WARNING!

5.8K 385 11
                                    


Dave mengerutkan alis memandangi bangunan-bangunan yang berdiri disekitar RS tempat Bela bekerja dan jalanan yang cukup ramai karena sudah jam pulang kantor. Dia sedang menunggu Bela selesai bekerja. Berhubung dia pulang lebih cepat, jadi Dave menikmati angin sore di atap RS ini sambil menunggu.

Sebenarnya dia memutuskan pulang cepat untuk merawat papanya yang masih belum sembuh dari kecelakaan saat itu. Tapi yah, seperti apa yang di pikirkannya, pria itu menolaknya mentah-mentah. Dan lebih memilih sekertaris Dave yang merawatnya, Haris.

Dave menghela nafas kasar. Dia memang bersyukur setidaknya ada yang bisa menggantikannya saat papanya butuh sosok seorang anak laki-laki. Tapi di lain hal, tentu saja dia iri. Bagaimana pun Dave lah anak sah papanya. Dave juga ingin diakui pria itu, tentu saja. Tapi keinginannya hanya menjadi keinginannya.

Jadi dari pada sakit hati melihat Haris membantu papanya berjalan dan bercengkerama dengan akrab sementara tidak bisa berbuat apa-apa, Dave memutuskan menjemput Bela.

Dave memejam merasakan hembusan angin yang sedikit kencang menerpa wajah hingga menggoyangkan kerah kemejanya. Pria itu tersenyum mengingat pertemuan pertamanya dengan Bela, juga dalam keadaan bahkan tempat yang sama.

Waktu itu Dave juga sedang menikmati angin diatap untuk menjernihkan pikiran setelah melakukan pertemuan dengan profesor Rima di RS ini. Saat itu ada pasien remaja yang mau bunuh diri. Dan Bela yang menyelamatkan anak itu.

Sejak saat itu Dave sudah menyadari Bela berbeda, dan dia mulai menyukai sesuatu yang berbeda itu hingga sekarang.

"Wah..aku selalu suka siluet kamu waktu senja." Mata Dave langsung terbuka begitu mendengar suara Bela yang sudah berdiri disampingnya.

Kedua mata wanita itu bergerak memandangi wajahnya dengan ekspresi terpana. Seolah memperhatikan sesuatu yang luar biasa. Untung saja mulutnya tidak terbuka, kalau ya Dave pasti sudah menciumnya.

"Kamu sedang menikmati langit senja?" tanya Bela sambil menghadap ke depan.

"Hm." Sahut Dave sambil menyelipkan rambut yang menutupi pipi Bela. "Kamu sudah selesai bekerja?"

Gantian Bela yang mengangguk lalu menoleh. "Aku tahu hampir semua orang menyukainya. Tapi aku mau tahu alasan kamu kenapa menyukai langit senja?"

Dave terlihat berpikir sejenak. "Karena tanpa mengungkapkannya dengan kata-kata, semua orang tahu betapa menakjubkannya langit senja." Dave mengulurkan tangan ke depan menunjuk sesuatu.

Bela mengikuti arah tunjukkannya. Bibirnya langsung membentuk senyuman bersama tatapannya yang mengendur dan berubah haru begitu melihat semburat kuning kemerahan di langit. Menandakan matahari sudah kembali keperaduannya dengan meninggalkan jejak seindah itu. Kuasa Tuhan benar-benar luar biasa.

"Tak ada alasan lain. Selain karena langit senja—" Dave sengaja menahan ucapannya menunggu Bela meoleh. "Benar-benar indah." Lanjutnya memandangi wanita itu dengan intens.

Bela menelan ludah menahan degup jantungnya yang selalu lebih cepat saat Dave menatapnya begitu. Dan usapan ibu jari pria itu di pipinya membuat suasana semakin romantis. Dan yah, tidak perlu menunggu lebih lama Dave sudah memajukan wajahnya.

Pria itu mengecup dahinya, dalam dan lama. Dave menghembuskan nafas sementara bibirnya masih menempel di dahinya. Sebelum menarik Bela ke dalam pelukan.

Bela perlahan membuka mata dengan alis bekerut. Sepertinya terjadi sesuatu dengan Dave. Pria itu menghela nafas beberapa kali. Dan caranya mencium yang cukup dalam, membuat Bela merasakan keputus-asaan didalamnya.

Tapi kali ini tidak ada perasaan menggebu untuk mengetahui lebih lanjut. Dia hanya ingin menghirup lebih dalam aroma tubuh Dave yang selalu di sukainya dan merasakan hangatnya pelukan pria itu.

My lovely PATIENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang