XXXI

5.7K 648 55
                                    

Sebuah ruangan sempit yang lembab dengan sangat minim perkakas perlahan tampak terang terkena sinar matahari yang masuk dari sebuah jendela kecil yang berada di ruang itu. Seseorang mulai terlihat terbangun dari tidurnya. Dia turun dari tempat tidurnya lalu berjalan menuju sebuah almari kayu sederhana yang ada di ruang itu. Sesaat setelah mengganti pakaiannya, dia keluar untuk melakukan pekerjaan sehari-harinya.

Sesuatu menyandung kaki Aleenor. Dilihatnya sebuah kantong kecil di bawahnya. Aleenor meraih kantong tersebut, dia menengok kanan-kirinya sebelum membuka isinya. Tampaknya seseorang sengaja meninggalkannya di depan pintu kamarnya. Dia tersenyum melihat isi dari kantong itu. Serbuk dari tumbukan bunga chamomile kering berada di dalamnya. Bunga chamomile banyak digunakan untuk menyembuhkan luka dengan cara dikeringkan lalu direndam air hangat layaknya seperti teh. Namun karena semakin langka dan semakin diminati dalam dunia perobatan, membuat chamomile menjadi berharga tinggi di pasaran. Hanya aristokrat dan pedagang kaya yang mampu mendapatkannya. Aleenor mengetahui jelas siapa yang memberikan obat mahal ini padanya. Dia juga tahu hanya orang itulah yang mengetahui tentang luka di kakinya. Benaknya bertanya mengapa orang itu memberikan obat langka seperti chamonile padanya.

Mungkinkah dia tidak serius dengan perkataannya kemarin.

***

Rentetan kuda terlihat memasuki gerbang kastil Cesario. Tidak banyak, hanya sekitar dua puluh ekor kuda bersama dengan prajurit berbaju besi. Bendera kehormatan Cesario tidak terlihat terangkat di barisan tersebut. Melihat kedatangan pasukan tersebut, seorang prajurit yang bertugas mengintai di menara kastil segera berlari menuju kastil utama. Tangga demi tangga dilaluinya dengan terburu-buru. Dan tibalah ia pada sebuah pintu besar yang di depannya terdapat dua pengawal. Prajurit itu berbisik pada salah satu pengawal. Tidak lama mengawal itu mempersilahkan dirinya untuk masuk. Terlihat seorang lelaki gagah berdiri membelakanginya di ruangan besar itu.

"My lord, Sir Aron telah kembali," ucapnya.

"Bagaimana kelihatannya?"

"......" prajurit itu menunduk tanpa berkata apapun.

"Baiklah, kau boleh pergi."

Jaren menatap di luar jendela memperhatikan pasukannya yang mulai memasuki gerbang kastilnya. Tidak ada perubahan dari mimik wajahnya sedari prajurit itu masuk dan membawa berita buruk baginya.

Tidak lama pintu besar itu kembali terbuka. Kali ini menampilkan pria berbadan besar dengan tubuhnya dibalut baju besi. Dia berlutut di belakang Jaren.

"My lord, maaf-"

"Kata itu tidak akan merubah fakta bahwa kau telah kalah."

Aron terdiam.

"Apa kau punya berita buruk lainnya?"

"Hnn"

"Katakan!"

"Mereka dalam perjalanan ke Dundeeg untuk mengambil alih kastil ini, my lord."

Prangg.... Jaren menampik semua benda yang berada di atas mejanya. Duke itu marah.

"Saya pantas mati, my lord," ucap Aron seraya menyangga pedangnya mempersilahkan Jaren menggunakannya untuk menebasnya.

"Tidak, aku masih membutuhkanmu. Kau harus membereskan kekacauan akibat kekalahanmu ini."

"Saya berjanji akan menghabisi mereka semua tanpa tersisa. Saya tidak akan membiarkan mereka menginjakkan kaki di kastil ini."

Aku akan membalas dendam atas kematian empat ribu pasukanku.

Jaren melihat semangat membunuh Aron dari mata pria itu. Saat ini dia lebih terlihat seperti monster yang haus darah, bukan seperti seseorang yang sedih karena kekalahannya. Sebagian pasukan miliknya yang habis dibunuh oleh orang bar-bar itu menjadi alasan baginya untuk segera membalas mencincang daging orang bar-bar itu.

A Lady in ArmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang