A Long Time Ago

4.6K 404 9
                                    


Dave tersenyum memperhatikan penampilan Bela yang mengenakan gaun selutut berlengan pendek dan menyanggul rambutnya. Wanita itu selalu cantik, dimata Dave.

"Kali ini acara apa?" tanya Bela setelah keduanya didalam mobil yang berkendara ke rumah kakeknya.

"Pensiun Opa." Jawab Dave tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan.

Bela terkesiap. Batas misinya adalah saat kakeknya pensiun. "Opa kamu sudah pensiun?"

Dave menggangguk. "Belum resmi. Hanya anggota keluarga saja."

"Oh..semacam syukuran begitu?"

"Tapi sedikit lebih penting. Opa akan mengurus masalah pewarisan, kehadiran anggota keluarga akan menjadi pertimbangan."

"Ah.." Bela mengangguk paham. "Seharusnya kamu nggak ngajak aku."

"Kenapa?" tanya Dave menoleh.

"Aku kan orang lain. Aku pikir orang lain nggak seharusnya—"

"Untukku, kamu bukan orang lain." potong Dave menahan tatapannya.

"O-oke. Lihat kedepan Dave," ucapnya mendadak gugup melihat kepercayaan yang tersirat di mata pria itu. Membuatnya semakin cemas. Sepertinya perasaan Dave tidak main-main padanya.

Tidak lama kemudian mobil Dave berhenti di depan rumah yang jauh lebih megah dari rumah papanya.

"Opa disana." Ucap Dave sebelum menarik tangannya dan berjalan ke salah satu sudut ruangan dimana kakeknya berada. Pria yang tak lagi muda itu tengah bercengkerama dengan pihak keluarga pria. Selain papanya, hanya Mario dan Farhan yang Bela kenal.

Bela menarik nafas melihat tatapan tajam papanya ketika mereka menghampiri. Seolah tahu kecemasan yang dirasakannya, Dave mengeratkan genggaman tangan.

"Selamat malam, Opa." Sapa Dave.

"Malam, Dave." Balas kakeknya mengangguk lalu beralih ke Bela.

"Dokter Bela?" Kakeknya tersenyum dengan sorot mata menyiratkan sesuatu. Dia jadi teringat percakapan mereka tadi siang.

"Saya hanya ingin Dave benar-benar merasa bagian dari keluarga Pratama dengan menjadi pewaris yang sah. Pria itu sudah cukup menderita untuk mempertahankan bisnis keluarga selama ini. Saya ingin Dave diakui dikeluarganya."

"Selamat malam pak Oka." Sapanya mengangguk sopan.

Kakek Dave balas mengangguk. "Kalian benar-benar serasi. Saya tahu kamu bisa bertahan dengan Dave." Bela cuma tersenyum canggung. Tentu saja dia tahu maksud bertahan dari ucapannya.

Dave lalu menyapa ayahnya yang dibalas dengan reaksi dingin, papanya bahkan tidak melirik Bela. Setelah menyapa omnya yang lain, mereka beranjak menuju gerombolan tante-tante dan mama Dave.

Tapi Dave menghentikan langkah ketika seorang pria berumur lebih muda dari papa Dave menghampiri.

"Oh, lihat siapa ini?" Bela mengernyit mendengar nada mengejek dari om Dave.

"Lihat penampilanmu sekarang. Persis seperti manusia." Lanjut Hendra sinis.

Dave menguatkan genggaman sampai membuatnya meringis. "Kenalkan. Ini om Hendra adik mama kandung ku." ujarnya kemudian. Kerutan alisnya semakin dalam melihat om Hendra menyeringai.

"Selamat malam om, Saya Bela--"

"Maaf tidak bisa lama. Kami harus menemui yang lain." Ucap Dave siap beranjak.

"Apa dia memperlakukanmu dengan baik?" Tanya om Dave menghentikan langkah mereka. "Saya tanya apa sikapnya seperti manusia?" Ulang omnya. Dave menghembuskan nafas lewat mulut dengan ekspresi tertekan.

My lovely PATIENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang