Remang-remang cahaya obor dan lilin mulai nampak satu per satu memperlihatkan kastil Cesario yang megah ditengah gelapnya langit malam. Suasana sunyi kembali tercipta di kastil dengan desain konsentris itu. Di sayap barat kastil yang ditempati prajurit, terlihat dua orang pemuda sedang bercakap.
"Aww.. sakit Aleenor," ucap Zylon meringis kesakitan saat Aleenor mengoleskan antiseptik alami ke lukanya.
"Zylon, kau bodoh!"
Gadis berbalut pakaian pria itu mendengus kesal sembari kedua tangannya sibuk membersihkan luka pemuda di depannya.
Senyuman merekah di wajah lelaki dengan mata amber itu. Dia tersenyum bagaimanapun temannya itu sudah berada di sampingnya saat ini. Pandangannya menatap sayu Aleenor. Meski lelaki itu tampak berantakan saat ini dengan sekujur luka di tubuhnya, tetapi tidak mengurangi pesonanya dengan rambut brunette sebahunya yang menampilkan kesan maskulinnya.
"Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padamu, jika aku tidak memohon kepada duke itu untuk menngampunimu," ujar Aleenor menatap sendu luka Zylon.
"Aku tidak pernah memintamu untuk melakukannya. Lagipula, kau hanya mengacaukan balas dendamku."
"Kau tahu, zylon... sudah cukup banyak rasa pahit dan kesedihan pada hidup kita, tanpa kau menambahkan rasa benci di dalamnya. Jangan menjadi tawanan atas dirimu sendiri, kau berhak untuk mengejar kebahagiaan."
Zylon menahan tangan Aleenor lalu menjauhkannya membuat gadis itu menghentikan mengobati lukanya. Zylon menatap tajam Aleenor.
"Bagaimana mungkin aku berpikir untuk bersenang-senang, sementara apa yang telah dilakukan pria itu pada diriku dan keluargaku masih menyisakan luka mendalam bagiku."
Aleenor berdiri dari duduknya untuk mensejajarkan pandangannya dari mata amber yang memberinya tatapan tajam itu.
"Aku tahu perasaanmu, zylon. Tetapi balas dendam juga tidak akan mengembalikan semua itu. Lepaskan masa lalumu, berusahalah untuk hari ini, dan berharaplah untuk hari esok. Dengan begitu kau akan melupakan dendam itu."
"Aku tidak bisa berpaling dari masa laluku, karena itulah yang membentuk diriku kini dan mendorongku untuk menjadi lebih kuat."
"Aku tidak mengatakan untuk melupakan masa lalumu, tetapi apa yang sudah terlewat biarlah berlalu. Jadikan masa lalumu sebagai pelajaran dan nasihat dalam hidupmu. Kau tidak bisa terus berjalan ke depan jika kau tetap menatap ke belakang."
"Kau salah Aleenor, karena masa laluku yang kelam menjadi alasanku untuk bertahan dan mewujudkan tujuanku."
Zylon ikut berdiri. Ia terhuyung sesaat karena lukanya, namun dengan cekatan Aleenor menahan beban tubuh Zylon. Keduanya bertatapan sejenak. Zylon memalingkan wajahnya, lalu berusaha menjauhkan Aleenor darinya. Bukan Aleenor jika membiarkan temannya bersusah payah sendiri. Dia menyahut kembali lengan Zylon dan menuntunnya dengan paksa ke kamarnya.
"Aku tahu kita berbeda pemikiran, tetapi setidaknya biarkan aku mengantarmu."
Keduanya kembali bertatapan. Zylon kemudian menghela nafas membiarkan Aleenor membantunya. Lorong demi lorong kastil dilewati mereka. Tak jarang mereka bertemu dengan prajurit penjaga. Tatapan merendahkan dan terkadang cacian dilontarkan prajurit-prajurit itu pada Zylon. Rupanya duel itu cukup membuat namanya melambung di kalangan para penghuni kastil Cesario.
Cleekkk
Aleenor membuka pintu kamar Zylon, kamar yang tidak lain kamar yang ditempatinya pertama kali di kastil Cesario. Dengan hati-hati Aleenor menyelaraskan tubuh Zylon pada sandaran tempat tidur. Naas, karena terlalu pelan dan lama menopang tubuh Zylon, akhirnya gadis itu malah ikut roboh. Keduanya terjatuh secara bersamaan di tempat tidur. Alih-alih ingin membaringkan Zylon dengan hati-hati, kini malah tubuhnya menimpa Zylon membuat pria itu dalam sekerjap meringis kesakitan.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Lady in Armor
Ficción históricaMengurus hewan ternak, mencukur bulu domba, dan menjual-belikan hasil ladang sudah menjadi keseharian Aleenor Preaux, seorang Lady yang juga putri pemilik ladang tempatnya bekerja. Perlahan hidupnya mulai berubah berawal dari sahabatnya, Eric Rochef...