemukiman manusia melihat tidak ada lilin satupun yang menyala menerangi gelapnya jalanan malam. Jaren melihat sebuah goa sempit diantara pepohonan yang dilewatinya. Dia kemudian mengarahkan kudanya melihat lebih dekat goa itu.

A Lady in ArmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang