Chapter 11 || Rain

760 102 14
                                    


Author : Aoi Hara (@rienhara_)

ENJOY!!!

DONT BASH AND PLAGIAT!!!

HAPPY READING!!!

--- Rain ---

“Tidak ada yang bisa menolak hujan, kan?”

--- Rain ---

Air menggenang di perkarangan rumah. Genangan yang tidak banyak dan tidak juga berukuran besar. Beberapa air berkumpul membentuk kubangan kecil dan sebagian air memenuhi isi pot bunga, menggenang. Hujan masih betah menyapa, masih senang turun melewati genting dan menimbulkan bunyi ‘plik’ ketika bersentuhan dengan permukaan di bawahnya. Alunan yang menyenangkan untuk didengar dan aroma yang menyegarkan ketika bau tanah terbawa angin hujan.

Jendela besar yang langsung berhadapan dengan perkarangan rumah ditempati oleh dua orang anak lelaki. Salah satunya yang bersurai ikal terlihat memandang riang, tidak berhenti bibirnya bercerita dengan anak lelaki yang lebih dewasa di sampingnya, mengajak bermain hujan di luar.

Eomma, bilang kita tidak boleh main hujan, Kyunnie,” ingatnya dengan suara lembut membuat Kyu Hyun terlihat murung.

Beberapa waktu yang lalu, saat hujan turun. Kyu Hyun sudah bersiap-siap dengan jas hujan berwarna kuning dan sepatu bot biru. Berlari-lari riang menuju pintu halaman belakang untuk menagih kesenangannya pada sang Ibu. Ibu memang mengizinkan Kyu Hyun bermain hujan dengan syarat menggunakan jas dan sepatu bot. Durasi Kyu Hyun bermain hujan juga terbatas hanya diberi lima belas menit, setelah lewat batas waktu Ibu akan menjemput Kyu Hyun.

Namun, berbeda dengan waktu ini. Ibu mereka secara tegas melarang Kyu Hyun keluar rumah. Hujan di luar sangat deras, disertai angin dan sesekali kilat menyambar. Ibu memberikan Kyu Hyun pengertian, tetapi anak kecil berusia hampir enam tahun itu masih tidak mengerti apa artinya bahaya bermain hujan yang mengeluarkan kilat.

Wajah murungnya tidak bisa hilang, jadi sang kakak, Dong Hae, membujuk Kyu Hyun. Dong Hae mengajak Kyu Hyun menonton hujan melalui jendela besar di ruang depan. Kyu Hyun tidak bisa menolak sambil berlarian, ditariknya lengan Dong Hae menuju depan rumah. Sekarang mereka sedang duduk saling merapatkan diri sambil memandang ke depan, melihat hujan turun.

Semuanya berjalan lancar, Kyu Hyun tidak murung apalagi merengek minta keluar rumah. Namun, setengah jam berlalu dengan hujan yang tidak lagi deras, angin sudah bersahabat dan kilat tak menunjukkan cahaya. Kyu Hyun mendadak minta keluar rumah, Dong Hae berusaha mengalihkan perhatian Kyu Hyun dengan berbagai cara.

“Lain kali saja, ya, Kyunnie?” kata Dong Hae pelan, wajah Kyu Hyun masih merengut tidak melihat ke arah Dong Hae sama sekali.

Dong Hae menghela napas merasa bujukannya tidak bekerja, tetapi Dong Hae tak habis akal mengalihkan perhatian Kyu Hyun. Dong Hae alihkan sekali lagi Kyu Hyun, “Lain kali kita main hujan bersama bagaimana? Selama ini ‘kan hanya Kyunnie saja yang main sendirian?”

Kyu Hyun menoleh, wajahnya yang ragu jadi terlihat menggemaskan. “Benarkah? Bukannya hyung tidak diizinkan eomma? Nanti kalau eomma marah, bagaimana?”

Dong Hae tersenyum lembut sambil menggelengkan kepala pelan, “Eomma tidak akan marah kalau hyung bilang menemani Kyunnie bermain kok.”

Wajah Kyu Hyun terlihat cerah, “Benarkah? Hyung janji?”

Dong Hae menganggukan kepala membuat Kyu Hyun bersorak kesenangan. Misi mengalihkan perhatian Kyu Hyun berhasil. Lihat, sekarang Kyu Hyun sudah ceria. Kyu Hyun kembali bercerita tentang keasyikan bermain hujan, tentang bagaimana menyenangkannya jika melompat-lompat kubangan air dan berlari-lari di bawah rintik hujan. Dong Hae mendengar dan tidak berkomentar sama sekali, sekarang yang mulai mengisi pikiran Dong Hae adalah bagaimana meminta izin pada Ibu.

KyuHae BrothershipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang