Bela membuka mata perlahan merasakan usapan tangan Dave di pinggangnya sementara pria itu masih terbaring memejamkan mata menghadapnya. Senyumnya mengembang memandangi wajah tenang Dave. Tangannya terulur menyentuh kerutan samar di dahi pria itu.
Dave hanya melenguh ketika Bela mengusap alisnya dengan ibu jari. Lantas meneruskan usapannya ke tulang hidung Dave yang lurus dan turun ke bibir. Ketika ingin kembali mengusap matanya, pria itu menangkap tangannya dan membawanya kemulut. Kemudian mengecupnya sambil menarik nafas dalam-dalam sebelum membuka mata.
"Selamat pagi." Ucap Dave dengan suara serak yang justru terdengar seksi di telinga Bela.
"Hm-mm. Sudah bangun?" tanya Bela masih tersenyum.
Dave tidak langsung menjawab. Bola matanya bergerak pelan memandangi kedua matanya. Membuat Bela sedikit was-was. Apa ada sesuatu dimatanya? Duh, jangan sampai deh sisa-sisa jejak tidurnya menempel disana. Sweet moment in the morning bisa jadi 'iyuhh' moment in the morning nanti. Bela makin cemas mengingat rambutnya pasti berantakan karena baru bangun.
"I love this moments," ujar Dave kemudian.
"Hm?" tanyanya mengernyit.
"Terbangun dengan wanita yang kucintai disampingku. Memandangi mata sayunya, disambut senyum hangatnya, dan..menjadi orang pertama yang dia lihat saat bangun." Dave meremas tangan Bela lalu meletakkannya di bawah pipi. "Aku ingin melakukannya setiap pagi, setiap hari dan selamanya. Dengan kamu." Lanjut Dave menatap lurus ke matanya.
Bela menelan ludah merasakan jantungnya berdetak lebih cepat sementara sesuatu didalam hatinya mencair merasakan tatapan intens pria itu dan maksud dari semua yang dikatakannya.
"Kapan kamu akan menjawab lamaranku?" tanya Dave lagi. nah, keluar juga pertanyaannya.
Bela berdehem sebelum menjawab. "Aduh, omongan kamu berat banget sih. Masih pagi juga." Bela menarik tangannya kemudian bangkit.
Dave ikut bergeser lalu menyangga kepala dengan satu tangan menghadapnya. "Masalah kita sudah selesai. Kita juga sudah mendapat restu Opa. Apa kamu masih perlu waktu?"
Setelah pikirannya sibuk menyelesaikan permasalahan mereka sebelumnya, dia memang belum benar-benar memikirkan lamaran Dave. dan seolah baru teringat, masih ada masalah lain yang harus di selesaikannya.
"Hmm..mungkin." ucapnya ragu.
Dave menghela nafas. "Aku pikir jawaban kamu akan menjadi kado terindah." Katanya sebelum mengangguk. "Kalau begitu aku akan menunggu, sampai kamu merasa memiliki waktu yang cukup." Pria itu kembali menggenggam tangannya.
Bela mengernyit tidak paham dengan kalimat pertamanya. Dia sedikit merasa bersalah melihat Dave diam memandangi tangan mereka yang bertaut dengan sorot kekecewaan.
Bela lantas mengusap kepala Dave agar menatapnya. "Biarkan aku menyelesaikan satu masalah lagi. Setelah itu aku janji akan segera memberikan jawabannya. Oke?"
"Hm-mm."
*
"Aduh ini Bu Ati udah di bilang nggak usah pakai kol masih aja dikasih." Keluh Tami sambil menyisihkan sayur kol di rantangan ketring yang di bawanya.
"Lagian, siapa suruh pesen siomay buat sarapan sih, Tam? Udah kayak anak sekolahan nggak sempat sarapan dirumah aja." Sahut Bela sambil mempersiapkan piring untuk sarapan mereka.
"Tau! Inget umur dong. Udah hampir kepala tiga harusnya jaga badan, sarapan buah sama sayur biar sehat, ini malah baso-basoan." Sambung Ira yang sudah sewot sejak Tami datang dengan Dio. Setelah Tami dan Dio resmi berhubungan sejak dua minggu yang lalu, keduanya memang terlihat selalu berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
My lovely PATIENT
ChickLitQory Adisabela. Pskiater muda yang sedang menyelesaikan gelar Doctornya itu mendapat tugas akhir yang benar-benar tidak masuk akal, menurutnya. Yaitu menyembuhkan seorang CEO muda single dengan menjadi orang terdekatnya. Look the point, single d...