Trouble is a friend

5.1K 450 19
                                    


Aduh guys, sebenernya tadi malam mau apdet, tapi ketiduran. Lelah hayati bang :D

ahaa..ada yg ketinggalan guys, kyknya aku nggak sempat bikin judul dan mendadak stuck. ada yang tahu, bagusnya part ini di kasih judul apa? :D

happy reading aja ya and...jgn lupa komennya ;)

"Sekian laporan dari saya." Ucap Bela mangakhiri laporannya. Sontak beberapa professor yang mendengarkan penjelasan serta rekaman suara Dave bertepuk tangan. prof. Rima bahkan sampai berdiri dan mengusap kedua bahunya dengan bahagia yang tidak bisa di sembunyikannya dari tatapannya.

Tapi justru sebaliknya, Bela merasa hatinya teriris melihat orang-orang diruangan itu bahagia setelah mendengar kisah pahit dalam hidup Dave.

"Apa ada yang dokter Bela ingin sampaikan?" tanya prof. Rima masih tersenyum lebar.

Bela memperhatikan wanita itu beberapa saat sebelum mengangguk. "Saya ingin mundur dari misi ini prof." sontak ruangan menjadi senyap.

"Apa maksudnya itu prof?" tanya profesor lain pada prof. Rima. Wanita paruh baya itu terlihat kaget sekaligus bingung.

"Ah—itu, saya pikir dokter Bela tidak benar-benar mengatakannya. Benar kan dok?" tanya prof. Rima pada Bela.

Bela menghembuskan nafas sebelum menjawab. "Saya serius mengatakannya prof." ruangan kembali riuh dengan suara para eksekutif yang protes. Prof. Rima lantas mengambil sikap dan mengatakan perlu berbicara empat mata dengan Bela.

"Mengapa kamu mengatakan itu? Untung saja pak Oka tidak hadir." Kata prof. Rima setelah tinggal mereka berdua di ruangan itu.

"Saya akan tetap mengatakannya meskipun pak Oka ada disini prof." ucap Bela datar.

Raut wajah prof. Rima berubah. Profesornya itu memandangi Bela beberapa saat. "Apa yang terjadi?" tanyanya kemudian.

Bela langsung mengalihkan pandangan sebelum menunduk. "Dave sudah tahu, saya dokternya."

"Lalu apa masalahnya?" Bela langsung mengangkat kepala. Karena prof. Rima masih bertanya. "Bukankah saya sudah mengatakan saat misi kali ini berhasil maka kamu tidak perlu menyembunyikan status sebagai dokternya lagi? dan kali ini berhasil."

"Tapi Dave tidak tahu secara resmi, prof. Dia tahu tanpa saya bisa menjelaskan apapun."

"Itu tidak akan mempengaruhi tugas kamu, Bela. Saat ini kamu hanya tinggal membuat pasien sepakat dan mau untuk di sembuhkan. Setelah itu penelitian kamu selesai dan kamu mendapatkan gelar kedoktoran. Kamu ingin berhenti sekarang?"

Bela menghela nafas kembali mengalihkan pandangan. Ntah kenapa, dia sama sekali tidak bersemangat ketika prof. Rima mengatakan tentang gelar kedoktorannya. Tidak, bukannya dia tidak menginginkan itu. Hanya saja, kalau mendapatkanya sekarang, dia merasa seperti bahagia diatas penderitaan seseorang. Dan mengingat siapa orang itu, hanya membuat sakit di hatinya semakin dalam.

"Saya tetap ingin berhenti prof." kata Bela mantap.

Dia memang sudah memutuskan hal ini sejak malam itu. Malam dimana Dave nyaris benar-benar melukai hati dan harga dirinya. Namun tidak sedalam luka yang Bela lihat di mata pria itu. Sesak dihatinya kian bertambah setiap kali melihat mata Dave. Itu sebabnya Bela memutuskan untuk mundur dalam misi gila itu, meskipun sikap Dave belum berubah.

Pria itu memang tidak lagi bersikap kasar. Tapi Dave nyaris tidak pernah memandangnya. Dan ketika Bela sedikit memaksa, pria itu hanya diam menatapnya. Membuat Bela terus melihat luka dimata itu.

My lovely PATIENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang