Epilog

7.8K 435 32
                                    


Bela tersenyum senang setelah selesai menata meja dengan berbagai hidangan menu untuk makan malam.

"Dave belum pulang juga?" tanya ibunya yang tengah berkunjung ikut membantu.

Oh, dia baru teringat lantas menoleh kearah jam dinding yang menunjukkan pukul enam kurang sepuluh menit. Senyumnya langsung menghilang, mendadak sebal mengingat Dave belum pulang padahal hari sudah hampir malam. Pria itu, kalau sudah bekerja pasti lupa waktu.

"Mck, padahal aku sudah wanti-wanti jangan pulang lama." Jawabnya setengah mengomel.

"Ya sudah dijemput saja, mungkin Dave lupa."

"Lupa? Yang benar saja bu! Aku sudah bilang jauh-jauh hari dan pesan sebelum dia pergi tadi. Awas saja kalau dia sampai—"

"Huss, jaga omongan. Suami jangan sering-sering diomelin. Nanti nggak betah." Bela langsung manyun mendapat teguran ibunya. "Kamu mau jemput atau mengomel suami terus?"

Bela menyipitkan mata. "Dua-duanya." Katanya dengan gigi rapat dan langsung beranjak keluar rumah.

*

"DAAAAAAAVEEE!!" teriak Bela sambil celingukan mencari keberadaan suaminya diantara mobil-mobil yang tengah di perbaiki. Dia tidak peduli suaranya membuat hampir semua karyawan menoleh kaget.

"DAAAAVEEE!!"

"Busset dah, teriak-teriak dikirain hutan kali bengkel OTO." sahut Seno teman sekaligus tangan kanan Dave dibengkel yang sekarang sudah dikelola langsung oleh suaminya itu.

"Mck, bos kamu mana?" tanyanya tidak sabar.

"Bela? Kenapa kesini?" tanya Dave dari belakangnya. Bela lantas segera berbalik.

Wanita itu nyaris menganga melihat penampilan Dave yang berantakan. Dari kaus, celana, sampai muka pria itu belepotan bekas oli.

"Kamu—kenapa belum pulang?

Kenapa kamu belum pulang? Dan penampilan kamu—wah, jangan bilang kamu lupa ini hari apa?!" kekesalannya semakin bertambah karena Dave memasang tampang bingung sambil melirik Seno yang garuk kepala karena sama tidak tahunya.

"Setahun pernikahan kita Dave!" serunya. Barulah pria itu merubah ekspresinya.

"Dan kamu lupa padahal aku udah bilang jauh-jauh hari dan wanti-wanti kamu untuk pulang cepat sebelum pergi. Nggak perlu di tanya kamu pasti juga lupa teman-teman ku mau datang. Tapi kamu—kamu mau menyambut mereka dengan penampilan ini? Kaos lecek, celana kotor DAN OLI DIMANA-MANA!" Bela ngos-ngosan karena tidak berhenti mengomel.

"Kamu memang nggak peduli sama sekali ya?" lanjutnya sambil berusaha menarik nafas dalam-dalam.

Dave menelan ludah setengah bingung karena tidak terlalu mendengar omelan Bela yang diucapkan dengan kecepatan penuh melebihi mobil balap.

"Kamu... marah-marah karena teman-teman kamu mau datang? Padahal jarak rumah kita dan bengkel kan tidak jauh." Pria itu buru-buru menambahkan saat Bela mau protes. "Dan aku nggak perlu mengenakan stelan resmi kalau cuma teman-teman kamu kan? Kenapa marah sekali?"

"Cuma kamu bilang? Padahal kamu tahu mereka nggak CUMA teman untuk aku. Dan lagi, ini bukan yang pertama kamu bersikap nggak peduli ya. Waktu Tami tunangan kita terlambat karena kamu bela-belain anter sendiri mobil pelanggan kamu. Diam, aku belum siap!" ancam Bela begitu Dave mau membuka mulut.

"Waktu Ira wisuda juga, kamu ogah-ogahan aku ajak ikut. kalau bukan aku paksa tutup bengkel kamu nggak akan ikut. Kamu kan tahu mereka orang-orang terpenting ku Dave! mereka yang selalu disampingku sebelum kamu. Tapi sikap kamu benar-benar membuat aku kecewa!" Bela menepis tangan Dave dan langsung beranjak setelah mengatakan itu.

My lovely PATIENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang