28.

863 30 0
                                    

Cuaca sedang tidak mendukung sore itu. Seorang perempuan dengan celana panjang hitam dan kaus biru duduk dikafe. Tempat favoritnya dipojok samping jendela.

Perempuan itu kesini karna diajak oleh seorang lelaki. Perempuan itu diminta ke kafe ini duluan, karna lelaki itu ada urusan sebentar.

Sudah sejam lebih Kayla menunggu, tapi tidak ada tanda-tanda kalau Angga akan datang.

Entah untuk yang ke berapa kalinya, Kayla mengecek hpnya mengharapkan Angga mengabarinya. Dan tidak ada sms atau telfon yang masuk. Kayla tidak bisa menelfon atau ngeline Angga karna tidak memiliki pulsa dan kuota. Sungguh miris.

Kayla menghembuskan nafasnya kesal. Sejak siang, cuaca mendung. Sampai sore ini pun masih mendung, tapi tidak hujan sama sekali.

Lonceng diatas pintu kaca kafe itu berbunyi, menandakan ada orang yang masuk. Tanpa sadar Kayla melihat kearah pintu itu, ia melihat sosok Daffa yang seperti sedang mencari seseorang. Kayla merasa Daffa mencarinya, karna dari pulang sekolah, Daffa dan Devin berada dirumahnya dan mengetahui kalau dirinya sedang berada disini.

Kayla melambaikan tangannya, Daffa melihat kemudian langsung berjalan cepat menuju Kayla. Seragam masih melekat ditubuh atletisnya, namun dilapisi jaket parasut berwarna hitam.

"Angga belom dateng?" tanyanya to the point setelah duduk dihadapan Kayla.

Kayla menggeleng.

"Dia ada ngabarin lo gak?" tanya Daffa lalu menyeruput vanila latte milik Kayla.

Menggeleng lagi.

Daffa mengangguk kemudian berdiri. "Yuk ikut gue" ucapnya berusaha tenang. Dari tadi gelagat Daffa aneh. Seperti ingin menyampaikan sesuatu tapi ditahan.

Kayla tidak protes, ia juga yakin Angga tidak akan datang. Jadi ia menurut dan mengikuti langkah lebar Daffa menuju motornya yang terparkir diparkiran kafe tadi.

Kayla mengikat rambutnya asal kemudian Daffa langsung menancap gas keluar parkiran itu menuju perumahan yang Kayla tidak tau.

Bukan kerumah seseorang, melainkan ke lapangan bola yang digabung dengan lapangan basket. Disana terdapat dua buah motor dan satu mobil yang sangat Kayla kenali. Dipinggir lapangan: dekat dengan motor dan mobil tadi, ada empat orang laki-laki dan seorang perempuan yang berusaha melindungi seorang laki-laki dari seorang laki-laki yang mencoba menghajarnya tapi ditahan oleh Jacob dan Devin.

"Jangan pukulin Angga lagi!" jerit wanita itu sambil menangis. Kedua tangannya memeluk Angga yang masih setengah sadar.

Kayla turun dari motor kemudian berlari ke gerombolan remaja itu. Daffa menyusulnya.

"Dia itu brengsek, Tha! Dia pantes dapet pukulan dari gue!" teriak Nolan tidak kalah keras.

Kayla menutup mulutnya melihat muka Angga yang sudah babak belur. Matanya beralih menatap Nolan yang bibirnya mengeluarkan darah segar.

Jacob menyadari kehadiran Kayla kemudian melepaskan tangannya yang dari tadi menahan Nolan agar tidak menyerang Angga lagi. Devin pun mengikuti hal yang sama.

"Ini ada apa?" suara Kayla terdengar pelan tapi dapat didengar keenam remaja itu karna suasana lapangan sangat sepi dan tidak ada kendaraan yang berlalu lalang dijalan itu.

Kayla?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang