Ada yang kangen Dave sama Bela? Happy reading and sorry it takes long time, ya.
hope u enjoy guys, and still need your comment :))
"Aku pikir kita perlu mengganti setiap pintu menjadi model sliding dan terbuka otomatis." Ucap Haris menggerakkan telunjuk ke pintu UGD. Dia dan Dave sedang melakukan cek lapangan untuk merenovasi UGD RSU cabang RSJ Sentosa Raharja.
Dave menggeleng tidak setuju. "Terlalu banyak biaya yang di perlukan."
"Tapi itu akan memudahkan petugas. Tidak perlu membuka pintu saat membawa brangkar pasien. Terutama dalam keadaan darurat."
Dave sedikit merunduk untuk memeriksa pegangan pintu. "Dan bisa jadi masalah fatal saat mesinnya—"
BRAKK!!
Ucapan Dave terhenti bertepatan dengan pintu UGD yang di buka tiba-tiba sampai membuatnya terjengkang dan terjatuh di lantai. Dave mengerang kesakitan karena pegangan pintu yang terbuat dari besi itu menabrak bibirnya cukup keras.
"Dave!" Bela nyaris berteriak membuat para suster dan dokter yang ada disana spontan menoleh. wanita itu melihat Haris berdiri beberapa langkah dari pintu. Saat itulah dia baru melihat Dave yang terduduk di lantai. Ada sedikit darah di bibir bawahnya.
"Dave kamu kenapa? Kamu baik-baik aja kan?" tanyanya buru-buru bersimpuh di depan pria itu.
Dave menyeka mulut sambil menatap kesal. "Kamu serius, tanya aku kenapa?"
Bela mengernyit tidak paham. Lantas menoleh kearah Haris. Sekertaris Dave itu terperangah, sebelum menahan senyum. "Dave berdiri tepat dibelakang pintu yang—kamu dobrak saat masuk."
Bela nyaris terbelalak lalu kembali menoleh kearah Dave. "Bi-bibir kamu luka karena—pintu?" tanyanya ragu-ragu.
Dave hanya mendengus lalu bangkit sambil menarik Bela sampai keduanya berdiri. "Pastikan pintunya di ganti dan menggunakan alat agar otomatis terbuka." katanya pada Haris.
Sekertarisnya tertawa sambil mengangguk. "Baiklah."
"Sakit banget ya?" tanya Bela saat mengobati bibir Dave. Pria itu duduk di salah satu ranjang kosong sementara dia berdiri di depannya. Dave cuma mendengus tanpa merubah tatapan sebalnya.
Bela merunduk untuk mengoleskan salep di bibir Dave. "Kamu beneran marah? Padahal kan aku nggak senga—" ucapannya terhenti saat menyadari tatapan Dave berubah intens. Ntah karena luka yang membuat bibir Dave sedikit membengkak atau apa. Tapi mendadak, dia merasa bibir Dave lebih seksi. Dan aroma mint dari nafasnya malah membuat Bela ingin mencium pria itu.
"Wah...bibir kamu benar-benar menggoda dari jarak sedekat ini." katanya tanpa sadar.
Dave mengangkat sebelah alisnya. "Cium saja kalau mau."
Kedua alis Bela terangkat sebelum wanita itu menggeleng. "Nggak deh. Bibir kamu lagi terluka." lalu beralih ke samping mau meletakkan salep dan cutton bud. Tapi Dave menahan pinggangnya.
"Aku bisa tahan sakitnya untuk kamu." Bela tertawa sambil menggeleng melihat tatapan kesal Dave langsung berubah kerlingan. Tawanya segera terhenti menyadari Dave serius dengan ucapannya saat pria itu semakin memajukan wajah.
"Ki-kita di depan umum, Dave!" bisiknya setengah berseru. Bela menelan ludah ketika bibirnya berjarak tidak sampai satu senti dari bibir pria itu. Dave tersenyum sebelum mengecup singkat pucuk hidungnya.
"Aku tahu," ucap Dave lalu melepaskan pinggangnya. Bela mengerjap beberapa kali sebelum buru-buru memperhatikan sekitar. Untungnya tidak ada yang memperhatikan. Beberapa suster dan dokter sibuk mondar-mandir merawat pasien. Thanks God, its a unit 'gawat' darurat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My lovely PATIENT
ChickLitQory Adisabela. Pskiater muda yang sedang menyelesaikan gelar Doctornya itu mendapat tugas akhir yang benar-benar tidak masuk akal, menurutnya. Yaitu menyembuhkan seorang CEO muda single dengan menjadi orang terdekatnya. Look the point, single d...