Psikosomatis : Kondisi psikologis dan mental yang menimbulkan gangguan fisik. Pasien biasanya merasa sakit di bagian tubuh tertentu meskipun secara medis baik-baik saja. Penyebab utamanya adalah pikiran kacau.
"Ahh!"
Bela spontan membuka mata mendadak dunia sekelilingnya berputar bersama tubuhnya yang terhempas kebawah. Setelah memperhatikan sekitar adalah ruangannya, wanita itu baru sadar cuma terjatuh dari sofa.
"Ssshh...bisa-bisanya ketiduran lagi jam kerja," Bela meringis sambil mengusap-usap lututnya yang menabrak lantai cukup keras.
Tadi malam dia memang hampir tidak bisa tidur karena psikosomatisnya kambuh gara-gara memikirkan ibunya. Membuat sebagian tubuhnya terasa sakit. Bela bangkit dan memakai sepatunya kembali lalu berjalan ke mejanya.
Wanita itu membereskan file-file pasien sambil menggerutu, teringat Dave. Pria itu selalu saja membuat jantungnya berdegup kencang. Kalau bukan karena sentuhannya, pasti karena mengkhawatirkannya.
Setelah menyimpan seluruh file didalam laci, Bela melirik jam. Perasaan Jeni belum ada menemuinya untuk memberitahu jadwalnya sejak jam kontrol pagi. Kemana asistennya itu? Herannya. Lalu berjalan keluar ruangan untuk mencari Jeni.
Tepat saat dia keluar, pintu lift terbuka. Satu-satunya yang menjadi perhatiannya adalah dua orang didalam lift yang saling berpelukan. Oh, bukankah itu Sandra? Bahkan dari jarak tempatnya berdiri dia bisa melihat dalamnya kerutan alis dan eratnya wanita itu memeluk si pria. Seperti takut kehilangan.
Bela menajamkan pandangan memperhatikan pria yang mengusap punggung Sandra sambil mengatakan sesuatu yang tidak bisa di dengarnya sebelum melepaskan pelukan. Wah, aku setengah mati takut ketahuan sampai hampir mati beneran karena kehabisan nafas, dia malah enak-enakan pelukan sama wanita lain?! gumamnya kesal. Bela semakin keki melihat lebarnya senyum Dave.
Bela melipat tangan dan memasang tampang kesal saat Dave berjalan menghampirinya. Wanita itu menyipitkan mata melihat kemejanya yang kusut dan dua kancing teratas yang terbuka.
"Wah, kalian habis ngapain?" Tanyanya melirik ke dadanya yang setengah terbuka.
Tapi Dave terus berjalan melewatinya. "Kita bicara diruangan kamu. Kakiku pegal."
Wanita itu mengerjap dengan mulut setengah terbuka. Tidak habis pikir, apa Dave tidak menyadari ekspresi kesalnya?
"Kalian habis melakukan adegan mesum?" Tanyanya lagi membuat Dave menghentikan langkah.
"Didalam lift? Wah.." Bela menggeleng dengan tatapan mencela sambil berjalan mendahului pria itu masuk kedalam ruangannya.
Dave meletakkan paper box yang sejak tadi di bawanya sambil melirik Bela. Wanita itu duduk di sofa dengan tangan terlipat didada dan ekspresi—tidak baik.
"Kamu nggak serius mencurigai aku begitu kan?" Tanyanya setelah duduk disamping wanita itu.
"Tergantung." Jawab Bela mengangkat bahu pura-pura tidak peduli.
Dave mengernyit. "Kamu serius, berpikir aku melakukan itu didalam lift? Dengan wanita lain sementara aku punya kekasih?" Bela tidak bergeming. Hanya bola matanya yang bergerak pelan.
Dave menghela nafas. "Aku harap kamu tidak asal berpikir, sementara kamu nggak melihat apapun." Nggak melihat apapun katanya?
Bela langsung menoleh nyaris memelototi pria itu. "Jelas-jelas aku lihat kalian berpelukan dan saling tatap penuh arti gitu. Belum lagi ini," Bela menunjuk kancing kemeja Dave yang terbuka. "Tadi juga aku lihat Sandra melepas jas dokternya kan? Kamu masih bilang aku nggak lihat apapun?" Bela membuang muka sambil menghembuskan nafas kesal sebelum kembali menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My lovely PATIENT
Romanzi rosa / ChickLitQory Adisabela. Pskiater muda yang sedang menyelesaikan gelar Doctornya itu mendapat tugas akhir yang benar-benar tidak masuk akal, menurutnya. Yaitu menyembuhkan seorang CEO muda single dengan menjadi orang terdekatnya. Look the point, single d...