30.

860 29 3
                                    

Selasa pada minggu kedua pada bulan ini, tepatnya minggu kedua sekolah Global Indonesia.

Angga dan Nolan sudah masuk seperti biasa. Pagi ini, diparkiran sekolah, saat turun dari mobil Jacob, Kayla bertemu Nolan yang sedang jalan kearahnya.

Kayla tersenyum. Jacob ikut menghampiri Kayla.

Didepan Kayla, Nolan tersenyum lebar. "Hai" sapa lelaki itu.

Menutupi baju sekolahnya dengan jaket parasut army yang kelihatannya baru. Tas biru gelapnya ia sampirkan dibahu kanannya.

Kayla terkekeh melihat sikap Nolan pagi itu. Ia menutup mulutnya saat terkekeh. "Apaan sih, kak?"

"Kesambet apaan lo?" Jacob mendorong bahu Nolan pelan.

Nolan terkekeh, tangannya refleks menggaruk tengkuknya. "Bareng yuk?"

Dia saudara itu tertawa kemudian berjalan bersama. Mengantar Kayla kekelasnya dahulu sambil Jacob menganggu Sarah. Lalu kekelasnya untuk mengikuti pelajaran hari selesai itu.


Pulang sekolah, Kayla dan temannya diam dikantin untuk mengerjakan tugas Bahasa Indonesia. Guru memberikan tugas mencari drama dan membawakannya didepan kelas Kamis besok.

"Tema dramanya tentang apa?" Kayla bertanya setelah membuka laptopnya yang ia bawa. Karna ia yakin, tidak akan ada yang membawa laptop dengan alasan berat atau berbagai macam alasan lainnya.

"Drama korea boleh gak?" ucap Mili dengan tampang polosnya. Badannya sedikit ia condongkan ke kanan karna posisinya dikiri Kayla. Fyi, Mili ini salah satu penggemar drama korea. Tapi ia tidak menggemari opa-opa boyband. Hanya suka nonton drakor atau drama korea.

Semua tertawa, ada yang sambil memutar bola mata mereka karna itu pertanyaan konyol.

Mili tidak mengerti kenapa mereka tertawa. Mili memang orang yang sedikit bolot. Tapi kalau urusan drakor dan hitung-menghitung, ia menjadi orang pertama yang mengangkat tangan. Kelemahannya, dalam menghapal. Ia lemah dalam bidang itu.

Mili menatap Kayla meminta penjelasan.

Kayla menggeleng, ia sedang menghubungkan laptopnya dengan wifi sekolah. "Gak boleh drama korea. Harus drama Indonesia" Kayla tersenyum maklum diakhir kalimatnya.

Mili hanya mengangguk. Tangannya bergerak mengambil hp disaku roknya yang panjangnya hanya sampai selutut itu. Jarinya bergerak lincah dihp layar sentuh yang dilapisi case berwarna hitam garis putih. Kayla menduga, ia sedang membuka aplikasi instagram atau membantunya mencari drama Indonesia.

Romeo menggebrak meja kantin dengan tenaga yang cukup kuat. "Ikmal, Jonathan, Stella, Felly! Kalian jangan sibuk sendiri dong. Ini kerja kelompok kan? Tapi kok cuman gue sama Kayla aja yang kerja?!"

Keempat orang itu langsung diam tidak berkutik. Kepalanya menunduk sedalam-dalamnya dan tangan mereka dengan kompak memilin baju seragam putih yang hampir setahun ini dipakainya.

"Kok malah diem?! Bantu nyari dramanya woy!" Romeo menepuk tangan didepan wajah keempat orang itu. Kayla dan Mili hanya menggelengkan kepalanya.

Romeo adalah ketua kelas dikelas mereka. Namanya keren ya, tapi sifatnya tidak sehalus Romeo pada cerita-cerita yang beredar. Remeo tegas. Dan tidak boleh dibantah. Seperti itu yang Kayla tau.

Stella dan Felly langsung mengambil buku paket Bahasa Indonesia dari dalam tas ransel mereka. Ikmal dan Jonathan mengambil ponsel mereka masing-masing dari dalam saku celananya.

"Stella! Felly! Lo kalo guru jelasin tu mangkanya denger! Jangan gosip melulu" Romeo menyisir rambut coklat aslinya kebelakang. Romeo memang keturunan bule, pemirsa.

Stella menatap kesal Romeo yang duduk didepannya: disamping Kayla. "Apaan lagi sih? Ini gue bantu nyari, pak ketua kelas" Stella menekan kata ketua kelas sambil memutar bola matanya malas. Tangannya membuka lembar demi lembar dibuku paket itu.

Romeo berdecak. "Kan bu Endang bilang gak boleh nyari dibuku."

"Oh gitu ya? Hehe, sorry" Stella tersenyum canggung kemudian mengambil hpnya didalam tasnya. Dan Felly mengikuti hal yang sama.


"Jadinya besok pulang sekolah kerumah gue ya? Jangan lupa bawa baju ganti! Ada pertanyaan lagi?" tanya Romeo.

Pukul lima lebih sepuluh menit, Kayla dan teman-temannya selesai mencari drama.

"Besok pake mobil siapa?" tanya Kayla.

"Mobil gue aja" ucap Ikmal.

"Mobil lo cukup berapa orang?"

"Enem orang cukup kok, Yo" Ikmal bersuara.

"Kayla bareng gue aja deh pake motor. Lo mau kan?" Romeo menatap Kayla, Kayla hanya menjawab dengan anggukan. "Ntar sekalian gue beliin makanan. Nath, lo masih hapal jalan rumah gue kan?"

"Masih" jawab Jonathan santai.

"Bagus. Ya udah yuk pulang"

Mereka semua bubar meninggalkan kantin.

Diperjalanan menuju pos satpam, Kayla menelfon Jacob untuk menjemputnya. Namun, hingga ia tiba di pos satpam pun Jacob tidak mengangkat telfonnya.

Kayla berdecak sebal. Jam segini, supirnya pasti sedang menjemput papanya.

Motor sport berwarna merah berhenti tepat didepannya. Kayla mendongak demi melihat siapa pengendara motor itu.

Lelaki itu membuka helm full face nya, tangannya bergerak menyisir rambut coklat nya  kebelang. "Pulang bareng siapa?"

"Bang Jac gue telfon gak bisa" Kayla cemberut.

"Supir?"

Kayla melihat jam kulit putih yang melingkar ditangan kirinya. "Jam segini jemput papa"

"Bareng yuk"

"Coba lo ngomong gitu dari tadi, Yo. Gak usah pake basa-basi." Kayla berjalan mendekat ke motor milik Romeo itu.

Romeo terkekeh, ia memasang kembali helmnya.

"Langsung pulang?" tanya Romeo setelah motornya keluar sekolah.

"Kenapa, Yo? Gak kedengeran" Kayla teriak. Karna suara knalpot motor Mario memang cukup kencang.

"Mau langsung pulang atau kemana dulu gitu?" Mario ikut teriak.

Kayla terkekeh. "Gue laper banget. Mampir pecel lele samping SD dulu yuk?"

Kayla dan Mario memang sudah berteman sejak SD. SMP pun mereka bersama. Dan sekarang bersama lagi.

Mario mengangguk kemudian berbelok kiri menuju sekolahnya dulu.

Kayla?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang