Bagian 17

13 3 0
                                    

[Author]

Disaat rumah sedang mengalami banyak permasalahan. Rai pergi untuk memperjuangkan cintanya,Ia pergi menuju gudang kosong untuk menemui Xion yang sudah menunggunya. Xion juga masih menunggu kedatangan Rai dari atap gudang.

Rai akhirnya sampai di gudang kosong itu,nampak suram dan mengerikan. Awalnya Rai sedikit takut untuk memasuki gudang,tapi rasa takut Rai hilang karena rasa cintanya yang tinggi terhadap Dini. Rai pun turun dari mobilnya dan mempersiapkan diri apabila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Ia berjalan pelan menuju pintu masuk gudang. Dengan langkah yang mantap,Rai membuka pintu perlahan. Tampak gudang yang hanya berisi drum minyak yang sudah tak terpakai,Rai berjalan pelan mencari Xion yang belum terlihat.

Tiba-tiba,terdengar suara cakaran di dinding gudang yang membuat bulu kuduk Rai berdiri. Nyali Rai mulai menciut,tapi Rai masih berani untuk melangkah hingga terdengar suara drum minyak yang jatuh. Suaranya membuat Rai kaget dan seakan jantungnya mau keluar dari tubuhnya. Rai tetap berjalan sampai ia pun menemukan Xion yang sedang duduk membelakanginya dan disinari lampu redup sehingga ketegangan digudang itu cukup membuat Rai makin membulatkan tekadnya.

Rai berdiri dihadapan Xion yang duduk membelakanginya,Tiba-tiba Xion langsung menanyai keadaan Rai.

"Bagaimana perjalananmu? Cukup jauhkah?"

"Hmm..lumayan,tapi aku akan melakukan apapun untuk menemuimu." Tegas Rai yang membuat Xion berdiri dari kursinya.

"Baiklah,jadi kita mulai dari mana?"
Tanya Xion yang mengajak Rai untuk bertarung.

"Kita selesaikan dulu dengan cara damai. Siapa tahu masalah ini bisa selesai dengan cara damai." Jawab Rai yang menginginkan jalan damai.

"Baiklah,jelaskan apa maksud pertemuan kita disini?" Tanya Xion yang mulai bosan.

Rai terdiam dan menghela nafas panjang. Ia pun mulai menjelaskan semuanya.

Ditaman,Tian dan Shina yang sudah berpacaran itu kembali pulang menuju ke rumah Rai. Sebenarnya Tian sudah menyuruh Shina untuk pulang ke rumahnya,tapi Shina lebih memilih untuk ikut pulang bersama Tian,Tian hanya bisa menuruti perkataan Shina. Mereka pulang diikuti para bodyguard Shina yang senantiasa berada dibelakang Shina. Mereka berdua sampai dirumah,disambut oleh Henry,Chiko,Gricelle,Arai,Joe,dan Freedom. Dini tidak ikut menyambut karena dia lebih memilih berdiam diri dikamar menunggu kedatangan Rai. Sesungguhnya Dini sangat mengkhawatirkan keadaan Rai sekarang ini,karena sudah pukul 7 Rai belum kembali. Tian,Shina,dan Arai pergi ke atap rumah untuk bersantai. Sedangkan Henry dan Gricelle menuju kamar pengantin mereka. Chiko dan Freedom diruang tamu mengobrol berdua.

Chiko menanyai Freedom soal Tian.

"Freedom,menurutmu bagaimana kalau Tian sama Shina dijodohkan? Mereka sama-sama memiliki kecocokan."

"Aku rasa perjodohan ini ada kaitannya dengan masa lalu Tian. Aku juga masuk didalamnya." Perkataan Freedom yang mengejutkan. Chiko bingung dengan apa yang disampaikan Freedom.

"Ha? Apa maksudmu?"
Tanya Chiko sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Kau mungkin juga akan tahu apa sebab dirimu dijadikan mutan oleh Ryu." Kata Freedom yang membuat Chiko makin bingung.

"Tau ah,kamu ini membuatku bingung saja. Udah bahas yang lain aja,gimana kalo kita ngebahas soal makanan?"
Kata Chiko mengalihkan pembicaraan.

"Hmm..mulai sudah kalau masalah makan." Gerutu Freedom sambil mengernyitkan dahinya.

Sementara itu,Tian dan Shina sedang duduk berdua menatap langit malam yang indah. Sang rembulan bersinar terang menghiasi cinta mereka. Arai hanya diam melihat Tian dan Shina yang sedang bermesraan. Tian yang melihat Arai langsung berkata.

"Hei Arai,daripada kamu melamun. Lebih baik kamu duduk bersama kami."

"Sini Arai. Gapapa kok."
Lanjut Shina dengan wajah senang.

Arai mematuhi perkataan Shina dan Tian,Ia pun duduk disamping Tian. Selang beberapa lama,Arai menanyakan keberadaan Rai.

"Ngomong-ngomong,Kak Rai pergi kemana yaa? Dari tadi siang dia belum kembali."

"Iya. Aku juga belum bertemu dengannya setelah acara pernikahan tadi." Sahut Tian.

"Oh iya,ayahku tadi kan pulang. Sebaiknya aku juga pulang." Kata Shina yang teringat ayahnya.

Salah satu bodyguard yang menjaga Shina menjawabnya.

"Nona tak perlu khawatir,Dr.Bryan memperbolehkan anda untuk bersama Tian kapanpun anda mau. Tidak pulang pun tidak apa-apa,saya akan menjaga anda setiap saat."

Shina yang mendengarnya pun merasa lega karena ayahnya mulai merubah sikapnya. Shina pun menyuruh bodyguardnya itu untuk pulang dan beristirahat saja. Sementara dia akan menginap dirumah Tian. Bodyguard itu mematuhi perintah Shina dan akhirnya pulang menuju apartemen Dr.Bryan yang megah.

Di gudang kosong,di waktu yang sama. Rai menjelaskan semuanya kepada Xion.

"Aku kesini hanya ingin meminta restu padamu. Karena aku sangat mencintai Dini selama 2 tahun ini. Aku tidak ingin bertarung melawanmu. Tapi kalau kau memaksa,apa boleh buat."

Xion pun tersenyum tipis dan menatap wajah Rai yang tampak bersungguh-sungguh.

"Yang dikatakan Dini benar,orang ini mencintainya dengan tulus. Tapi,aku harus mengujinya karena aku tidak ingin melihat Diniku terluka lagi." Kata Xion dalam hati.

"Hmm..aku harus mengujimu untuk hal ini. Kau masih belum pantas untuk menjadi pendamping Dini."
Jawab Xion yang membuat Rai semakin bersemangat memperjuangkan cintanya.

"Ujian apa?" Tanya Rai heran.

"Kita berdua bertarung. Tapi,semua senjatamu harus kau turunkan. Jadi kita bertarung dengan tangan kosong." Jelas Xion.

Rai pun mengikuti peraturan Xion. Ia menurunkan semua senjatanya kecuali gelang armornya. Xion pun senang karena Rai mau mematuhinya. Sebenarnya Xion sudah memberi restu kepada Rai sejak dulu. Tapi,rasa gengsi yang sangat tinggi membuat Xion lupa akan sifat kemanusiaannya.

Rai mulai menyiapkan kuda-kuda bertarungnya,Begitu juga Xion.

"Dini,biarkan aku mencintaimu untuk terakhir kali." Kata Rai dari hati yang paling dalam. Ia sangat mencintai Dini hingga mengorbankan semuanya untuk Dini saja.

Akankah Rai mampu mengalahkan Xion?? Atau sebaliknya??

Next Chapter, Coming Soon!!

My Boy,My HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang