"Selamat malam pa, ma." Sapa Dave begitu mereka sampai tepat didepan kedua orang tuanya.
"Malam. Kalian sudah lama datang?" Tanya mama tiri Dave dengan nada ramah. Sepertinya mereka sudah baikan. Mamanya beralih menatap Bela. Sementara papanya hanya diam tanpa ekspresi.
"Baru saja. Aku datang bersama Bela. Maaf belum mengenalkan kekasihku waktu itu." Papa Dave langsung membuang muka.
"Ah..iya. Kamu bisa melakukannya sekarang kalau begitu." Ucap mamanya tersenyum.
Dave lantas mengangguk. "Namanya—tunggu pa," Dave menahan tangan papanya yang mau beranjak.
"Papa harus mengenalnya, karena hubungan kami tidak main-main."
"Dan kamu pikir kami akan merestui?" Tanya papanya sambil menatap tajam.
Dave menyipitkan mata. "Papa bahkan belum mengenalnya. Apa alasannya menolak hubungan kami?"
"Maksudmu, wanita 29 tahun yang bekerja sebagai dokter jiwa dan hanya tinggal di komplek perumahan RS Sentosa Raharja?" Bela mengerjap bingung papa Dave cukup mengetahui tentang dirinya. Dari siapa?
Dave sendiri langsung mendengus dengan senyum sarkastik, seperti tidak terkejut tahu papanya mengetahui tentang Bela.
"Sudah ku duga papa menyelidiki terlebih dahulu, seperti biasa." Dave melapaskan tangan papanya sebelum melanjutkan, "Baguslah kalau sudah tahu. Itu artinya papa juga tahu keseriusan hubungan kami. Lagi pula, Haris sudah melaporkan semuanya bukan?"
Papa Dave diam memandangi pria itu sesaat. "Kalau begitu harusnya kamu juga tahu. Kami menolak karena latar belakang keluarganya yang tidak layak." Bela merasa tangan Dave menegang di genggamannya.
"Jadi hentikan omong kosong ini." Lanjut papa Dave meliriknya tajam sesaat lalu beranjak pergi.
Bela menghela nafas yang tanpa sadar ditahannya sejak tadi. Disampingnya, Dave masih terdiam dengan alis bertaut sementara rahang pria itu bergerak-gerak menahan emosi.
"Tolong, jangan diambil hati ucapan papa." Keduanya beralih memandang mama tiri Dave. "Kalau memang Bela wanita pilihan kamu. Mama akan coba bicara pada papa." Dave tersenyum miris sambil mendengus. Seolah yang dikatakan mamanya tidak berarti.
"Dan kalau memang kamu yang terbaik untuk Dave, saya merestui." mama Dave memegang lengan Bela sambil menatapnya penuh arti lalu beranjak menyusul suaminya.
Dave menghela nafas berat setelah mamanya pergi. Bela sempat melihat tatapan kelam pria itu, sebelum kembali tajam seperti biasa.
"Kamu baik-baik saja?" Tanya Bela ketika Dave menoleh.
Pria itu mengangguk. "Hm. Kamu mau minum?" Tanya Dave dengan nada santai. Dia langsung mengalihkan pandangan saat Bela mencoba mencari sesuatu dimatanya. Dan ya, Bela tahu pria itu sedang tidak baik-baik saja.
"Mck, okelah. Karena memperkenalkan aku nggak cukup berhasil, sepertinya minum ide yang bagus." Bela mengangguk lalu duluan berjalan ke meja yang di penuhi berbagai minuman disalah satu sudut ruangan.
Dave memicingkan mata saat Bela mengambil segelas kopi. "Apa? Aku nggak boleh minum kopi lagi?" Tanyanya mengingat Dave pernah melarangnya.
"Cuma was-was. Mengingat aku punya pengalaman tidak menyenangkan dengan wanita ceroboh sebelumnya." Jawab Dave mengangkat bahu mengabaikan tatapan sebal Bela. Lalu ikut mengambil gelas kopi dan menenggaknya.
Bela beralih memandang ke tengah-tengah ruangan, tempat dimana papa Dave berbicara dengan tamu. Wanita itu mengernyit melihat papa Dave tersenyum bahkan sesekali tertawa saat berbicara. Tadinya dia pikir pria itu tidak bisa tersenyum. Mengingat dia tidak pernah melihatnya saat bersama Dave.
KAMU SEDANG MEMBACA
My lovely PATIENT
ChickLitQory Adisabela. Pskiater muda yang sedang menyelesaikan gelar Doctornya itu mendapat tugas akhir yang benar-benar tidak masuk akal, menurutnya. Yaitu menyembuhkan seorang CEO muda single dengan menjadi orang terdekatnya. Look the point, single d...