minggu ini bakal jadi minggu sibuk karena menjelang ujian. banyak tugas yang harus di selesaikan ders. jadi kemungkinan belum bisa apdet semingguan atau lebih kayaknya. maafkeun kalau nunggu lama yah. doain aja mudah-mudah bosen ngerjain tugas dan nggak eneg lihat lembar word, trus nyasar ke wattpad :D
tank's for keep reading. semoga bisa menemani buat kamu yang libur yah ;))
Dave berjalan menyusuri salah satu pusat perbelanjaan yang lumayan ramai di mingu menjelang jam makan siang. Dia mau menghadiri pertemuan salah satu klient tanpa di temani Haris. Sekertarisnya itu mendadak mendapat tugas dari papanya jadi tidak bisa ikut meeting seperti biasa.
Dave memasuki restoran cepat saji, tempat yang kata Haris di pilih oleh klient-nya. Dave sempat curiga, siapa klient yang memilih hari weekend untuk bertemu. Di salah satu pusat perbelanjaan pula.
Dan benar saja, kecurigaannya menjadi kenyataan saat mencari meja dengan nomor yang sudah di pesan kilent-nya, dia melihat seorang wanita sedang duduk sendirian di bangku yang sama. Satu-satunya wanita yang tidak ingin di temui Dave untuk hal apapun.
Dave hampir berbalik hendak beranjak, kalau saja tatapan mereka tidak bertemu. Keduanya hanya diam saling memandang beberapa detik. Wanita itu menatapnya dengan kedua alis terangkat dan mulut setengah terbuka. Dave berasumsi kalau wanita itu juga tidak tahu-menahu soal pertemuan mereka. Tidak ingin melanjutkan kesalahpahaman, lantas Dave melanjutkan langkahnya.
"Cassy." Desisnya mengucap nama wanita yang memandangnya dengan tatapan yang tidak ingin diartikannya.
"Oh Tama?" Dave menyeringai melihat ekspresi bingung wanita itu. jelas pura-pura.
"Aku tidak akan datang kalau tahu klient yang aku temui adalah kamu." Ujar Dave dingin lalu duduk di depan wanita itu.
"Sepertinya papa kamu mengatur pertemuan untuk kita."
Dave mengerjap bingung. "Papaku?" tadinya Dave pikir wanita itu yang meminta untuk bertemu.
Wanita itu mengangguk. "Papa kamu yang meminta ingin bertemu dengan ku disini." Dave mengalihkan pandangan kesamping. rahangnya bergerak-gerak menahan kesal.
Setelah Dave membawa Bela di acara keluarga, papanya masih serius menggunakan pernikahan bisnis untuk mengganggunya. Bahkan sampai turun tangan langsung mengatur pertemuan mereka.
"Jangan salah paham. Aku juga tidak datang untuk mengikuti permainan papa kamu." Wanita itu menunggu jawaban Dave.
Tapi pria itu hanya menoleh tanpa mengatakan apa pun. Tidak, Dave tidak ingin bahkan hanya sekedar berbicara seperlunya pada wanita di depannya. Satu-satunya yang dia ingin wanita itu segera pergi dari hadapannya.
Wanita itu tersenyum meremehkan melihat ekspresi Dave. Tapi sorotnya mengisyaratkan hal lain. Seolah paham hanya dengan melihat sorot kebencian dimatanya, dia mengangguk.
"Baik. Sepertinya tidak ada yang mau kamu katakan lagi. It means I have to go, right?" wanita itu memakai tasnya dan segera beranjak meninggalkan Dave tanpa mengatakan apapun lagi.
Dave mengusap kasar wajahnya sambil mendengus. Bukannya mereda, kepergian wanita itu malah menambah kesalnya. Pasalnya Dave melihat tatapan wanita itu masih sama.
Sama seperti saat mereka masih bersama, sama saat Dave menunjukkan 'reaksi' anehnya dan sama—saat Dave memilih membuat wanita itu pergi tanpa berusaha mempertahankannya. Tatapan penuh sesal.
Cassandra. Saat ini nama itu tidak memiliki arti apapun selain penyesalan.
Dave menarik nafas dalam-dalam sampai bahunya terangkat lalu menghembuskannya pelan-pelan. Ini yang diajarkan Bela supaya hatinya terasa lebih ringan. Dan syukurlah berhasil. Saat itu ponselnya berdering, ada panggilan dari sekertarisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My lovely PATIENT
ChickLitQory Adisabela. Pskiater muda yang sedang menyelesaikan gelar Doctornya itu mendapat tugas akhir yang benar-benar tidak masuk akal, menurutnya. Yaitu menyembuhkan seorang CEO muda single dengan menjadi orang terdekatnya. Look the point, single d...