Di Coloseum yang terletak di Shocker City, nampaknya pertarungan antara tim Dini dan tim Henry semakin memanas. Dibalut awan putih yang menutupi langit semakin menambah kecekaman, penonton semakin riuh berteriak menikmati jalannya pertandingan. Namun, wajah masam ditunjukkan oleh Commander Viper yang merasa tidak puas dengan jalannya pertandingan. Dia mengamati dari ruang monitor Coloseum yang terletak di atas Coloseum yang berbentuk seperti kubah raksasa. Wajah masamnya dipecahkan oleh salah satu pengikutnya yang mencoba untuk menanyakan sesuatu kepadanya.
"Tuan, apa yang harus kita lakukan? Tampaknya dari tadi Anda merasa tidak puas."
"Humph, mungkin akan kuambil alih dari sini. Cepat berikan aku mikropon dan biarkan aku berbicara kepada peserta.". Ujar Commander Viper yang kemudian menyandarkan kepalanya dibantalan kursi yang ia duduki.
Selang beberapa saat, Commander Viper memegang mikropon dan mulai mengucapkan sesuatu.
"Dini Asyura, dan Henry Bagaskara.". Ucapnya yang menggema membuat seluruh Coloseum gaduh.
Dini dan Henry yang mendengarnya langsung menghentikan serangan yang mereka luncurkan.
"Sampai kapan kalian akan bertarung tanpa arti seperti ini? Terutama kau, Henry Bagaskara! Apa kau tidak sadar berapa banyak manusia mati akibat ulah para mutan? Dan kau pun kehilangan salah satu sahabatmu karena ulah mereka juga. Cepat, kau selesaikan pertarungan ini dan buat aku menikmatinya!"
Ceramah dari Commander Viper seketika menimbulkan kemarahan Henry semakin memuncak. Dia mengerahkan kekuatannya hingga aura kuning terpancar dari tubuhnya.
"Nah, bagus! Inilah yang kutunggu.". Ucap Commander Viper lirih.
"Henry, hentikan!! Apa kau sudah gila?". Tanya Chiko yang terkejut.
"Tidak ada cara lain! Aku akan menghabisi para mutan! Untuk Rai!. HHIIYAAAAAAHHHHH!!!". Henry berteriak kencang dan seketika langit bergemuruh.
Dini, Freedom, dan Chiko berkumpul untuk mencari cara untuk menghentikan kegilaan Henry.
"Apa yang harus kita lakukan?". Tanya Dini yang mulai panik.
"Kita harus membaca serangannya dulu, setelah itu kita bisa mencari celah untuk...". Pembicaraan Freedom seketika terpotong karena Henry telah melancarkan serangan bertubi-tubi.
"Banyak bicara! Kali ini ras manusia akan memenangkan pertandingan ini dan melenyapkan kalian semua! HIIIYAAAAHHHH!!!". Henry menebaskan pisaunya kearah Dini.
Namun dengan sigap Freedom langsung menahan serangannya menggunakan punggungnya. Serangan Henry pun mengenainya dan membuatnya terluka.
"Arghhh!! Sialan.". Ucap Freedom mengerang kesakitan.
"Freedom!! Kau baik-baik saja?!". Tanya Dini sambil memegangi bahu Freedom.
"Serangan Henry sangat kuat, bahkan regenerasiku sedikit terhambat, dia sangat berbeda. Kecepatan serangannya meningkat, tapi kita masih bisa mengimbanginya.". Jawab Freedom sembari menahan rasa sakit.
"Jadi, kita harus mengulurnya?". Tanya Dini.
"Bukan, kita harus mengalah. Saat dia lengah, baru kita menyerang balik.". Ujar Freedom.
"Baiklah Freedom, kau sudah siap?". Dini mulai bersiap dan menggenggam pedangnya.
"Tak perlu kau menanyakan hal itu karena aku terlahir untuk ini!". Freedom berubah menjadi mutan singa sekali lagi dan berlari kencang menghantam tubuh Henry. Namun serangannya ditepis Henry dengan mudah.
Disambung ayunan pedang Dini yang sanggup dihindari Henry dengan mudah, kemudian cakaran Freedom yang dihindari dengan sekejap. Serangan ini dilakukan Freedom dan Dini secara berulang-ulang dan membuat Henry terpojok.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boy,My Hero
FantastikLagi dan lagi.. Rai harus dihadapkan dengan para Mutan yang lebih berbahaya yang dipimpin oleh musuh bebuyutannya..Ryu Seiha. Kemudian,datanglah seorang mutan lain yang bernama Xion Asyura..dia lebih memilih untuk bertarung sendiri. Konon,kekuatanny...