kali ini aku butuh koreksi ya? apa aja, kalimat tidak efektif, diksi yg kurang tepat atau tanda baca. caranya gampang kok, tinggal di komen aja.
duh, kangen :) happy reading....
"Breath...I need to breath..." desis Bela berusah menarik nafas sambil berpegangan pada bahu Dave.
Pria itu baru saja menciumnya saat Bela setengah tidak sadar, saking terlalu senangnya sampai ingin tertawa kencang karena Dave menerima tawarannya untuk menjalin hubungan. Bela nyaris tidak bisa menahan tawa. Makanya dia minta pria itu memeluknya untuk menyembunyikan tawa euforianya.
Tapi pria itu salah menangkap dan mengira Bela menginginkan sentuhan fisik lebih. Dasar pria, pikirannya sama saja. Mencari kesempatan, dalam kesempatan. Iya, Bela nggak sedang kesempitan soalnya.
Sialnya, meskipun otaknya ingin protes, lutut dan bibirnya tidak bekerjasama. Bela nyaris tidak bisa berdiri merasakan sentuhan bibir milik Dave yang perlahan-lahan menelusuri setiap titik sudut bibirnya. Dan yah, cara pria itu mencium benar-benar—membuatnya hampir tidak bisa melepaskan bibirnya sendiri. Kalau saja dia tidak butuh bernafas, dia tidak akan tahu kapan ciuman mereka akan berhenti.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Dave. Meski tidak melihat, Bela tahu pria itu menahan senyumnya.
Lantas Bela cuma mengangguk tanpa mengangkat wajah, tidak berani menatap mata elang itu. apa lagi sedekat ini sementara rasa panas menjalar di seluruh wajahnya.
"Apa ciuman saya sedahsyat itu?" Dave mengeratkan tangan di pinggangnya.
"Hm? No." Bela langsung menggeleng. Tentu saja menyangkal, karena Dave tidak menciumnya dalam, seperti pria-pria di drama korea yang di tontonnya bersama Ira.
Sebelah tangan Dave naik membelai pipinya "Atau..Jangan katakan, ini ciuman pertama kamu?"
"Tentu saja—hh..bukan." Bela hampir saja mengangguk.
Dia memang berbohong. Dia tidak ingin Dave menganggapnya wanita lugu, naif, atau apalah karena belum pernah berciuman, setelah pria itu mengatainya ceroboh. Sejujurnya, Bela hanya—sedikit exited dengan kemampuan bibir pria. Dan tidak ingin mengakui kemampuan bibir Dave bisa, menyenangkan ketika menyentuh bibirnya.
Dan menyebalkannya lagi, pria itu bahkan tidak bertanya untuk menciumnya. Oke, dia bukannya tidak tahu dalam hubungan pria dan wanita tidak perlu meminta izin untuk saling menyentuh, benarkan? But—come on...ini yang pertama untuknya.
"Kamu yakin?"
"Yah."
"Proof it."
"Whatt? How—"
"Kiss me again."
Dave memajukan wajah dan menarik pinggangnya lebih dekat. Bela menelan ludah menunggu beradunya bibir mereka lagi sebelum melihat lampu terasnya mengedip berulang-ulang. Pasti kerjaan Ira.
"No, stop." Bela menahan dada Dave sambil menatap tajam. "Aku nggak se-naif itu sampai harus membuktikannya, Dave.." untungnya dia langsung sadar.
"Padahal saya benar-benar hanya ingin tahu." kata Dave melepaskan pinggangnya.
Bela menyipitkan mata melihat senyum nakal pria itu sebelum mengatakan, "Besok jam makan siang, kita bisa saling mencari tahu." lalu mendorong lagi dada Dave untuk memberi jarak sebelum berjalan membuka pagar rumahnya.
"Bela." Panggil Dave saat Bela menutup kembali pagarnya. Wanita itu menoleh.
Dave sedikit memiringkan kepala sambil memperhatikan penampilannya. "Malam ini kamu cantik," ujarnya tersenyum sambil menyandar di mobil dengan satu tangan di dalam saku celana. Oh God, he is so handsome, too.
KAMU SEDANG MEMBACA
My lovely PATIENT
Romanzi rosa / ChickLitQory Adisabela. Pskiater muda yang sedang menyelesaikan gelar Doctornya itu mendapat tugas akhir yang benar-benar tidak masuk akal, menurutnya. Yaitu menyembuhkan seorang CEO muda single dengan menjadi orang terdekatnya. Look the point, single d...