"Berhenti...!! Hah...hah!" Serunya dengan nafas terengah menarik tangan ayahnya.
"Bela? Kamu kenapa?" Tanya ayahnya balik memegangi tangannya dengan raut khawatir. Sikapnya sok pedulinya membuatnya muak. Bela lantas menepisnya.
"Apa yang anda lakukan disini?" Tanya Bela dengan nada dingin. Ayahnya tertegun dia memanggilnya seperti orang asing.
"Ayah—ayah ingin menemui ibumu." Jawab ayahnya dengan suara khas beratnya. Ayah? Wah, Bela tidak yakin bisa mengucapkan kata itu setelah sekian lama.
"Saya tidak tahu apa yang anda bicarakan." Bela buru-buru mengalihkan pandangan melihat tatapan terluka dimata ayahnya.
"Tapi kalau anda ingin menemui ibu Dela, tidak bisa. Karena hanya keluarga yang boleh menjenguknya." Lanjutnya siap beranjak. Tapi ayahnya menahan tangannya.
"Bela..ayah mohon. Jangan begitu.." Bela memejam menahan emosi mendengar orang itu masih bisa menyebut dirinya sebagai ayah..
"Ayah hanya—"
"Siapa yang anda sebut ayah!" Bela tidak tahan lagi. "Setelah memilih pergi dengan cara menyakitkan seperti itu, untuk apa lagi kembali?!"
Ayahnya terdiam sesaat mendengar bentakannya sebelum menunjukkan raut penyesalan. "Maafkan ayah...Bela, ayah—"
"Tolong pergi dan jangan pernah kembali lagi." Ucapnya dengan suara tertahan. Hatinya tercubit melihat air mata menggenang di pelupuk mata tua ayahnya.
"Saya mencari kalian selama ini. Enam tahun—enam tahun lamanya, akhirnya saya menemukan kalian." Bela membuang muka. Tentu saja dia tidak percaya.
Demi tuhan, dia dan ibunya bukan pindah ke luar negeri atau kota. Mereka hanya pindah rumah sementara ibunya menetap di RS sejak malam dimana pria itu hanya tidur nyenyak saat istrinya diusir oleh selingkuhannya. Jadi jangan mengira dia akan percaya begitu saja.
"Jadi tolong, ayah—"
"Pergi!" Bela menarik nafas dalam-dalam berusaha menahan sesak yang mendadak dirasakannya.
"Setelah pergi dengan cara itu, anda tidak punya kesempatan atau pun hak untuk kembali."
"Tapi ayah masih suami ibumu nak. Ayah masih ayah kam—"
"SEKURITIIIII!!" teriaknya sudah muak melihat sikap ayahnya. Membuat beberapa suster dan dokter yang lewat menoleh. Ketika ia ingin berteriak lagi, ayahnya melakukan hal yang tidak diduganya.
Pria dengan tatapan kosong itu bersimpuh didepannya.
"Sekali saja. Izinkan saya, menemui ibumu." Ucap ayahnya menunduk. "Izinkan...izinkan kami berbicara." Hatinya serasa tersayat mendengar suara ayahnya bergetar.
Ketika mengangkat kepala, air mata sudah berlinang di pipi ayahnya. "Jika kalian masih tidak bisa memaafkan setelah bertemu—saya bersumpah tidak akan muncul dihadapan kalian lagi."
"M-mas—Mas Adi...??"
Bela semakin tidak bisa berkata-kata melihat ibunya keluar dari pintu dimana ayahnya bersimpuh tepat didepannya.
"Mas adii?? Hahh, mas Adiii??? Hahaha....mas Adi?" Ibunya mulai tertawa tidak normal sambil menunjuk-nunjuk ayahnya. Pria itu terdiam dengan tatapan nanar. Air mata semakin deras mengalir di pipinya.
"Mas Adi...mas Adi...mas..." Suara ibunya perlahan menghilang sebelum berubah jadi isakan. Ibunya mendadak gemetaran. Kedua tangannya bergerak memukul kepala dengan ekspresi terpukul.
"Aaarrghhh...!!! Aarghh!! Mas Adiii!! Aarghh!!" Ibunya menjambaki rambutnya sendiri sambil berteriak histeris sebelum jatuh terduduk di samping ayahanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My lovely PATIENT
Genç Kız EdebiyatıQory Adisabela. Pskiater muda yang sedang menyelesaikan gelar Doctornya itu mendapat tugas akhir yang benar-benar tidak masuk akal, menurutnya. Yaitu menyembuhkan seorang CEO muda single dengan menjadi orang terdekatnya. Look the point, single d...