Should I Go?

4.4K 436 21
                                        


Bela menggigiti ujung ibu jari sambil memandangi jalanan yang bergerak cepat disampingnya dengan gusar. Dia baru saja menelepon tante Mega untuk menanyakan keberadaan Dave. Tante Mega bilang keluarga Dave memang sedang berkumpul di rumah kakeknya, tapi tidak melihat Dave. Hal itu membuat kekhawatirannya semakin menjadi. Pasalnya ponsel Dave juga belum aktif sejak tadi. Haris juga belum ada mengabari kalau pria itu pulang.

Akhirnya, setelah perjalanan yang terasa amat panjang dan melelahkan, dia sampai di pantai yang kemungkinan didatangi Dave.

Bela tertatih setengah menyeret kakinya yang terasa berat berjalan diatas pasir pantai. Hembusan angin yang terasa menusuk ke tulang semakin menyulitkan langkahnya. Hanya tinggal beberapa orang yang ada di pantai untuk menikmati sunset membuatnya tidak kesulitan memperhatikan sekeliling.

Tapi sudah hampir sampai ke ujung pantai, sosok itu belum juga di temukannya. Dimana kamu Dave? Gumamnya menahan tangis.

"Meskipun sebenarnya aku nggak masalah, mengakhiri hidup di tempat sedamai itu."

Bela tidak bisa menahan tangisnya lagi saat mengingat kata-kata Dave. Pikirannya yang semakin kacau membuatnya merasa sakit di sekujur tubuh. Bela menekan dadanya yang terasa sesak memikirkan kemungkinan terburuk yang dilakukan Dave mengingat ucapannya saat itu.

"ADA YANG HANYUUUT!!!" Seketika Bela merasa tubuhnya menegang.

Teriakan yang diikuti suara riuh dan orang-orang yang spontan berlarian mendekati pinggiran pantai dibelakangnya membuat tubuhnya bergetar hebat dan kakinya mati rasa. Keringat dingin mulai bercurcuran di pelipisnya. Bela masih tidak bergerak di tempatnya. Tidak, wanita itu bahkan tidak berani menoleh untuk melihat siapa yang hanyut saat itu.

Kerumunan orang mulai ramai karena korban hanyut sudah di bawa ke pinggir pantai. Bela lantas memejamkan mata dalam-dalam berusaha mengembalikan kesadarannya. Yah, untungnya berhasil. Wanita itu menarik nafas panjang-panjang sebelum melangkahkan kaki mendekati kerumunan sambil menghapus air mata.

Korban yang hanyut ternyata adalah seorang wanita. Bela mengangguk kemudian berjalan meninggalkan kerumunan tanpa menunjukkan ekspresi lega. Belum saatnya bukan? Dave masih belum ditemukan. Air matanya kembali menggenang.

Ketika pandangannyan nyaris mengabur, dia melihat sosok itu. Meski hanya siluet hitam yang tertangkap matanya, tapi Bela yakin. Sosok dengan postur tubuh yang berdiri hampir ke tengah laut itu adalah Dave.

Bela menutup mulutnya rapat-rapat menahan lega yang menjalar ke seluruh tubuh sebelum membukanya untuk menghembuskan nafas yang sejak tadi di tahannya.

*

Dave menghirup nafas dalam-dalam menahan sesak di dalam hatinya setelah mengetahui kebohongan Bela. Pikirannya yang kacau membuatnya memilih tidak kembali ke kantor dan berakhir di sini. Tempat dimana suara deburan ombak di tengah birunya laut dan hembusan angin dapat di rasakannya.

"Apa kamu, sudah seyakin itu?"

Dave masih memejam mengingat pertanyaan yang paling sering di lontarkan Bela setiap kali dia membicarakan perasaannya. Sejak awal wanita itu memang tidak memiliki perasaan padanya. Sejak awal juga dia harusnya sadar. Kedatangan wanita itu bukan suatu kebetulan, apalagi solusi dari setiap masalahnya. Kedatangannya sudah di rencanakan.

Perasaan terkhianati yang menggerogoti hati membuatnya kesulitan bernafas. Hubungan mereka memang belum lama. Tapi kenapa rasanya sakit sekali? Bahkan lebih sakit dari pada saat Sandra melakukan hal yang sama. Berpura-pura mencintainya.

Tidak, hanya saja dengan Bela—Dave terlalu percaya. Dia bahkan sudah menyerahkan seluruh hatinya. Tapi apa? wanita itu hanya menganggapnya seorang pasien. Semua sikap dan perlakuannya tidak jauh berbeda dengan keluarganya. Keluarga? Dave tersenyum skeptis. Mungkin seharusnya sejak dulu dia menyusul ibunya. Satu-satunya keluarga yang dimilikinya.

My lovely PATIENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang