That Trouble Night

6.5K 457 25
                                    

Puanjaaaaaang XD

Bela memandangi jalanan dengan pikiran campur aduk. Antara marah, kecewa benci dan terluka. setelah kegagalan yang dialaminya, kenapa juga dia harus berpapasan dengan ibunya?

Selama ini Bela sudah berusaha keras untuk tidak memikirkan ibunya. Itu sebabnya Bela tidak pernah menjenguk wanita itu. Karena setiap melihat kondisinya, kenangan bagaimana pahitnya penderitaan dia dan ibunya setelah suaminya itu berkhianat, terputar dengan jelas. Itu selalu terjadi setiap kali dia memikirkan wanita itu.

Dan yang paling menyakitkan, wanita lemah dengan seluruh cintanya itu tidak juga mau kembali kepikiran normalnya. Bodoh. Pantas saja Ira pernah menganggap perasaan seperti itu. Bagaimana tidak? Perasaan itu milik hati. Satu-satunya organ tubuh yang paling lemah. Tapi hanya gara-gara perasaan seseorang mau-maunya bertahan dalam luka meskipun tersakiti.

Seharusnya, ibunya menggunakan pikiran saat hatinya tersakiti. Bukannya melupakan pikiran normalnya. Tidak, tidak hanya melupakan. Tapi ibunya meninggalkan pikirannya. Untuk apa mengikuti hati kalau merusak pemikiran?

Bela menghela nafas kasar sambil mengusap rambutnya. sebelum pikirannya benar-benar kacau, wanita itu harus mengalihkan pemikiran tentang ibunya.

Biasanya mengobrol dengan Tami atau Ira selalu berhasil. Tapi Tami sedang bersama Aryo dan Ira sibuk karena memasuki tahun terakhir. Sendirian dirumah akan membuatnya semakin larut dalam pikiran kacau. Itu sebabnya Bela mengajak Dave pulang ke apartmen pria itu.

Oh Dave! Bela seperti baru ingat dengan pria itu.

Saat menoleh kesamping, dia tidak bisa mlihat Dave karena mendadak gelap. Mereka sudah memasuki basement gedung apartemen.

"Kamu mau minum atau makan sesuatu? Atau—mandi." tanya Dave setelah mereka masuk ke apartemennya. Ah, ya. mandi adalah salah satu alternatif ampuh menjernihkan pikiran saat kacau.

"Mandi dulu." Jawabnya. Makan atau hal lainnya bisa menyusul.

"Ayo ke kamarku." Dave mengandeng tangannya menuju pintu yang Bela tahu kamar pria itu.

Dave membuka jas dan meletakkan di ujung ranjang begitu mereka masuk. "Duduklah." Katanya menepuk sisi ranjang di samping jasnya. Melihat ranjang lebar pria itu dia selalu jadi ngantuk.

"Air hangatnya aku siapkan dulu." Ujar Dave sambil berjalan ke kemar mandi.

"Oke." Sahut Bela lalu mendekati ranjang.

Setelah air hangatnya siap, Dave memeriksa handuk kecil dan bathrode bersih di lemari didalam kamar mandinya sebelum keluar.

"Bela airnya sudah—" ucapannya terhenti melihat Bela berbaring di sisi ranjang dengan mata terperjam sambil memeluk jasnya.

Pria itu menghela nafas lalu mendekat. Dave menyusupkan tangan kebawah lutut dan tengkuk Bela untuk memindahkan wanita itu kekepala ranjang. Setelah membetulkan letak bantal pria itu diam memandangi wajah lelah kekasihnya.

Dia tidak tahu apa yang membuat Wanita itu menangis sebelumnya, karena memang tidak bertanya. Tidak, Dave bukannya tidak peduli. Dia hanya tidak ingin menanyakan hal yang membuat wanita itu tidak nyaman. Karena dia tahu, merahasiakan adalah pilihan terbaik saat kondisimu sulit untuk mengungkapkan.

Dan kalau memang ingin, Bela bisa menceritakannya sendiri. Mungkin nanti dia akan mendengarkan. Karena sekarang kekasihnya benar-benar terlihat lelah.

Mata Bela bergerak pelan dan setengah terbuka saat Dave mengusap kepalanya. "Tidurlah. mandinya nanti saja." Katanya lalu mengecup kelopak mata kanan wanita itu. Dave mengambil jasnya dari tangan Bela kemudian menyelimutinya.

My lovely PATIENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang