Haaahhh...akhirnya! maaf ya ders, gk apdet2. Soalnya udah mulai baking di rumah, kan lebaran udah kayaknya lagu Cik Krisdayanti yak? Menghitung hari :D Selain itu keburu ngiler juga lihat drama terbaru abang cang-wook yang guantengnya nggak ketulungan itu. K-drama lovers mana suaranya???? :D
Happy reading... dan jangan lupa komennya yaa ;)
~~~
"TIGA JAM?!" Bela nyaris berteriak saat Dave mengatakan waktu perjalan pulang setelah mereka selesai sarapan. Bela lantas segera mengemasi peralatan make-up, hape dan beberapa barang lainnya kedalam tas.
"Makanya aku suruh kamu ambil cuti. Dari pada pulangnya buru-buru begini." Dave melipat tangan.
Bela langsung mendelik. "Kamu pikir aku bisa sesukanya ambil cuti?" Bela lanjut mengemasi seprei dan bantal bekas mereka tidur. Meskipun Dave mengatakan ada pekerja yang melakukannya, dia tidak bisa meninggalkan ruangan berantakan. Apalagi kamar, ruang paling pribadi.
"Pasien-pasienku nggak kenal waktu kalau kambuh. Belum lagi dokter-dokter junior yang masih perlu pengawasan penuh soal obat, terapi dan penanganan pasien. Kalau—geser," Bela mendorong Dave yang duduk di ranjang untuk membereskan selimut. "Kalau aku pemilik RS-nya, mungkin bisa." lanjutnya tidak menyadari ekspresi sebal Dave.
"Mck! Kalau saja kamu mau aku membiayai hidup kamu, pekerjaan tidak akan mengganggu waktu kita." Keluh Dave sambil merengut lalu bangkit dan beranjak keluar kamar dengan hentakkan kaki.
Bela cuma menggeleng melihat tingkah Dave Hasrusnya pria itu paham paham kalau menyangkut pekerjaan. Lalu memakai tas dan berjalan ke pintu. Dia berhenti sebentar di keranjang sampah untuk membuang tisu bekas.
Saat itu dia melihat tabung obat yang ada disekitar tumpukan sampah. Tangannya terulur mau mengambil tabung putih itu, tapi urung karena Dave memanggilnya.
Setelah semua siap, keduanya berjalan cepat menuju tempat mobil Dave di parkir. Tapi Dave menariknya ke bengkel mobil yang terletak di samping jalan masuk pantai.
"Mobil kamu rusak?" tanyanya mengernyit. Dave menggeleng.
"Tunggu disini." Suruh Dave setelah mereka sampai didepan bengkel khusus mobil sebelum menghampiri seorang pekerja bengkel.
Bela mengerutkan alis melihat Dave mengatakan sesuatu sambil tertawa lalu memeluk pekerja itu. Terlihat akrab sekali. Bahkan gestur tubuhnya lebih akrab dari pada saat bersama Haris.
"Yang tadi siapa? Akrab banget." tanya Bela setelah mereka sudah didalam mobil.
"Seno? Temanku dari kecil." Jawab Dave melirik sekilas.
"Ah..." Bela mengangguk paham.
*
Setelah perjalanan panjang dengan percakapan ringan yang lebih di dominasi remasan tangan, akhirnya mereka sampai.
Bela mengusap leher yang pegal karena kelamaan duduk sambil memperhatikan gedung RS sebelum kembali menoleh kearah Dave. "Habis ini mau bekerja lagi?" tanyanya. Dave sudah menyetir tiga jam, pasti kelelahan kalau harus bekerja lagi.
"Mau bagaimana lagi? Kalau aku pemilik perusahaannya, mungkin bisa libur." Ujar Dave dengan nada menyindir. Bela cuma menyipitkan mata lalu membuka pintu. Tapi Dave menahan tangannya.
"Kamu nggak lupa sesuatu?" Bela pura-pura memasang senyum polos. Tadinya dia pikir Dave lupa kiss goodbye mereka.
Dave lantas memajukan tubuh, tapi tidak untuk mengecup bibirnya melainkan dahinya. Dave menahan bibirnya beberapa saat sebelum melepaskan kecupan "Just tell me if you need a hug." Ujarnya menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Bela merasa sebagian hatinya mencair melihat ketulusan di mata pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My lovely PATIENT
ChickLitQory Adisabela. Pskiater muda yang sedang menyelesaikan gelar Doctornya itu mendapat tugas akhir yang benar-benar tidak masuk akal, menurutnya. Yaitu menyembuhkan seorang CEO muda single dengan menjadi orang terdekatnya. Look the point, single d...