Chapter 31 | Partner in Crime

349 70 12
                                    

"Hai, sobat!"

00000


Kyu Hyun kecil terlihat bersembunyi di bawah meja, wajahnya yang manis itu terlihat menyeringai jahil. Tersembunyi pada tangannya pita berwarna merah muda, dia terkikik sesekali mendengar namanya dipanggil seseorang yang sedang mencari-carinya. Beruntung meja ini agak jauh dan tidak menarik perhatian sebagai tempat persembunyian. Kyu Hyun menahan tawanya, berhasil mengganggu seorang anak hari ini. Lalu, tak seberapa lama, seseorang yang tidak diketahui bergabung di bawah meja yang sama, Kyu Hyun melirik anak tersebut, “Kenapa kau ikut bersembunyi di sini?”

Anak itu tersenyum cerah, “Kukira kau sedang memainkan sesuatu? Aku ingin ikut!”

Kyu Hyun membulatkan kedua matanya tak percaya, berpikir jika anak di depannya cukup polos dan mudah dikelabui. Jadi dia mengangguk dan menyerahkan pita yang disembunyikannya pada anak itu, “Jadi, Henry-ah, kita harus menyembunyikan pita ini bersama agar tidak dapat ditemukan.”

Henry terlihat memiringkan kepalanya, ragu-ragu ingin menerima pita itu, “Benarkah ada permainan seperti itu?”

Kyu Hyun mengangguk, wajahnya dibuat seserius mungkin, “Tentu saja! Kau pasti belum pernah memainkannya di sekolah lamamu, ‘kan?”

Henry terlihat memiringkan kepalanya, tidak yakin, tapi dia penasaran. Akhirnya dia menerima pita itu dari Kyu Hyun dan memasukkannya ke dalam saku celana, sambil memandang Kyu Hyun, dia berkata, “Jadi, kita harus menyembunyikannya di mana, Kyu Hyun-ah?” Kyu Hyun tersenyum samar, mengetahui jika Henry bisa dijadikan partner in crimenya di sekolah. Hal ini membuat mereka dikenal hampir seisi sekolah, Kyu Hyun resmi mendapat temannya, Henry, dan Dong Hae tidak akan pernah lupa jika sempat menjadi korban kejahilan mereka.

Hari itu Henry dititipkan di rumah mereka, ibunya tidak sempat menjemput dan membuat rumah jadi agak ramai. Kyu Hyun punya teman bermain baru dan agaknya membuat Dong Hae sedikit iri melihat keduanya bermain bersama, jadi dia ikut bergabung untuk bermain. Karena umur mereka terpaut lima tahun dan Dong Hae adalah hyung bagi keduanya, Dong Hae merasa memiliki dua adik yang harus dijaga.

Semuanya berjalan lancar sampai ketika sesuatu yang tak terduga terjadi saat bermain petak umpet. Kyu Hyun dan Henry mendapat bagian sembunyi ketika Dong Hae yang secara sukarela menjadi pencari mereka. Dong Hae hampir menjelajahi seisi rumah, tapi tidak menemukan keduanya dan dia mulai khawatir. Akhirnya, dia memutuskan untuk mencari di halaman dan gudang di samping rumah. Saat dia memasuki gudang dengan perasaan cemas, Dong Hae tidak akan pernah menyangka jika kedua anak itu mengagetkannya dengan topeng berwajah monster. Akhirnya, alih-alih khawatir, Dong Hae malah menangis ketakutan di gudang.

Sejak itu Dong Hae tak ingin bermain dengan mereka lagi, jika punya kesempatan lain. Itu adalah kenangan yang tidak menyenangkan buat dirinya yang penakut, tapi itu hanya cerita masa kecil yang menjadi kenangan. Dia tak menyimpan dendam pada keduanya, dia malah menyayangi mereka.

“Kalian akan merencanakan sesuatu lagi kali ini?” Dong Hae bertanya agak gusar menemui Kyu Hyun dan Henry di ambang pintu, mereka berdua dalam versi dewasa.

Henry tertawa menanggapinya, “Oh, hyung, aku datang ke sini untuk merayakan ulang tahunku yang lewat sehari. Aku baru saja kembali dari kampung halamanku kemarin, setelah merayakannya bersama keluarga. Kau menyambutku seperti ini?”

Dong Hae tersenyum malu, baru melewatkan sesuatu tentang Henry. Kyu Hyun yang melihat ekspresi itu menggeleng samar, “Kau belum mengucapkan apa-apa padanya, ya?”

Dong Hae memandang Henry dengan senyum tak enak, “Ya, saengil chukhaeyo, Henry-ah! Kalau begitu masuklah kalian berdua!” Keduanya masuk terlebih dulu, Dong Hae menyusul di belakang dan melihat bungkusan pada tangan masing-masing yang berisi makanan.

“Apa kita boleh minum bir, hyung?” tanya Kyu Hyun, Dong Hae yang sedang mempersiapkan peralatan makan mengangguk, Henry dan Kyu Hyun sudah tersenyum lebar. “Tapi, tidak lebih dari lima kaleng.” peringat Dong Hae membuat keduanya agak protes saat bersitatap, tapi Dong Hae mengabaikannya.

“Bukannya besok kalian masih ada kegiatan?” tanyanya kemudian, Henry mengangguk pelan, “Tapi, tidak seru minum dibatasi seperti ini,” timpalnya yang diberi anggukan Kyu Hyun, “Bukannya aku tidak mudah hangover?”

“Tetap tidak boleh!” putus Dong Hae final.

Perayaan ini memang tidak selalu terjadi, karena ketiganya sama-sama sibuk dan punya waktu temu yang tidak sama. Jadi, mereka menghabiskan waktu dengan baik ketika ada kesempatan, tapi merayakan ulang tahun sehari setelahnya dan mendapat hadiah dari orang yang merayakan ulang tahun membuat Dong Hae agak menatap Henry dengan heran.

“Kau tidak salah memberikan ini padaku?” tanyanya membuat Henry menggeleng, “Hyung juga akan berulang tahun bulan ini. Jaga-jaga siapa tahu aku lupa?” Kyu Hyun tertawa mendengar candaan Henry, Dong Hae memandang adiknya dengan tajam, “Hah, kenapa Henry lebih baik daripada Kyu Hyun, ya?”

“Yak! Aku akan memberikanmu hadiah, tapi nanti…” balas Kyu Hyun menggantung yang ditanggapi Dong Hae dengan bahu terangkat.

Dong Hae tak menaruh curiga, dia menggoncang isi hadiahnya dan memandang Henry penuh tanya, “Aku pikir ini terlalu ringan. Kau yakin tidak sedang menjahiliku bersama Kyu Hyun?”

“Kenapa aku juga terlibat?” sambar Kyu Hyun, “Karena kalian berdua sangat jahil. Aku agak khawatir.” balas Dong Hae, Henry yang melihat keduanya akan bertengkar kecil hanya berusaha menenangkan, “Bukannya hyung harus membuka dan memeriksanya?”

“Baiklah. Aku akan buka.”

Dong Hae membuka hadiah itu, isinya adalah sebuah jam yang terlihat biasa, tidak mencurigakan. Lalu memandang Henry yang tersenyum lebar sambil menggaruk pipinya, “Memang bukan merk yang terkenal dan mahal, tapi aku sudah lama ingin membelikannya untukmu.”

Dong Hae menggeleng, lalu mengambil jam itu untuk dilihatnya, “Tak masalah, aku suka ini. Gomawo, Henry-ah!”

Henry mengangguk, dia mengambil kaleng bir miliknya, “Oh, ya. Kau harus mengatur waktunya, jam itu belum sama sekali diatur.”

Dong Hae baru menyadarinya, jadi dia mengangguk dan tak sedikit pun menaruh rasa curiga pada senyum samar Kyu Hyun yang ditutupi kunyahan makanan. Dong Hae fokus mengatur waktu ketika jari tangannya terasa tersetrum.

“Ack!”

Kyu Hyun dan Henry tertawa bersamaan. Dong Hae sudah menjatuhkan jam itu dari tangannya, “Yak! Henry! Kyu Hyun!” teriaknya sebal, tapi keduanya semakin tertawa.

“Oh, Kyu Hyun hyung hadiahmu benar-benar bagus!” kata Henry membuat Kyu Hyun merangkul bahu Henry dan tersenyum, “Tentu saja barang yang bagus.”

Dan keduanya langsung ambil langkah seribu ketika Dong Hae ingin memukul keduanya. Dong Hae tidak menyangka jika dia akan kembali menjadi korban kejahilan mereka, “Yak! Jangan berlari!”

Well, yah, telat lagi, tapi tetap saengil chukhaeyo, Henry-ah![]

Uh, hai~~ bagaimana dengan chapter 31 ini? Apa kalian senang dgn double posting ini?

Semoga ga bosan ya menunggu FF ini tayang😅😊

Duh, sepertinya Hara sangat konsisten telat posting akhir-akhir ini. Mianhae, nde?😅
Semoga dgn double posting kalian tidak kesal ya😄

Oiya.. ini, lagi-lagi perdana bikin KyuHae kolab sama Henry nih😅 semoga ga jelek-jelek banget ya😅

Dan yah~terima kasih sudah membaca chapter 30 dan 31 ya~~ jangan lupa tinggalin jejak komen dan voteee~~

Dan... sampe ketemu di chapter selanjutnya😄

KyuHae BrothershipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang