"Aku nggak tahu ya, ternyata hubungan fisik mbak udah sejauh itu." Ira menyipitkan mata memandangi Bela sambil melipat tangan.
"Hubungan fisik?" Tami menatap Ira dengan kerutan alis yang dalam sebelum beralih ke Bela dengan mata membelalak. "Kalian udah ML???" keduanya berdiri persis di depan Bela untuk menginterogasinya malam itu. Hanya dia yang duduk di sofa ruang TV-nya.
Bela meringis. "Kalian apa-an sih. Sini duduk dulu, biar enakan ngobrolnya." Katanya menarik kedua lengan sahabatnya itu.
Bela menoleh ke samping kanan. "Tadi itu spontan Ra. Mbak juga hampir lupa kalau lagi di tempat terbuka." Jelas Bela. Lalu beralih ke samping kiri.
"Yang di lihat Ira, aku sama Dave cuma ciuman Tam. Bukan hubungan fisik—seperti yang kamu kira. Memangnya kita kucing main ML di depan umum aja."
"Oh..begitu. Mck! Dasar Ira dodoool. Cuma kissingan doang, lebay bangett pakai bilang hubungan fisik segala!" Tami malah jadi sewot sama Ira.
"Lha, memangnya ciuman nggak pakai fisik? Nini nggak pernah masuk ya mapel anatomi tubuh? Sampe nggak tahu bibir itu bagian dari fisik."
"Tahu ah!" Tami mendorong punggungnya ke sofa dengan kesal.
Bela memperhatikan keduanya bergantian dengan ekspresi bingung. Terlebih karena frekuensi kesalnya Tami yang berlebihan, kalau hanya karena ucapan Ira. Ugh, kalau begini jadi Bela yang butuh penjelasan, bukan yang menjelaskan.
Bela menoleh ke Ira dengan tatapan yang mengisyaratkan bertanya Tami kenapa? Tapi gadis itu cuma menggeleng malas menanggapi.
"Lagian ya, mbak itu ciumannya nggak cuma pakai bibir. Tapi pakai lidah, dan pakai gigi. Iya kan?" Ira memutar tubuh menghadap sepenuhnya ke arah Bela. Wanita itu memejam setengah keki setengah malu. Itu si Ira kenapa semangat banget sih, bahas ciuman?
Tami yang masih kesal perlahan ikut menoleh. "Kalian ngelakuin French kiss?"
"Oh—itu yang namanya french kiss?" tanya Bela polos langsung mendapati pelototan dari Ira, dan Tami yang menatap tidak percaya dengan mulut setengah terbuka.
"Tuh denger Nini. Dan spontan mbak bilang? Mana ada french kiss dilakuin karena spontan." Bela menggaruk leher mendengar ucapan Ira, nggak tahu mau bilang apa.
"Dan kamu nggak tahu french kiss itu apa?" tanya Tami yang di balas Bela dengan anggukan pelan. Sedetik kemudian mereka sama-sama mengangguk seperti baru menyepakati sesuatu.
"Apa-an sih?" tanyanya penasaran.
"Kalau gitu, mulai dari sekarang kamu harus di kasih pelajaran sentuhan-sentuhan pria." Ujar Tami menatap serius. Aduh, itu pelajaran apa lagi?
Di samping kanannya, Ira terkikik."Pelajaran sentuhan-sentuhan pria. Hahaa.." Bela cuma menatap bingung campur sebal.
"Iya. Jangan sampai nanti setelah ngelakuin kamu baru bilang, oh..itu yang namanya ML? Bisa gawat urusannya." Lanjut Tami keukeuh.
"Mck. Apa-an sih Tam, aku nggak selugu itu juga...!"
"Nggak. Pokoknya kamu harus tahu hal-hal begituan. Karena wanita itu lemah, sama pria-pria semacam Dave. Udah bagus rupa, dari keluarga kaya pula. Dan kamu wanita. Aku nggak mau kamu jadi lemah dan akhirnya terluka sendiri." Jelas Tami panjang lebar. Dimatanya Bela melihat ketulusan seorang sahabat, dia menyukai itu.
"Dan berakhir seperti nini tim-tam, udah tua masih aja mau di maini perasaan." Sambung Ira. Tami cuma memandang sebal sebelum menunduk bersama Bela yang langsung memelototi gadis itu.
"Yah..tapi aku setuju soal mbak harus belajar tentang sentuhan-sentuhan pria. Supaya nggak terjebak dalam tipu muslihat mereka." Lanjut Ira.
"Tipu muslihat?" tanya Bela. Keduanya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My lovely PATIENT
ChickLitQory Adisabela. Pskiater muda yang sedang menyelesaikan gelar Doctornya itu mendapat tugas akhir yang benar-benar tidak masuk akal, menurutnya. Yaitu menyembuhkan seorang CEO muda single dengan menjadi orang terdekatnya. Look the point, single d...